Hak-hak buruh bukanlah hadiah dari kapitalisme, melainkan hasil yang diperoleh melalui protes (berdarah-darah) dan negosiasi yang demokratis. Hari Buruh (May Day) adalah sejenis monumen untuk perjuangan tersebut.
Ini mengingatkan kita bahwa pekerja di belahan dunia mana pun memiliki kepentingan yang sama dalam hal upah, tunjangan, keselamatan kerja, dan perlakuan adil. Mereka tak boleh dianggap ada hanya untuk menjadikan orang lain kaya.
Seperti yang pernah dikatakan penulis drama Jerman, Berthold Brecht: "Dua orang - satu kaya, satu miskin - bertatap muka. Kata orang miskin dengan tersentak: Seandainya aku tak miskin, kau tak akan jadi kaya."
Demikianlah, Hari Buruh lebih dari sekadar solidaritas pekerja untuk membela kepentingan mereka sendiri, atau tepatnya kepentingan kita semua, tapi ini juga tentang perjuangan berat dan panjang untuk meraih kebebasan.
Kebebasan mengharuskan mereka terlepas dari kekuasaan sewenang-wenang dan dominasi orang lain, baik majikan ataupun pemerintah, serta pembebasan dari kondisi ekonomi yang tak masuk akal dan beban kerja yang kejam.
Kebebasan dalam arti yang paling kaya, kata Mike Konczal, adalah kesempatan untuk menjalani kehidupan yang kita pilih. Ini juga berlaku untuk dunia kerja. Salah satu cara guna mencapai itu adalah dengan memiliki waktu luang.
Dengan kata lain, para buruh (atau sebetulnya, kita semua) bukan hanya membutuhkan waktu luang yang lebih banyak, tapi terutama lebih berkualitas. Mari saya jelaskan apa maksudnya.
Peringatan: kapitalisme dapat membunuhmu
Sebagai makhluk bernyawa, kita semua sedikitnya punya satu keniscayaan yang sama: mati. Namun, beberapa dari kita lebih rentan mengalami kematian karena ketidaksetaraan sosio-ekonomi dan posisi mereka dalam tatanan kapitalisme yang ada.
Seperti yang kita tahu, kapitalisme mendorong akumulasi kekayaan. Ini berarti, kapitalisme selalu menuntut lebih banyak keuntungan, termasuk pemotongan biaya, yang mengarah pada penurunan upah dan tiadanya tunjangan.
Kapitalisme juga menganggap remeh pekerja. Sistem ini beroperasi dari nilai yang dihasilkan pekerja, tapi tak pernah menghargai mereka secara cukup. Intinya, logika dingin kapitalisme hanya ingin mengeruk sebanyak mungkin nilai lebih dari pekerja.