"Apa bedanya manusia dengan hewan?" tanya Ayya yang sekarang menyipitkan pandangannya menuju Agathias.
"Manusia adalah hewan-hewan yang berpikir," jawabnya dengan susulan tawa yang lepas.
"Tapi ngomong-ngomong, Komet Halley berharga bukan hanya karena keindahan sinarnya. Dia juga indah karena kemunculannya yang langka," sambung Agathias yang sepertinya mengalihkan pembicaraan.
"Apa hubungannya waktu dengan keindahan, Ayah?"
Agathias menatap sejenak hingga akhirnya mengembuskan napas berat. Senyum monalisa kembali terukir. Pipinya mulai basah. Tawa bukan berarti pengusir air mata.
"Seandainya Ibu ada di hadapan kita sekarang, mana yang lebih indah bagimu: Ayah atau Ibu?"
Butuh beberapa detik bagi Ayya untuk menjawab, "Emh maaf menyinggung, tapi sepertinya aku akan segera lari memeluk Ibu sebelum dia menghilang kembali."
"Mengapa kamu memilih itu?" tanya Agathias dengan lembut.
"Karena aku rindu pada Ibu. Dan sepertinya Ibu akan segera menghilang lagi. Sangatlah rugi jika aku tidak buru-buru memeluknya."
"Itulah mengapa Komet Halley begitu indah bagi manusia, Sayang. Kerinduan umat manusia membuat kehadirannya begitu ditunggu-tunggu."
"Ah, sekarang aku tahu betapa indahnya merindu!"