"Semangat, dong!" ujar Rindang lagi
"Iya ... iya. Semangat," jawab Khalisa, bibirnya membentuk senyum yang lebih lebar. Ada kelegaan yang menyeruak hadir di hati Rindang melihat senyum sahabatnya.
*
Siang itu Khalisa pulang kuliah sendiri. Sudah dua hari Rindang sakit. Berjejal di gerbong KRL yang panas dan pengap, seperti biasa hidung Khalisa berontak. Alerginya tak bisa diajak kompromi, bersin pun tak bisa ditahannya.
"Alhamdulillah," desisnya lirih, bahkan terlalu lirih untuk bisa di dengar sendiri.
"Yarhamukillah." Tiba-tiba seseorang sudah berdiri di sampingnya sambil menyodorkan sebungkus tissue. Khalisa terpaku tak percaya pada pengelihatannya. Laki-laki dengan almamater biru itu tersenyum, menampakkan sederetan giginya yang putih dan rapi.
"Yahdikumullah," ucap Khalisa lirih.
"Makasih," ujarnya lagi sambil menyodorkan kembali sebungkus tissue yang diambilnya selembar.
"Ambil aja! Kamu sering bersin dan aku lihat kamu selalu lupa bawa tissue." Laki-laki itu menolak tissue yang disodorkan. Khalisa tersipu malu, pipinya memerah, dia memang sering lupa membawa tissue padahal harusnya benda kecil itu selalu ada di tasnya, karena dirinya bisa bersin di mana saja saat hidungnya bereaksi.
"Alergi?" tanya laki-laki itu lagi. Khalisa mengangguk
"Harusnya kamu bawa anti histamin supaya kalau sewaktu-waktu kambuh nggak repot."