Apa yang dirasakan sang istri dengan perkataannya yang pendek-pendek, bisa jadi bermuara pada problem tak memiliki keturunan. Sang istri tidak berani melanjutkan perkataannya saat sang suami mengutarakan ancamannya.Â
Namun komunikasi keduanya sesungguhnya belum terang benar, sehingga tak menemukan solusi bagi keduanya. Atau memang dalam puisi itu tidak perlu menghadirkan solusi karena pembacalah yang harus ikut menyelesaikannya sendiri.Â
Situasi komunikasi yang serba belum pasti ini, aku rasakan juga ketika puisi dengan penanda nomor dua tiba-tiba saja ikut menemuiku, katanya:
/2/
"Suaramu tak begitu jelas!"
(Deru sepeda motor,
suara kereta listrik
orang-orang ....)
"Di mana kau?"
(mobil yang knalpotnya dicopot,
teriak tukang roti,