Hati-hati dalam menilai. Ojo kesusu. Jangan percaya begitu saja pada kata orang di medsos. Nanti bisa salah pilih, lho. Cilaka itu.
Jangan termakan pula oleh teori "dalang - wayang" yang dibisikkan pengamat. Katanya kita sebenarnya memilih dalang, bukan wayang. Anies-Muhaimin, Ganjar-Mahfud, dan Prabowo-Gibran itu  "wayang". "Dalang"nya  Surya Paloh (Anies-Muhaimin), Megawati (Ganjar-Mahdud), dan Jokowi (Prabowo-Gibran).
Teori "dalang - wayang" itu sesat pikir jenis appeal to authority. Argumen bahwa kalau "dalang" benar maka pasti "wayang"-nya benar.  Pemilih diminta melihat  Surya Paloh, Megawati, dan Jokowi saja.  Suka Surya pilih Anies, suka Mega pilih Ganjar, suka Jokowi pilih Prabowo.
Ngawur banget.  Itu pembodohan telanjang. Ini kan Pilpres. Maka yang dipilih, ya, capres-cawapresnya.  Sebab  jika terpilih, kan mereka yang berkuasa.  Bukan dalangnya yang bisa saja sudah "habis manis sepah dibuang".
Salah satu patokan pemilihan yang mungkin berguna adalah pertanyaan ini: Â Apakah pasangan capres-cawapres itu siap dan mampu membela kedaulatan nasional?
Pikiran Pak Jokowi bisa menjadi acuan. Cocokkan dengan rekam jejak masing-masing pasangan.Â
Berdasar jejak rekamnya, apakah pasangan capres-cawapres itu akan melanjutkan hilirisasi industri tambang atau malah balik ke hulu? Â Apakah saham mayoritas Freport akan dilepas ke investor Amerika? Â Apakah proyek IKN yang Indonesia-sentris (cita-cita kemerdekaan) akan dihentikan lalu bertahan dengan Ibu Kota Jakarta yang Jawa-sentris (warisan kolonial)? Apakah peringkasan ruang dan waktu dalam kegiatan ekonomi, sosial, dan politik akan diperlambat? Apakah akan membawa potensi ancaman idiologis, semisal mengganti dasar negara Pancasila?
Itu dengan asumsi  pemikiran Jokowi tentang kriteria Indonesia Maju 2045 adalah sebuah kebenaran.Â
Sebab terbuka juga untuk bertanya kritis: Apakah pemikiran Jokowi tentang kriteria Indonesia Maju 2045 itu  satu-satunya kebenaran?Â
Sebab Pak Jokowi juga bisa salah, bukan?(eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H