Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi, Pilpres 2024, dan Kepentingan Nasional

31 Oktober 2023   16:33 Diperbarui: 1 November 2023   05:10 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama bakal calon presiden Prabowo Subianto (kedua kanan), Ganjar Pranowo (kiri) dan Anies Baswedan (kanan) makan siang bersama saat melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/10/2023). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.(Hafidz Mubarak A via kompas.com)

Sebuah dongeng terlalu indah untuk pernah menjadi kenyataan.

Begitupun dengan cerita kedua.  Itu cerita yang merendahkan kapasitas Ibunda. Bagaimana mungkin seorang Ibu tak paham tabiat anaknya yang serakah.  Apakah dia sebegitu dungunya sehingga tidak tahu adat anaknya untuk kemudian menghentikannya sebelum kebablasan?

Kalau ada orang yang percaya pada dua cerita itu, pastilah dia "anak-anak".  Hanya "anak-anak" yang percaya pada dongeng dan legenda.

Tapi mungkin sebagian besar warga Indonesia itu masih terbilang "anak-anak" sebagai mahluk politik. Politisi tahu benar soal itu. Maka dikaranglah dongeng dan legenda politik yang disebarkan dan dikisahkan berulang-ulang ke ruang khalayak.

Ya, politisi butuh khalayak bodoh, mahluk politik kanak-kanak.

"Ulangilah kebohongan sesering mungkin maka dia akan menjadi kebenaran," kata Joseph Goebbels, propagandis Nazi. 

Begitupun dongeng dan legenda.  Ceritakan berulang-ulang secara intensif, maka khalayak akan percaya itu adalah kebenaran.

Begitulah cara framing bekerja. Memborbardir  khalayak Indonesia, baik pendukung (juga mantan) Jokowi maupun (apalagi) hatersnya, dengan cerita emosional. Sehingga khalayak yang emosional mulai percaya Jokowi itu "anak durhaka", seorang pengkhianat politik minus etika. Dia menghalalkan segala cara melanggengkan kekuasaan lewat dinasti politik.

Jokowi itu Machiavellian sejati?

Buruk sekali Presiden Jokowi.  

Benarkah seperti itu.  Ya, benar, bagi orang-orang yang percaya bahwa dongeng dan legenda adalah kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun