Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi, Pilpres 2024, dan Kepentingan Nasional

31 Oktober 2023   16:33 Diperbarui: 1 November 2023   05:10 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama bakal calon presiden Prabowo Subianto (kedua kanan), Ganjar Pranowo (kiri) dan Anies Baswedan (kanan) makan siang bersama saat melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/10/2023). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.(Hafidz Mubarak A via kompas.com)

Merasa direndahkan seperti itu, Permaisuri lalu unjuk gigi.  Dia bertekad mempromosikan putra mahkotanya ke tampuk kekuasaan sebagai wakil raja.  

Permaisuri paham mustahil Ibusuri mendukung putra mahkotanya menjadi wakil raja.  Sebab Ibusuri sendiri juga punya putri mahkota.  

Karena itu Permaisuri minta Raja mbalelo kepada Ibusuri.  Raja diminta mendukung Menteri Tua, salah seorang menterinya, untuk menjadi calon raja.  Syaratnya, putra mahkota diikutkan sebagai calon wakil raja.

Dan terjadilah demikian.

Kedua, legenda Si Malin Kundang, anak manja yang durhaka kepada ibundanya.  Ini sebuah kisah pengkhianatan anak kepada Ibunda yang telah meluluskan apa saja permintaan si anak.  Kecuali satu:  hasrat menjadi penguasa absolut kerajaan.

Konon Ibunda telah mengabulkan keinginan Malin menjadi adipati di Kadipaten Selo, lalu menjadi residen di Karesidenan Kota Raja, sampai akhirnya menjadi raja di Kerajaan Samudera.  Anaknya juga, sesuai permintaan Malin,  didudukkan sebagai adipati Selo. Bahkan menantunya diplot menjadi adipati Madun. Semua keinginan itu dipenuhi Ibunda dengan mengorbankan kepentingannya sendiri.

Sampai kemudian Malin minta perpanjangan masa jabatan  raja sampai tiga periode, Ibunda dengan tegas menolak. Sebab hal itu menolak konstitusi kerajaan.  Alasan keberlanjutan program besar pembangunan yang dimajukan Malin, tidak bisa terima. Itu mengingkari kemungkinan adanya raja penerus yang lebih baik.

Sakit hati ditolak, Malin mengkhianati kepercayaan Ibundanya.  Dia keluar dari rumah Ibundanya dan membangun rumah baru bersama tokoh-tokoh kerajaan yang oportunis.  Salah seorang tokoh tua didukungnya sebagai calon raja.  Dengan syarat anaknya, adipati Selo, diikutkan sebagai calon wakil raja, mewakili dirinya dalam kerajaan nanti.

Untuk memuluskan konspirasi khianat itu, hukum direkayasa.  Sehingga adipati Selo yang belum cukup umur lolos persyaratan calon wakil raja.

Dan terjadilah demikian.

Tak ada alasan untuk percaya pada dua cerita di atas.  Cerita pertama lebih merupakan karangan bebas seorang penggemar dongeng-dongeng intrik kerajaan antah berantah.  Tinggal memasukkan fakta-fakta yang ada pada kerangka (template) cerita. Maka jadilah sebuah dongeng intrik kekuasaan di kerajaan antah-berantah -- entah itu Wakanda, Konoha, atau lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun