Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Jokowi, Pilpres 2024, dan Kepentingan Nasional

31 Oktober 2023   16:33 Diperbarui: 1 November 2023   05:10 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) bersama bakal calon presiden Prabowo Subianto (kedua kanan), Ganjar Pranowo (kiri) dan Anies Baswedan (kanan) makan siang bersama saat melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/10/2023). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/Spt.(Hafidz Mubarak A via kompas.com)

Buat apa juga pemerintah membubarkan dan melarang eksistensi organisasi-organisasi HTI dan FPI di NKRI ini?

Buat apa pula Jokowi mengaku punya data intelejen tentang perilaku partai politik di Indonesia?

Mikir!

Ada kepentingan nasional di balik cawe-cawe Jokowi. Katanya, kesempatan Indonesia menjadi negara maju hanya 13 tahun ke depan. Salah pilih presiden, hilang itu kesempatan.

"Karena itu," kata Pak Jokowi, "saya cawe-cawe.  Saya tidak akan netral karena ini kepentingan nasional."

Jelas bahwa Jokowi punya gagasan tentang suatu pasangan ideal presiden/wapres  

Kepentingan nasional? Macam apa itu?

Ya, kedaulatan nasionallah.  Kedaulatan bangsa dan negara Indonesia. Tegaknya Pancasila dan UUD 1945. Adakah kepentingan nasional yang lebih besar dari itu?

Hanya dan hanya keterancaman kedaulatan nasional satu-satunya alasan yang sah dan benar bagi Presiden Jokowi untuk cawe-cawe dalam dinamika politik Pilpres 2024. Sekalipun cawe-cawe itu berarti mengubah hukum atau memainkan politik nepotistik -- setidaknya seperti tampak di permukaan.

Artikulasi kedaulatan nasional itu terbaca dalam sejumlah kebijakan dan program strategis Pemerintahan Jokowi. Kepemilikan mayoritas saham Freeport, hilirisasi industri tambang khususnya nikel, pemindahan ibukota dari Jakarta (warisan Jawa-sentris kolonial) ke IKN (cita-cita kemerdekaan yang Indonesia-sentris), dan peringkasan ruang dan waktu (deregulasi/debirokratisasi, digitalisasi ekonomi, dan modernisasi transportasi). Itu untuk menyebut beberapa saja.

Itu semua kebijakan dan program gerak maju. Jokowi ingin memastikan presiden/wapres penerusnya, maju di jalur yang sudah dirintisnya.  Bukan presiden/wapres yang bergerak mundur, lalu merintis lagi "jalan lain".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun