Begitulah. Aku menonton laga final Piala Dunia 2022 seraya menempatkan Messi sebagai representasi subyektivitas dan intuisiku. Â
Aku percaya, Messi akan mengkoreografi permainan untuk mewujudkan intuisinya, intuisiku juga. Sekalipun itu itu dengan permainan yang nyaris mencopot tampuk jantung. Tidak saja jantung pendukung Argentina  tapi juga Prancis.
Tapi sangat jelas, Messilah sentrum laga final itu. Tidak saja sentrum tim Argentina. Tapi juga sentrum tim Prancis, hingga lupa ada Mbappe di antara mereka -- sekurangnya di babak pertama.
Juga sentrum penonton. Tak sedikit dari mereka, tetmasuk anak kecil, mengenakan kostum Argentina bernomor punggung 10. Itu nomor Messi.Â
Begitulah. Lewat penalti, Messi menggenapi intuisinya, juga intuisiku. Argentina juara. Betapa bahagianya.
Jadi, apa yang harus kukatakan sekarang? Setelah segala subyektivitas dan intuisi Messi, juga diriku, terwujudkan pada fakta Argentina juara Piala Dunia 2022?
Hanya satu ucapan yang paling indah dan mendalam maknanya, sebuah panjatan doa kasih, syukur, dan pengharapan khas orang Batak Toba.
Itulah ucapan "Horas!" Tidak ada kata yang lebih indah dan lebih besar dari itu.
Horas Messi, horas Argentina! (eFTe)
Â
*Kutipan-kutipan ujaran Lionel Messi bersumber dari "Kata Messi Usai Angkat Trofi Emas Piala Dunia 2022: LIhat, Ini Sangat Indah ...", Kompas.com, 19/12/2022.