Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Horas Messi, Horas Argentina!

20 Desember 2022   17:23 Diperbarui: 20 Desember 2022   20:53 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kapten Argentina Lionel Messi mencium Trofi Piala Dunia FIFA setelah memenangkan pertandingan final Piala Dunia 2022 Qatar antara Argentina vs Prancis di Stadion Lusail, Doha pada Minggu 18 Desember 2022. (AFP/ KIRILL KUDRYAVTSEV via kompas.com)

Bukan semata logika. Tapi juga etika dan estetika.

Itulah yang membedakan Messi dengan Mbappe. Messi, dengan intuisinya yang kuat, memainkan sepakbola yang logis, etis, dan estetis. Efisien dan efektif, anti-kekerasan, dan indah.

Dalam satu kata, jenius. Seperti Albert Einstein. Meringkas dunia dalam sebuah rumus yang logis, etis, dan estetis: E = mc2. Sederhana, tapi indah.

Level itulah yang masih harus dikejar Mbappe. Menjadi Einstein-nya sepak bola. Dengan cara mengasah intuisi. Messi sudah berada di level itu. Mbappe masih berkutat pada rasionalitas.

"Pikiran intuitif adalah kurnia suci. Sedangkan pikiran rasional adalah hamba setia." -Albert Einstein

Tentu saja pendapatku subyektif. Sesubyektif sepakbola itu sendiri. Atau sesubyektif Messi. Atau juga sesubyektif Szymon Marciniak, wasit laga final Argentina lawan Prancis yang ogah diintervensi VAR yang hiper-obyektif. Asyik!

Aku menonton sepakbola di atas motif subyektif. Seperti juga Messi main sepakbola di laga final itu dengan motif subyektif, motif altruis, demi nama bangsa dan negara Argentina.

Argentina sangat butuh martabat setelah 36 tahun puasa gelar juara Piala Dunia. Itu motif yang jauh lebih kuat ketimbang motif Prancis untuk menjadi juara dua kali berturut-turut. 

Dengan begitu aku mau bilang, Messi lebih punya motif untuk juara ketimbang Mbappe.

Jadi, bagiku menonton laga final Piala Dunia pada Minggu 18 Desember 2022 adalah menonton Messi mengkoreografi subjektivitasku dalam permainan subyektifnya. 

Maksudku, permainan Messi sebagai artikulasi subyektivitasnya adalah artikulasi subyektivitasku juga. Bukankan kami sama dituntun oleh intuisi yang sama? Keyakinan Argentina keluar sebagai juara?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun