"Belum, Pak."
"Lho, kenapa?"
"Saya, kan belum ujian skripsi, Pak."
"Lho, Anda saya tanyai setiap kali konsultasi skripsi itu apa namanya kalau bukan ujian?"
"Oh ...." Poltak melongo, dungu. Ekspresi yang tak mencerminkan kesarjanaan.
"Ini," kata dosen pembimbing sambil mengangsurkan borang kelulusan yang sudah diteken, "Segera daftar wisuda ke fakultas."
"Baik, Pak. Terimakasih, terimakasih, terimakasih, Pak." Poltak salim ke dosen pembimbingnya sambil hatinya terbang ke awan, lalu berlari ke kantor fakultas.
Siang itu batas waktu terakhir pendaftaran wisuda.
Poltak akhirnya lulus dan wisuda sarjana juga. Satu-satunya sarjana yang lulus tanpa sidang ujian skripsi, mungkin, setelah Ir. Kasim Arifin. Kasim adalah legenda KKN IPB yang baru pulang 15 tahun kemudian dari Desa Waimital, Pulau Seram, untuk diwisuda jadi sarjana pertanian, sejak pergi ke sana tahun 1964.
Gelar insiniur kini boleh dicantumkan di depan nama Poltak. Lengkapnya Ir. Poltak Sitralala, begitu. Keren juga, eh. Â
Tapi yang lebih menggembirakan adalah pemenuhan syarat pulang kampung. Boleh pulang jika dan hanya jika telah lulus sarjana. Waktunya telah tiba.