Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

[Poltak #094] Sepasang Kupu-kupu di Tepi Danau Toba

4 Juli 2022   20:12 Diperbarui: 4 Juli 2022   20:40 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Duduk di atas tikar, di tengah-tengah enambelas orang anak yang sedang kelaparan, Poltak memimpin doa makan siang bersama. 

"Ale Amang Pardenggan Basa, mauliatema di Ho di ala sipanganon na rade di jolonami. Pasu-pasuma sipangananon on, suang songon i dohot natua-tuanami na paradehon i di ruma na martua on. Hupasahat hami tangiangnami on  tu Ho marhite-hite Anak-Mu  Yesus Kristus Sipalua hami. Amen." 

"Ya Bapa yang Maha Rahim, syukur kepada-Mu atas makaban yang tersaji di depan kami. Berkatilah makanan ini, demikian juga orangtua kami yang telah menyiapkannya di rumah yang terberkati ini. Kami panjatkan doa kami kepada Mu dengan perantaraan Putra-Mu Yesus Kristus Penyelamat kami. Amin."

"Amen!" seru sekalian anak lapar mengamini doa makan siang.

"Siapa yang tak suka kepala ikan! Kasi ke aku!" Alogo meneriakkan pengumuman. Tepatnya, permintaan.

Alogo sedang bicara tentang kepala ikan mujair arsik asli Danau Toba. Itulah lauk makan siang mereka di rumah mertua Guru Arsenius. Dilengkapi sayur tumbuk daun singkong campur jipang dan rimbang.

Rumah itu ruma bolon, rumah adat Batak. Ada aturan posisi duduk. Guru Arsenius, ayah dan ibu mertuanya, dan Bang Dabutar duduk di halangulu, letak kepala saat tidur pada belahan timur rumah, tempat orang dewasa. Anak-anak duduk di talaga, letak kaki saat tidur pada belahan barat, tempat anak-anak.

Kalau dalam kegiatan paradaton, adat, halangulu adalah tempat duduk pihak hula-hula, pihak pemberi istri, dan suhut bolon, tuan rumah. Sedangkan boru, pihak penerima istri, duduk di belahan talaga.  Hula-hula adalah "kepala yang memimpin", boru adalah "kaki yang siap bergerak".

"Bah, hebatlah kau, Alogo. Suka kepala ikan. Calon pemimpin kau itu." Tulang Dabutar memuji.

"Kalau makan lima kepala ikan, berarti calon pemimpin hebat, ya, Tulang," tanya Alogo bungah. Di piringnya teronggok tambahan empat kepala ikan mujair pemberian Tiur, Berta, Poibe, dan Dinar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun