"Ada apa ini ribut-ribut," tegur Guru Arsenius yang tiba-tiba sudah berdiri di depan kelas.
"Poltak, Binsar, dan Bistok disengat tawon, Gurunami." Jonder mengadu dengan puas hati.
"Oh, baguslah. Bukan anak laki namanya kalau tak pernah disengat tawon," kata Guru Arsenius dengan suara datar.
Guru Arsenius tahu, peluang anak kampung disengat tawon itu seratus persen. Jika bukan karena diserang gerombolan tawon, ya, karena mengusik sarang tawon. Atau karena iseng menangkap tawon yang sedang menghisap madu bunga liar.
"Anak-anak," Guru Arsenius minta perhatian murid-muridnya. "Minggu lalu Pak Guru minta masing-masing kalian membawa seekor hewan kecil untuk pelajaran Ilmu Hayat pagi ini. Semua bawa, kan?"
"Bawa, Gurunami!"
Setiap anak langsung meletakkan hewan bawaannya  di atas meja. Macam-macam jenisnya. Mulai dari lipan, laba-laba, lipas, belalang, jangkrik, capung, tawon, kodok, bengkarung, gelatik, dan lain-lain.
"Poltak! Mana hewan bawaanmu."
"Ada, Gurunami," jawab Poltak sambil meletakkan bungkusan kaos singlet bekas di atas meja.
"Berta! Maju ke depan. Jelaskan tentang hewan yang kamu bawa."
Berta segera maju ke depan kelas sambil membawa seekor belalang dalam kantong plastik bening di tangannya.