Pemerintah? Banyak yang bisa dilakukannya. Kan, punya kuasa. Tapi dua hal ini bisa drekomendasikan. Menjadikan rokok kategori barang mewah dan, karena itu, memfasilitasi perokok dengan tempat-tempat merokok yang eksklusif dan wah. Misalnya, roof top di gerbong terdepan kereta api Argo Gede, Argo Bromo, dan argo-argo lainnya. Itu challenge banget.Â
Oh, ya, perlukah melibatkan para pengkotbah atau penceramah agama? Janganlah. Biarkan mereka bicara ayat-ayat suci saja. Mungkin sambil nyambi jualan rokok. (Meni tega, jatah mbak-mbak sales promotion rokok be-rok pendek juga diembat.)Â
Inilah patokan untuk para agen sosialisasi hidup tanpa rokok: logis, etis, dan estetis. Jangan bokis! (eFTe)
[1] "Pilih, Putus Cinta atau Putus Rokok", Kompasiana, 7/10/2021.
WASPADA! Tombol Anti-HL aktif!
.
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H