Ketiga, agar sejarah noda hitam itu diajarkan kepada segenap peserta didik selengkapnya.
Tuntutan itu lalu ditutup dengan sebuah "tekanan" terselubung kepada Presiden Jokowi.
"... Jawaban Presiden terhadap tuntutan-tuntutan itu akan menunjukkan derajat kenegarawanan, komitmen kepada Pancasila, dan sikap penolakan terhadap komunisme atau PKI dalam berbagai bentuk dan penjelmaannya."
Tentu saja tokoh-tokoh KAMI sadar neo-komunisme /PKI gaya baru itu cuma "manusia jerami" hasil konstruksi khayali mereka. Sampai belut berjanggut pun, Jokowi tak mungkin menemukan dan memberantasnya.
Tapi memang itulah tujuannya. Agar KAMI bisa tampil sebagai ksatria penghancur neo-komunisme/PKI gaya baru rekaannya. Caranya, menyeru kepada rakyat Indonesia mengibarkan bendera setengah tiang pada setiap peringatan G-30-S tanggal 30 September dan Kesaktian Pancasila tanggal 1 Oktober. Plus nonton bareng film Pengkhianatan G-30-S/PKI.
Apakah KAMI berhasil menumpas neo-komunisme/PKI gaya baru dengan cara seperti itu? Tentu saja sukses. Sebab KAMI adalah Don Quixote de la Opositor yang tiap bulan September menciptakan dan kemudian menaklukkan neo-komunisme/PKI gaya baru dalam khayalnya. Hal itu akan berulang, sekurangnya sampai tahun 2024. (eFTe)
Rujukan:
[1] “Ciri Komunis Gaya Baru versi Gatot Nurmantyo: Oligarki, Janji Palsu, Hingga Politik Pecah Belah”, RMOL Network, 27/9/2021.
[2] “Gatot Nurmantyo: Sudah Ada Penyusupan Paham Komunis di Tubuh TNI”, detikNews.com, 27/9/2021.
[3] “Sampaikan 3 Tuntutan, Ini Isi Surat Presidium KAMI Gatot Nurmantyo kepada Presiden Jokowi”, pikiran-rakyat.com, 23/9/2020.
[4] “Saat Jokowi Ajak TNI Berantas Komunisme dan Warisan PKI”, Tempo.co, 5/10/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H