Begitulah. KAMI berusaha meyakinkan Jokowi bahwa masalah utama saat ini adalah kebangkitan neo-komunisme/PKI gaya baru yang mengacam antara lain umat Islam. Itu klaim KAMI untuk menegasi upaya Presiden Jokowi membersihkan bangsa dan negara dari anasir-anasir anti-Pancasila/UUD 1945/NKRI. Khususnya anasir khilafah dan terorisme berbasis agama.
Kendati tidak bisa membuktikan keberadaan neo-komunisme/PKI gaya baru itu, KAMI ngotot itu adalah fakta. Lalu menuntut Jokowi untuk memberantasnya.
Begitulah argumen "manusia jerami". KAMI sendirilah yang menciptakan isu kebangkitan neo-komunisme/PKI gaya baru itu. Lalu KAMI pula yang heboh mengecamnya dan menuntut pemerintah untuk memeranginya.
Pembuktian Cacat Logika
Sebenarnya, dalam suratnya, KAMI berupaya mengajukan sejumlah bukti kebangkitan neo-komunisme/PKI gaya baru. Â
Tapi pembuktian itu cacat logika  karena, pertama, tak ada pendefinisian tentang neo-komunisme/PKI gaya baru sehingga, kedua, bukti-bukti yang dimajukan cenderung jatuh menjadi argumen ad hominem.
Soal pendefinisian, mengapa tidak merujuk misalnya pada  pengertian neo-komunisme menurut apa yang berkembang dan dipahami di Eropa tahun 1970-an sampai 1980-an. (lihat: Wikipedia.org).
Di Eropa neo-komunisme dipahami sebagai teori dan praktek transformasi sosial ala komunisme yang lebih relevan untuk konteks sosial, ekonomi, dan politik kontemporer di Eropa Barat. Dikatakan, neo-komunisme itu mengakomodasi demokrasi dan, karena itu, menolak komunisme ala Uni Soviet dan Partai Komunis Uni Soviet.
Seorang neo-komunis karena itu adalah pendukung atau penganut faham neo-komunisme. Dia lazimnya juga adalah anggota atau pendukung suatu organisasi yang mengusung idiologi neo-komunisme itu. (lihat: Lexico Oxford).
Definisi neo-komunisne itu menunjuk pada kehadiran empat unsur pokok.Â
Pertama, idiologi: ada idiologi neo-komunisme yang mengakomodasi prinsip demokrasi, bertolak belakang dengan komunisme Uni Soviet yang oligarkis.
Kedua, organisasi: ada partai politik atau organisasi sosial yang mengusung idiologi neo-komunis.Â