Bahkan konsep jagad raya lapis tiga, benua atas, tengah dan bawah, itu persis sama dengan konsep jagad raya menurut keyakinan umat Israel Tua. Â
Menjadi pertanyaan besar apakah kosmologi Batak, khususnya kisah genesis, itu mendapat pengaruh dari ajaran agama Kristiani sejak 1860-an. Â Atau apakah kemiripan itu koinsidensi semata? Pertanyaan ini memerlukan jawaban saintifik.
Satu hal yang bisa dikatakan, kemiripan kisah genesis itu menjadi salah satu faktor kemudahan bagi orang Batak Toba menerima ajaran Kristiani. Â
Tapi kemiripan itu pula yang menyebabkan orang Batak Kristen tidak lekang dari kosmologi atau mitologi Batak.
Begitulah.  Dalam upacara adat kematian misalnya, dua acara sama-sama eksis, acara gereja (Kristen atau Katolik) dan acara adat.  Pada acara gereja, doa-doa dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atau Tritunggal Maha Kudus.  Sedangkan pada acara adat, doa-doa dipanjatkan kepada Mulajadi Nabolon atau Debata Natolu. Â
Sesungguhnya, orang Batak Toba yang beragama Kristiani itu seratus persen Kristiani dan seratus persen Batak. Â Orang Batak Toba menjalankan agamanya secara inkulturatif, menyatu dengan adat-budayanya, khususnya kosmologi Batak.
Demikian catatan saya, Felix Tani, terbuka untuk diskusi saling-mencerdaskan demi penemuan kenenaran. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H