Raja Tantandebata kemudian menikah (entah dengan siapa) dan berputrakan Siraja Batak. Siraja Batak inilah yang kemudian menikah (entah dengan siapa) lalu berputrakan Tateabulan dan Isumbaon.
Keturunan Tateabulan dan Isumbaon inilah yang membentuk dua belahan Batak Toba, Lontung (Tateabulan atau Ilontungon) dan Sumba (Isumbaon). Â
Awalnya keturunan dua belahan itu memenuhi Sianjurmula-mula dan sekitarnya sebagai komunitas Batak tua.Â
Kemudian, akibat tekanan pertumbuhan penduduk, warga bermigrasi ke delapan penjuru mata angin Tanah Batak. Â Kelompok-kelompok migran Batak itu mendirikan kampung dan marga sendiri. Â
Proses migrasi ini adalah peralihan dari legenda ke pengetahuan lokal dan kemudian sains tentang Batak Toba. Proses migrasi itu adalah fokus telaah utama untuk mengungkap identitas "Manusia Batak Pertama".
Catatan untuk Diskusi
Bisa disimpulkan bahwa manusia pertama menurut kosmologi Batak Tua adalah Raja Ihatmanisia dan Boru Itammanisia. Â Pasangan ini serupa dengan pasangan Adam dan Hawa menurut Kitab Kejadian Perjanjian Lama agama Kristiani. Â
Tentu tidak ada alasan untuk percaya pada mitologi Batak, juga pada legenda-legenda yang mengikutinya. Â Mitos dan legenda adalah batas kemampuan pikiran manusia tempo dulu untuk menjelaskan keperiadaan jagad raya dan manusia sendiri. Â
Sekarang sains sudah sedemikian maju. Sehingga tidak ada alasan juga untuk tidak mencari penjelasan saintifik tentang jagad raya dan manusia, termasuk Tanah Batak dan orang Batak Toba.
Tentu mayoritas orang Batak yang beragama Kristiani kini pasti bilang  manusia pertama adalah Adam dan Hawa. Bukan Ihatmanisia dan Itammanisia.  Mereka menjawab dari perspektif iman Kristiani, bukan perspektif kosmologi agama asli Batak. Â
Sejatinya sangat menakjubkan mengetahui kemiripan kisah Genesis dalam Kosmologi Batak  dengan kisah Genesis Agama Kristiani dan Yahudi. Â