Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lompatan Waktu

14 Agustus 2016   14:51 Diperbarui: 17 Agustus 2016   13:31 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah benda berbentuk kubus mini dari logam diletakkan di atas meja. Seorang ilmuwan menekan sebuah tombol pada kubus mini itu. Kubus mini itu kemudian dijatuhkan dari ketinggian sepuluh sentimeter di atas meja, tetapi ketika ia terjatuh dengan jarak beberapa sentimeter dari permukaan meja, tiba-tiba kubus itu bisa melayang di atas meja tanpa menyentuh permukaan meja.

"Jadi, dengan memanfaatkan teori perpaduan antara elektromagnetik dan gravitasi, kita dapat membuat antigravitasi seperti yang saya demonstrasikan dengan prototipe kubus antigravitasi ini," kata ilmuwan muda yang bernama Alex di hadapan pertemuannya dengan dewan direksi perusahaan Futuratech.

"Mengapa kau yakin kami akan mendanai proyekmu itu?" tanya salah seorang anggota dewan direksi sambil memegang prototipe kubus antigravitasi itu dan melihat-lihatnya.

"Pak, bayangkan jika kita berhasil menciptakan teknologi antigravitasi yang bisa dimanfaatkan untuk transportasi, misalnya mobil antigravitasi, bukankah ini benar-benar teknologi masa depan yang menjanjikan?"

Kemudian para anggota dewan direksi itu berbisik-bisik satu sama lain dan direktur utama Futuratech pun berkata,"Baiklah, kami akan menilai kelayakan proyek ini dulu dan tiga hari lagi kami akan memberikan keputusan kami apakah akan mengambil proyek antigravitasi ini atau tidak. Terima kasih, Alex." Seorang karyawan kemudian mengantar Alex keluar dari ruang pertemuan itu.

Alex telah melakukan riset antigravitasi ini selama bertahun-tahun dan saat ini ia membutuhkan dana yang cukup besar untuk mengembangkannya lebih lanjut. Futuratech adalah satu dari sekian banyak perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi yang telah ia kunjungi. Telah banyak perusahaan yang menolak mendanai proyeknya, tetapi ia tidak pernah menyerah dan ia sangat berharap kali ini proposalnya bisa diterima.

Tiga hari kemudian sebuah email masuk dari Futuratech memberitahukan bahwa pendanaan proyek antigravitasinya disetujui. Betapa senangnya hati Alex. Ia pun langsung bergegas menuju perusahaan itu dengan perlengkapan risetnya yang dibawanya dalam koper.

“Sesuai dengan perjanjiannya, ini Prof. Benito, ilmuwan senior kami yang akan memimpin proyek ini.” kata seorang manager Futuratech memperkenalkan seorang ilmuwan separuh baya kepada Alex.

“Senang bertemu dengan anda, Prof. Benito,” Alex berjabatan tangan dengan Prof. Benito.

Prof. Benito berkata, “Kita akan dibantu juga oleh tim ilmuwan kami yang selama ini membantuku dalam berbagai proyek. Mereka telah menunggu kita di lab kami.”

“Baiklah, aku masih ada pekerjaan yang harus dilakukan. Prof. Ben akan membawamu ke lab kami dan memperkenalkan yang lainnya.” Lalu sang manager pergi meninggalkan mereka berdua. Prof. Ben menunjukkan jalan menuju laboratorium tempat riset mereka dan memperkenalkandua orang ilmuwan lainnya bernama Alisa dan Bobi kepada Alex. Mereka langsung memulai pekerjaan mereka hari itu juga.

“Sebagai langkah awal, Lex, aku akan mempelajari penelitian yang sudah kau lakukan dulu bersama yang lain. Kau dapat menjelaskan detailnya kemudian.”

“Baik, Prof. Ini makalah penelitian yang sudah kulakukan,” kata Alex sambil menyerahkan sebuah makalah penelitian kepada Prof. Ben. Kemudian para ilmuwan itu berkumpul bersama untuk mempelajari makalah penelitian Alex dan Alex pun menjelaskan semua detailnya.

Lima hari kemudian mereka telah membangun sebuah prototipe kubus antigravitasi yang lebih besar berukuran satu meter. “Mari kita mulai menginisiasi energi elektrogmanetik dan meningkatkan medan gravitasi ke kubus antigravitasi ini!” seru Prof. Ben.

“Energi elektromagnetik diinisiasi!” seru Alex sambil menarik sebuah tuas dari sebuah mesin pembangkit energi elektromagnetik.

“Medan gravitasi ditingkatkan!” seru Alisa yang menekan sebuah tombol pada sebuah superkomputer.

“Medan antigravitasi mulai terbentuk, Prof,” kata Bobi sambil mengamati layar komputernya.

Selama empat menit kubus antigravitasi itu tampak bercahaya menyilaukan dan melayang di atas permukaan lantai setinggi setengah meter. Para ilmuwan itu tampak sangat bergembira dengan keberhasilan mereka kali ini.

“Berikutnya, kita akan memasukkan suatu objek ke dalamnya untuk melihat bagaimanakah pengaruh antigravitasi terhadap benda di dalam kubus antigravitasi. Lex, masukkan kubus mini kita!”

“Baik, Prof.” Alex mengambil sebuah kubus mini yang mirip prototipe yang pernah ia buat sebelumnya, tetapi kali ini hanya sebuah kubus biasa. Ia memasukkannya ke ruang kosong di dalam kubus antigravitasi itu. Sebuah kamera dipasang di dalamnya untuk mengamati apa yang terjadi selama medan antigravitasi bekerja.

“Energi elektromagnetik sudah diinisiasi, medan gravitasi sudah meningkat, dan medan antigravitasi diaktifkan!”

Kubus antigravitasi itu kembali bercahaya dan selama empat menit prototipe itu tampak melayang di atas lantai seperti sebelumnya. Prof. Ben, Alex, Alisa dan Bobi pun mengamati rekaman kamera melalui sebuah layar komputer.

“Lihat! Kubus mininya mengecil...,” seru Alisa dengan takjub.

Di layar tampak kubus mini itu perlahan-lahan mengecil sampai menjadi sebuah titik kecil yang kemudian memancarkan cahaya menyilaukan sebelum akhirnya lenyap.

“Dan lenyap?” kata Alex dengan penuh keheranan.

“Mungkinkah ia mengalami anihilasi materi-antimateri?” tanya Bobi.

“Massa kubus perlahan-lahan berkurang dan menjadi nol, tetapi kita tidak menemukan energi radiasi yang setara dengan energi massa kubus itu. Jika ada, maka seluruh lab seharusnya meledak karena energinya cukup besar untuk meledakkan seluruh kota,” jawab Alisa setelah mengecek data eksperimen itu di komputer.

“Jadi, ke mana benda itu menghilang?” tanya Prof.Ben yang juga kebingungan.

“Kita tidak menemukan energi yang lenyap dari sistem, Prof, selain foton cahaya dari dalam kubus antigravitasi yang sama energinya dengan foton cahaya yang memancar di luar kubus.”

“Itu berasal dari sebagian kecil energi elektromagnetik yang kita gunakan,” sahut Alex.

“Benar, Lex.”

Semuanya tampak kebingungan. Prof, Ben berpikir sejenak, tetapi tampaknya ia tidak dapat mengetahui ke mana kubus mini itu menghilang. “Kita istirahat dulu sebentar. Nanti kita teliti lagi ke mana lenyapnya objek kubus itu,” katanya.

Setelah istirahat siang, mereka kembali bekerja di laboratorium. Alex dan Prof. Ben tampak menuliskan sejumlah rumus fisika di papan tulis, sedangkan Alisa dan Bobi memeriksa data-data eksperimen yang mereka lakukan di komputer. Sekitar empat jam mereka berusaha untuk mencari kemungkinan ke manakah benda kubus itu menghilang dalam eksperimen mereka, tetapi tampaknya tidak ada hasil.

“Mungkin kita harus mengulangi percobaan kita dan melihat apa yang terjadi di dalam kubus antigravitasi itu kembali,” kata Bobi.

“Hmmm.... tidak ada salahnya dicoba lagi, Bob,”kata Prof. Ben, “Nyalakan kubus antigravitasi!”

“Medan antigravitasi diaktifkan dan kubus antigravitasi siap, Prof!”

Kubus antigravitasi itu kembali bercahaya dan melayang di atas lantai seperti percobaan sebelumnya. Namun ketika para ilmuwan itu melihat ke rekaman kamera dalam ruang kosong kubus itu, tiba-tiba muncul cahaya menyilaukan dan objek kubus mini yang sebelumnya menghilang perlahan-lahan muncul kembali dari titik kecil menjadi seukuran kubus mini itu yang sebenarnya.

“Aneh, tiba-tiba massa kubus itu muncul begitu saja dari kekosongan tanpa menyerap energi dari luar. Dari mana ia datang?” kata Alisa sambil melihat data di komputer.

Kubus antigravitasi itu kemudian dimatikan dan Alex mengambil kubus mini dari dalamnya. “Tidak ada perubahan sama sekali pada kubus mini ini. Ia sama persis seperti sebelumnya,” katanya.

“Kecuali atom-atom kubus yang terionisasi akibat radiasi elektromagnetik, tidak ada perubahan massa serta perubahan fisik dan kimiawi lainnya menurut data kita,” kata Alisa.

“Mungkinkah ia masuk dimensi lain?” tanya Bobi.

“Atau mengalami lompatan waktu?” seru Prof. Ben, “Bob, gunakan jam tanganku ini sebagai objek di dalam kubus antigravitasi.”

Ia melepaskan jam tangannya lalu memberikannya kepada Bobi yang kemudian memasukkannya ke dalam kubus itu. Mereka pun mengulangi percobaan yang sama dengan jumlah energi elektromagnetik dan besar medan gravitasi yang sama. Jam tangan itu menghilang seperti halnya kubus mini sebelumnya dan sekitar empat jam kemudian jam tangan itu kembali muncul ketika kubus antigravitasi dinyalakan kembali.

Prof. Ben memeriksa jam tangannya kembali, “Jam tangan ini telah berdetak empat menit, tetapi kita kehilangan jam tangan ini selama sekitar empat jam. Ini benar-benar jam tangan yang mengalami lompatan waktu ke masa depan!”

“Tepatnya waktu dua ratus lima puluh enam menit dilompati hanya dalam empat menit, Prof. Aku telah mencatat waktu kita memulai percobaan dan mendapatkan kembali jam tangan itu kemudian membandingkannya,” kata Alisa.

“Luar biasa! Kita menemukan cara melakukan lompatan waktu dengan tidak sengaja!” sahut Bobi.

“Mungkin jika kita mengubah jumlah energi elektromagnetik dan besar medan gravitasi yang digunakan, kita bisa mengatur lompatan waktu ini ke masa depan atau masa lampau sesuai dengan keinginan kita,” seru Alex dengan gembira.

Setelah seminggu mereka berhasil membuat mesin waktu yang berbentuk kubus besar di mana seorang manusia dewasa dapat masuk ke dalamnya. Mereka melakukan percobaan pertama dengan mengirimkan seekor simpanse menuju enam jam kemudian di masa depan untuk mengetahui pengaruh lompatan waktu terhadap makhluk hidup. Simpanse itu dipakaikan pakaian khusus antiradiasi untuk melindunginya dari pancaran radiasi tinggi yang terjadi ketika mesin waktu beroperasi.

“Baik, teman-teman. Enam jam sudah berlalu, mari kita lihat apakah simpanse kita akan muncul,” kata Prof. Ben, “Nyalakan mesin waktunya!”

Cahaya menyilaukan memancar dari mesin waktu itu dan simpanse itu muncul kembali dalam keadaan selamat. Hewan percobaan itu kemudian diperiksa kondisi fisik dan kesehatannya.

“Tampaknya aman, Prof. Tidak ada tanda-tanda perubahan fisiologi dari organ-organ tubuh simpanse,” kata Alisa mengamati hasil pemeriksaan itu pada layar komputer. Para ilmuwan itu tampak sangat gembira dengan hasil percobaan mereka dan mereka memutuskan untuk melaporkannya kepada atasan mereka pada keesokan harinya.

“Alih-alih membuat teknologi antigravitasi yang bisa digunakan untuk transportasi masa depan, kalian malah menemukan mesin waktu?” ujar manager perusahaan Futuratech ketika diberitahukan tentang penemuan ini.

“Benar, Pak. Mesin waktu ini bekerja berdasarkan medan antigravitasi yang menyebabkan objek di dalamnya mengalami lompatan waktu. Namun ia hanya dapat mengantarkan objek ke masa depan atau masa lampau selama mesin waktu ini ada dan dinyalakan pada saat itu karena mesin waktu ini berfungsi sebagai pemancar sekaligus penerima lompatan waktu yang terjadi,” kata Alex menjelaskan.

“Aku akan melaporkan kepada bos tentang penemuan tak terduga ini. Kalian harus merahasiakan penemuan ini, jangan sampai bocor keluar apalagi jika sampai jatuh ke tangan pihak yang tidak bertanggung jawab.” Lalu sang manager pun pergi.

Kemudian Bobi berkata, “Sekarang bagaimana kalau kita mengirim salah seorang dari kita dengan mesin waktu. Aku akan dengan senang hati menjadi manusia penjelajah waktu pertama dalam sejarah.”

“Tidak, Bob. Kalau pun kita akan mengirimkan seseorang, Alex-lah yang paling berhak melakukannya. Ia adalah orang yang berjasa melahirkan proyek ini,” kata Prof. Ben.

“Anda benar, Prof,” sahut Alisa. Bobi tampak tidak senang dengan hal ini, tetapi Alex tidak berkata apa-apa.

“Kalau begitu. Lex, kau bersiap-siaplah. Kita akan mengirimkanmu ke masa depan satu hari yang akan datang sebagai percobaan pertama mengirimkan manusia dengan lompatan waktu.”

Alex kemudian memakai pakaian khusus antiradiasi yang telah disediakan. Alisa berkata kepadanya, “Kirimkan salam dari kami untuk kami yang berada di masa depan ya, Lex.” Alex tersenyum kepadanya lalu masuk ke dalam mesin waktu.

“Mesin waktu diaktifkan! Mengirim objek melompat dua puluh empat jam ke depan!” Cahaya pun memancar dari mesin waktu itu dan Alex menghilang di dalam mesin waktu itu.

Alex merasakan tubuhnya perlahan-lahan menjadi lebih ringan dan pemandangan di hadapannya berubah menjadi putih sebelum akhirnya kembali menjadi seperti semula. Akhirnya ia kembali muncul di mesin waktu yang sama.

Ketika membuka pintu mesin waktu, ia melihat laboratorium mereka dalam kondisi berantakan dan terdapat beberapa bagian yang terbakar. Ia sangat terkejut dengan keadaan ini.

“Alex, akhirnya kau berhasil tiba di sini...,” Prof. Ben muncul dengan luka tembak di perutnya.

“Apa yang terjadi, Prof?” Alex membaringkan Prof.Ben di pangkuannya.

“Kita diserang sekelompok pasukan bersenjata yang tidak dikenal. Mereka mengambil data penelitian kita dan telah memasang bom yang akan meledak lima menit lagi.”

“Ke mana yang lainnya?”

“Semuanya tewas, Lex. Ada yang membocorkan penemuan mesin waktu kita. Cepat! Kau harus kembali dan mencegah hal ini terjadi sebelum terlambat!”

“Tapi, Prof....”

“Tidak ada waktu lagi, kau harus kembali sekarang....”

Prof. Ben mendorong Alex masuk kembali ke mesin waktu dan mengirimkannya kembali ke sesaat setelah ia berangkat ke masa depan. Sebelum menghilang kembali, ia melihat laboratorium di luar mesin waktu meledak.

Cahaya memancar kembali dari mesin waktu yang berada pada masa sekarang.

“Kenapa kau muncul sekarang? Apakah ada kesalahan lompatan waktu?” tanya Bobi ketika melihat Alex muncul kembali dalam mesin waktu beberapa saat setelah ia baru saja pergi.

“Tidak, Bob. Ada sesuatu mengerikan yang akan terjadi besok...,” kata Alex dengan muka yang pucat. Lalu ia menceritakan apa yang ia lihat ketika tiba di masa depan satu hari yang akan datang.

“Selain kita berempat, tidak ada orang lain yang mengetahui penemuan ini,” kata Alisa ketika mendengar kisah Alex itu.

“Manager kita mengetahui penemuan ini juga! Mungkin ia ingin menguasainya sendiri untuk kepentingan pribadinya,” kata Bobi dengan penuh curiga.

“Apa yang harus kita lakukan sekarang, Prof?” tanya Alex.

“Kita harus melaporkannya langsung ke direksi.”

“Tetapi kita tidak punya bukti manager yang membocorkannya.”

“Aku akan melihat ke ruang manager untuk mengamati gerak-geriknya.” Alisa pun segera menuju ruang manager di lantai atas. Tidak ada karyawan lain di sana. Diam-diam ia mengintip dari balik pintu yang sedikit terbuka. Tampak sang manager sedang menelepon seseorang.

“.... Baiklah, besok pagi jam sembilan kita akan bertemu di sini dan langsung melihat penemuan baru itu,” kata sang manager menutup pembicaraan teleponnya.

“Lis, apa yang sedang kau lakukan di sini?” Tiba-tiba seorang karyawan perempuan memanggil Alisa ketika melihatnya mengintip melalui pintu itu.

“Ah, tidak, aku ingin menemui manager, tetapi beliau sedang menelepon tadi....”

Alisa pun terpaksa mengetuk pintu dan ia pun dipersilahkan masuk ke dalam ruangan.

Ketika melihatnya, sang manager berkata, “Ah, Lis, aku baru saja ingin memberitahu kalian bahwa aku telah menelepon bos tentang penemuan kalian. Besok pagi kami akan melihatnya ke lab. Apakah kau ada yang ingin disampaikan?”

“Tidak, Pak. Aku baru saja ingin menanyakan hal yang sama. Aku akan kembali ke lab dan memberitahukan kabar ini kepada Profesor.” Lalu Alisa pun kembali ke laboratorium mereka.

“Aku curiga manager bukan menelepon bos tetapi orang-orang bersenjata yang akan menyerang kita besok,” kata Alisa setelah menceritakan apa yang ia dengar dari pembicaraan sang manager di telepon tadi.

“Kita harus menyelamatkan data-data penelitian kita dulu,” kata Bobi.

“Dan kita harus melaporkan hal ini kepada polisi agar mereka bisa menangkap para penjahat itu sebelum mereka beraksi,” sahut Alex.

“Tetapi siapakah polisi yang bisa mempercayai hal seperti ini: seorang ilmuwan pergi ke masa depan dan melihat kejahatan yang akan terjadi besok? Ini seperti film fiksi ilmiah saja,” kata Alisa.

“Saudara sepupuku adalah seorang polisi dan aku akan meyakinkannya tentang penemuan kita ini,” kata Bobi, “Aku akan memastikan besok kita akan memiliki pengamanan dari kepolisian.”

“Itu bagus, Bobi!” seru Profesor, “Sekarang kalian bantu aku untuk memindahkan peralatan-peralatan penting kita ke tempat lain dan Alisa segera backup data penelitian kita ke flashdisk ini.”

Mereka tampak sibuk memindahkan beberapa peralatan mereka dan membereskan beberapa pekerjaan lain mereka sampai akhirnya hari sudah malam.

Keesokan harinya jam delapan pagi Bobi datang ke laboratorium bersama dengan seorang pria berpakaian jas hitam. “Ini Greg, sepupuku yang bekerja sebagai polisi,” kata Bobi memperkenalkan orang itu kepada teman-temannya.

“Aku telah mendengar cerita Bobi yang tidak masuk akal, tetapi aku memutuskan untuk datang guna berjaga-jaga atas segala kemungkinan terburuk yang bisa terjadi,” kata Greg.

“Di mana teman-teman polisimu yang lain, Pak Greg?” tanya Profesor.

“Mereka berjaga-jaga di sekitar sini dengan menyamar sebagai orang biasa. Itu salah satunya,” ia menunjuk ke luar jendela di mana tampak sebuah mobil sedang parkir di halaman dengan seorang pria berkacamata hitam di dalamnya. Para ilmuwan itu tampak tenang dengan adanya penjagaan dari kepolisian ini.

Sekitar satu jam kemudian direktur perusahaan Futuratech dan para direksi lainnya bersama sang manager datang ke laboratorium untuk melihat penemuan mesin waktu itu. Para ilmuwan itu kemudian mendemonstrasikan penemuan mereka dengan mengirimkan seekor simpanse dengan sebuah stopwatch ke waktu satu jam kemudian. Setelah menunggu satu jam, mereka mendapatkan kembali simpanse itu dalam keadaan utuh, tetapi stopwatch hanya menunjukkan waktu berlalu selama satu menit.

“Ini menunjukkan bahwa simpanse ini telah mengalami lompatan waktu satu jam ke masa depan selama satu menit. Kita juga dapat mengatur mesin waktu agar melakukan lompatan waktu ke belakang menuju masa lampau, tetapi ini tidak kita lakukan karena perjalanan waktu ke masa lampau dapat mengubah sejarah yang akan berakibat fatal bagi kita semua,” kata Profesor menjelaskan pada akhir demonstrasi itu.

Belum sempat para direksi dan manager itu mengungkapkan kekaguman mereka, tiba-tiba saja dari luar terdengar suara ledakan.

“Apakah itu?” seru mereka.

“Serangan kelompok bersenjata!” seru Alex, “Mereka benar-benar datang untuk mengambil hasil penelitian kita.”

“Apa maksudmu?” tanya sang manager.

“Bukankah kau mengirim mereka, Pak Manager!” balas Alisa.

“Apa yang kau katakan...?” Belum sempat sang manager menyelesaikan kalimatnya, para pasukan bersenjata dengan pakaian hitam memasuki laboratorium dan menodongkan senjata kepada mereka semua.

“Greg, ke mana para polisi temanmu yang berjaga di luar tadi?” tanya Profesor dengan keheranan.

“Hahaha! Profesor, kau sudah mendalami riset ilmu pengetahuan selama puluhan tahun, tetapi tidak juga lebih pintar dari kami. Akulah yang memimpin mereka menyerang ke sini,” seru Greg sambil tertawa keras.

“Bobi, ternyata selama ini kau yang....”

“Benar, Prof. Seperti yang kau katakan, jika mesin waktu ini dapat digunakan untuk pergi ke masa lampau, kami dapat mengubah sejarah dan menjadi penguasa dunia dengan mudah. Sekarang serahkan flashdisk berisi data penelitian itu kepadaku!”

Mau tidak mau Profesor memberikan flashdisk itu kepada Bob. Kemudian Greg berkata, “Bunuh mereka semua!”

“Tidak!” teriak mereka. Tiba-tiba Alex mendorong seorang pasukan bersenjata itu dan berhasil merebut senjatanya. Kemudian terdengar beberapa kali suara tembakan. Beberapa orang pasukan bersenjata tewas tertembak. Alex berusaha melarikan diri bersama dengan Profesor, Alisa, para direksi dan sang manager di belakang mereka. Terdengar beberapa kali tembakan lagi. Para direksi dan manager tewas tertembak, sedangkan Profesor tertembak di bagian perutnya. Mereka bertiga akhirnya berhasil menyelamatkan diri dengan berlindung di balik mesin pembangkit energi elektromagnetik.

Ketika para pasukan bersenjata itu bermaksud menembaki mesin pembangkit energi elektromagnetik itu, Bobi menghalangi mereka, “Jangan ditembak! Mesin itu akan meledak dan menghancurkan kita semua jika terkena tembakan.”

“Profesor, kau dan teman-temanmu tidak akan bisa selamat dari sini! Menyerahlah!” teriak Greg.

“Prof, kau tidak apa-apa?” tanya Alisa sambil berusaha membaluti luka sang profesor dengan sobekan kain dari pakaiannya.

“Aku tidak akan bertahan lama. Alex, Alisa, kalian harus segera menyelamatkan diri dengan atau tanpa diriku!” kata Profesor sambil menahan rasa sakit.

“Lihat apa yang mereka lakukan!” seru Alex. Tampak Greg akan masuk ke dalam mesin waktu itu dan Bob akan mengaktifkan sebuah lompatan waktu. Mereka akan mengirimkan Greg ke masa lampau ketika mesin waktu itu baru tercipta untuk mengubah sejarah.

“Aku harus menghentikan mereka! Alisa, gunakan senjata ini untuk mengalihkan perhatian para pasukan bersenjata itu.” Alex memberikan senjata yang tadi direbutnya itu kepada Alisa. Ilmuwan wanita itu mengangguk lalu menembak beberapa kali ke arah samping dan menyebabkan beberapa bagian laboratorium meledak dan terbakar.

Ketika para pasukan itu mendengar suara tembakan dan ledakan dari arah samping, perhatian mereka teralihkan ke arah sumber suara itu. Seketika itu juga Alex berlari ke arah mesin waktu di mana Greg akan menutup pintu masuk ke dalamnya. Ia mendorong Greg dan mereka berdua berada di dalam mesin waktu saling memukul dan berkelahi. Namun Bobi sudah mengaktifkan mesin waktu tersebut dan mereka berdua pun melompat ke masa lampau selagi sedang bertarung.

Di luar mesin waktu para pasukan berhasil melumpuhkan Alisa. Ia tertembak di dadanya dan tewas. Profesor tampak tidak berdaya lagi.

Bobi mendatangi Profesor dan mengambil senjata yang dipegang Alisa. “Aku tidak akan membunuhmu profesor, tetapi tempat ini akan menjadi kuburanmu. Hahaha!” Lalu ia memasang dan mengaktifkan bom waktu selama sepuluh menit. Ia pun berkata kepada para pasukan bersenjata itu, “Segera tinggalkan tempat ini!”

“Tetapi bagaimana dengan bos kita...?”

“Ia memang tidak berencana kembali dengan mesin waktu ini lagi. Percayalah ini sudah direncanakan dengan baik dan kalian akan melihat bos kalian lagi.” Lalu mereka langsung meninggalkan tempat itu.

Profesor teringat akan cerita Alex sewaktu melakukan lompatan waktu pertama kali kemarin, maka ia berusaha dengan sisa tenaga terakhirnya menggapai peralatan kontrol mesin waktu dan menyalakan kembali mesin waktu itu. Tiba-tiba mesin waktu itu memancarkan cahaya dan Alex dari masa lampau muncul.

“Alex, akhirnya kau berhasil tiba di sini....”

“Apakah yang terjadi, Prof?” tanya Alex dengan terkejut. Kemudian Profesor menceritakan kembali kejadian ini seperti sebelumnya. Akhirnya Alex dari masa lampau itu masuk kembali ke mesin waktu dan seluruh tempat itu meledak hampir bersamaan dengan ia melompat kembali ke masanya.

Sementara itu Alex dari masa sekarang bersama dengan Greg melompat ke masa dua hari sebelumnya ketika mesin waktu itu baru diciptakan oleh tim ilmuwan Futuratech itu.

Saat itu malam hari, Profesor, Alex dan Alisa setelah menyelesaikan pekerjaan mereka hari itu segera pulang ke rumah mereka masing-masing. Bobi tampak belum pulang dan sedang mengamati mesin waktu yang baru saja mereka selesaikan.

“Percobaan dengan seekor simpanse telah sukses dilakukan tadi. Mesin waktu ini akan bekerja dengan baik dan siapa pun yang memilikinya pasti akan dapat menguasai dunia,” pikir Bobi.

Tiba-tiba terlintas dalam pikirannya suatu rencana jahat. Ia menelepon Greg dan memberitahukan penemuan tak terduga mereka ini, “Baiklah, aku akan mengabarimu lagi dalam beberapa hari.” Kemudian ia menutup teleponnya dan menghidupkan mesin waktu itu.

Ketika cahaya memancar dari mesin waktu itu, Alex melempar keluar Greg yang sudah pingsan dari dalam mesin waktu.

“Greg? Alex, kenapa kau bisa muncul dari dalam mesin waktu? Bukankah tadi kau sudah pulang duluan?”

Tanpa berkata apa-apa, Alex langsung memukul Bobi sehingga ia pingsan.

“Ini semua karena kau mengacaukan semuanya, Bob,” gumam Alex sambil mengusap darah dari mulutnya.

Setelah itu Alex memasukkan Greg ke dalam mesin waktu dan mengirimkannya ke waktu dua hari kemudian ketika mesin waktu itu diledakkan oleh para kelompok bersenjata itu. Tubuh Greg tidak akan pernah ditemukan di mana pun atau kapan pun karena mesin waktu telah hancur di masa depan.

Kemudian ia berpikir lagi, “Jika mesin waktu ini jatuh ke tangan yang salah, maka akan banyak bencana yang ditimbulkannya. Sayangnya di dunia ini banyak orang jahat seperti Bobi dan Greg. Aku tidak akan membiarkan mereka melakukan kejahatan lagi pada masa sekarang, masa lampau, ataupun masa depan dan selamanya dengan mesin waktu ini!”

Ia menyalakan komputer server di laboratorium itu dan menghapus semua data tentang penemuan mesin waktu yang telah mereka ciptakan. Lalu ia membongkar mesin pembangkit energi elektromagnetik dan membuat hubungan pendek arus listrik dengan menyambungkan kabel-kabel yang berbeda kutubnya. Setelah menyalakan mesin pembangkit energi itu, segera ia berlari ke arah jendela dan keluar dari tempat itu. Beberapa detik kemudian terdengar suara ledakan yang memporak-porandakan seluruh gedung Futuratech bersama laboratoriumnya.

Dengan terengah-engah Alex tiba di rumahnya sendiri. Ia merasa sedikit pusing akibat paparan radiasi selama lompatan waktu yang ia lakukan, tetapi ia berusaha memasuki kamarnya sendiri dan melihat dirinya sendiri sedang tidur nyenyak.

“Bangun, Lex!” serunya kepada dirinya sendiri yang tertidur.

“Apa? Siapakah kau?” Alex masa lampau terbangun dan tampak terkejut walaupun masih setengah mengantuk.

“Aku adalah dirimu dari masa depan, tepatnya dua hari dari sekarang. Dengarkanlah! Aku telah menghancurkan lab kalian beserta mesin waktu di dalamnya. Lompatan waktu yang kau temukan secara tidak sengaja itu akan menghancurkan kita semua dua hari lagi. Janganlah membuatnya lagi! Engkau harus menemukan teknologi antigravitasi tanpa menyebabkan lompatan waktu!”

“Tetapi bagaimana caranya...?”

“Engkau akan menemukannya cepat atau lambat dengan bantuan Profesor dan Alisa. Camkanlah ini baik-baik!” Kemudian Alex masa depan memukul dirinya dari masa itu sampai pingsan. Lalu ia pergi dari tempat itu dan tidak pernah terlihat lagi.

Keesokan harinya polisi menemukan mayat Bobi di antara reruntuhan gedung Futuratech dan menyimpulkan bahwa Bobi tanpa sengaja meledakkan mesin pembangkit energi elektromagnetik di laboratorium karena ketidakhati-hatiannya. Enam bulan kemudian setelah mendapatkan tempat penelitian baru dan bantuan dana dari perusahaan lain, Alex, Prof. Ben, dan Alisa berhasil mengatasi efek lompatan waktu dari antigravitasi dan menciptakan teknologi antigravitasi yang aman untuk diterapkan untuk transportasi tanpa roda.

Jambi, 14 Agustus 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun