Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dhammacakkappavattana Sutta: Ajaran Pertama Sang Buddha (bagian 1)

14 Juli 2011   22:29 Diperbarui: 31 Juli 2016   21:13 7511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kotbah Pertama Sang Buddha kepada Lima Pertapa di Taman Rusa

Jalan Tengah adalah jalan yang ditemukan Sang Tathagata (yang berarti "Ia yang telah datang, Ia yang telah pergi", salah satu sebutan Sang Buddha) di bawah pohon Bodhi dan diajarkan selama 45 tahun berikutnya kepada semua orang. Jalan Tengah ini disebut juga Jalan Mulia Berunsur Delapan karena merupakan jalan yang ditempuh oleh para orang mulia (ariya) untuk mencapai tujuan akhir, yang terdiri atas delapan unsur yang tak terpisahkan dan saling berkaitan, yaitu:

  1. Pandangan Benar (sammā ditthi)
  2. Pikiran Benar (sammā samkappa)
  3. Ucapan Benar (sammā vācā)
  4. Perbuatan Benar (sammā kammanta)
  5. Mata Pencaharian Benar (sammā ājiva)
  6. Upaya Benar (sammā vāyāma)
  7. Perhatian Benar (sammā sati)
  8. Konsentrasi Benar (sammā samādhi)

Untuk kepentingan praktek, Jalan Mulia Berunsur Delapan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu moralitas (sila) yang terdiri dari ucapan benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar; konsentrasi (samadhi) yang terdiri dari upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar; serta kebijaksanaan (pañña) yang terdiri dari pandangan benar dan pikiran benar. Dengan menjalankan ucapan, perbuatan dan mata pencaharian benar, moralitas dikembangkan. Kemudian dengan menjalankan upaya, perhatian dan konsentrasi benar, seseorang mengembangkan konsentrasi melalui meditasi. Setelah itu, pengembangan pandangan dan pikiran benar membawa seseorang pada kebijaksanaan pandangan terang (vipassana pañña), yaitu kebijaksanaan yang melebihi kebijaksanaan duniawi.

  • Moralitas

Moralitas dikembangkan dengan menjalankan ucapan benar, perbuatan benar, dan mata pencaharian benar. Ucapan benar adalah ucapan yang bebas dari dusta, fitnah, kata-kata kasar dan menyakitkan, kata-kata kosong dan tidak bermanfaat.

Perbuatan benar adalah perbuatan jasmani yang bebas dari pembunuhan, pencurian, dan perbuatan seksual yang salah. Bagi orang-orang yang hidup berumah tangga, perbuatan seksual yang salah meliputi perbuatan seksual yang dilakukan bukan dengan pasangan resmi, hubungan seksual dengan orang-orang yang dilarang secara hukum dan adat, hubungan sesama jenis, dan hubungan seksual dengan makhluk bukan manusia.

Mata pencaharian benar adalah penghidupan yang bebas dari cara yang salah, yaitu yang melibatkan pembunuhan, pencurian, dan ucapan yang salah. Bagi umat awam, dalam hal perdagangan terdapat 5 jenis mata pencaharian yang tidak seharusnya dijalankan: berdagang senjata, manusia (perdagangan wanita, anak di bawah umur, dan prostitusi), hewan untuk dibunuh, minuman keras (termasuk obat-obatan terlarang), dan racun. Bagi mereka yang meninggalkan kehidupan berumah tangga, mata pencaharian yang salah adalah semua cara mendapatkan empat kebutuhan pokok (tempat tinggal, pakaian, makanan, obat-obatan) yang tidak sesuai dengan aturan kehidupan monastik (Vinaya).

Moralitas merupakan landasan utama dalam menapaki jalan menuju kebahagiaan sejati. Dengan moralitas saja, seseorang dapat terlahir di alam bahagia (surga) setelah kematiannya. Moralitas mengatur perbuatan jasmani dan ucapan dari hal-hal yang tidak bermanfaat (akusala), yang diperlukan untuk pengembangan batin yang lebih tinggi. Dengan demikian, adalah sangat penting untuk menjaga moralitas bahkan bagi mereka yang tidak bermaksud untuk mencapai kedamaian spiritual.

Dalam kehidupan sehari-hari, seorang umat awam dapat menjalan lima pelatihan moral (Panca-sikkhapada atau Pancasila): tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbuat asusila, tidak berkata dusta, dan tidak mengkonsumsi bahan yang menyebabkan lemahnya kesadaran; atau delapan pelatihan moral (Atthasila):  tidak membunuh, tidak mencuri, tidak melakukan hubungan seksual, tidak berkata dusta, tidak mengkonsumsi bahan yang menyebabkan lemahnya kesadaran, tidak makan setelah tengah hari, tidak melakukan tarian, nyanyian, bermain musik, melihat pertunjukan, dan merias diri, serta tidak tidur di tempat tidur yang mewah. Umumnya delapan pelatihan moral dilaksanakan pada saat hari pertama, kedelapan, kelima belas, dan keduapuluh tiga setiap bulan penanggalan lunar.

Bagi para bhikkhu, terdapat 227 aturan moralitas dan untuk para bhikkhuni ada 311 aturan, yang disebut Patimokkha-sila. Empat aturan pokok yang jika dilanggar maka menyebabkan bhikkhu atau bhikkhuni yang bersangkutan dikeluarkan dari kehidupan membiara dan tidak boleh ditahbiskan kembali dalam kehidupan ini (Parajika) adalah melakukan perbuatan seksual, mencuri, menyebabkan hilangnya nyawa manusia bahkan jika masih janin sekali pun, dan mengaku telah mencapai kemajuan spiritual, seperti kesucian batin (Arahat) atau tingkat pemusatan pikiran (jhana), padahal belum mencapainya.

Dengan menjalankan moralitas diharapkan 4 jenis kesucian moralitas di bawah ini dapat terpenuhi:

  1. Pengendalian perbuatan dan perilaku melalui aturan moralitas yang sesuai (Pancasila dan Atthasila bagi umat awam, Patimokkha-sila bagi para bhikkhu dan bhikkhuni).
  2. Pengendalian indera dengan tidak melekat pada objek-objek indera (bentuk, suara, bebauan, rasa, sentuhan, dan objek pikiran) yang ditangkap oleh pancaindera dan pikiran kita untuk menangkal timbulnya hal-hal yang tidak bermanfaat.
  3. Kesucian cara penghidupan, yaitu memperoleh kebutuhan pokok sehari-hari dengan cara yang benar. Ini dikembangkan dengan menjalankan mata pencaharian yang benar.
  4. Penggunaan kebutuhan pokok yang benar, yaitu dengan bijaksana merenungkan bahwa pakaian semata-mata digunakan untuk melindungi tubuh dari panas dan dingin, makanan hanya untuk memberi nutrisi bagi tubuh, tempat tinggal hanya untuk melindungi dari perubahan cuaca, dan obat-obatan hanya untuk menangkal penyakit.
  • Konsentrasi

Konsentrasi yang dimaksudkan di sini adalah praktek pengembangan mental yang membawa ketenangan batin dan keterpusatan pikiran. Secara umum, praktek ini dicapai melalui meditasi. Pengembangan mental ini dilakukan dengan menjalankan upaya benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

Upaya benar merupakan upaya untuk mencegah munculnya hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat yang belum muncul, meninggalkan dan melenyapkan hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat yang telah muncul, memunculkan hal-hal yang baik dan bermanfaat yang belum muncul, serta mempertahankan hal-hal yang baik dan bermanfaat yang telah muncul. Hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat yang dimaksud adalah perkataan, perbuatan, dan pikiran yang tidak baik dan merugikan kemajuan spiritual; hal-hal yang baik dan bermanfaat adalah perkataan, perbuatan, dan pikiran yang baik dan membawa pada kemajuan spiritual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun