Mohon tunggu...
Seniya
Seniya Mohon Tunggu... Ilmuwan - .

Tulisan dariku ini mencoba mengabadikan, mungkin akan dilupakan atau untuk dikenang....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Dhammacakkappavattana Sutta: Ajaran Pertama Sang Buddha (bagian 1)

14 Juli 2011   22:29 Diperbarui: 31 Juli 2016   21:13 7511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kotbah Pertama Sang Buddha kepada Lima Pertapa di Taman Rusa

(II) (1) Inilah Kebenaran Mulia tentang Sebab Penderitaan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.
(2) Kebenaran Mulia tentang Sebab Penderitaan ini seharusnya dilenyapkan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.
(3) Kebenaran Mulia tentang Sebab Penderitaan ini telah dilenyapkan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.

(III) (1) Inilah Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.
(2) Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan ini seharusnya direalisasikan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.
(3) Kebenaran Mulia tentang Lenyapnya Penderitaan ini telah direalisasikan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.

(IV) (1) Inilah Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.
(2) Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan ini seharusnya dikembangkan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.
(3) Kebenaran Mulia tentang Jalan Menuju Lenyapnya Penderitaan ini telah dikembangkan. Demikianlah, O para bhikkhu, berkenaan dengan hal-hal yang tidak terdengar sebelumnya muncul dalam diri-Ku pandangan, pengetahuan, kebijaksanaan, pengetahuan mendalam, dan pencerahan.

Selama, O para bhikkhu, pengetahuan intuitif sejati yang mutlak tentang Empat Kebenaran Mulia ini dalam tiga  aspeknya dan dua belas caranya tidak sepenuhnya jelas bagi-Ku, selama itulah Aku tidak menyatakan di dunia ini termasuk para dewa, Māra, dan Brahma, dan di antara kumpulan para pertapa, dewa, dan manusia, bahwa Aku telah memperoleh Penerangan Sempurna yang tiada bandingnya.

Ketika, O para bhikkhu, pengetahuan intuitif sejati yang mutlak tentang Empat Kebenaran Mulia ini dalam tiga aspeknya dan dua belas caranya caranya menjadi sepenuhnya jelas bagi-Ku, maka hanya dengan demikian Aku menyatakan di dunia ini termasuk para dewa, Māra, dan Brahma, dan di antara kumpulan para pertapa, dewa, dan manusia, bahwa Aku telah memperoleh Penerangan Sempurna yang tiada bandingnya. Dan muncullah dalam diri-Ku pengetahuan dan kebijaksanaan mendalam: 'Tidak tergoyahkan pembebasan pikiran-Ku. Inilah kelahiran terakhir-Ku, dan saat ini tidak ada kelahiran kembali lagi'."

Demikianlah Sang Bhagava berkotbah, dan para bhikkhu dengan senang menerima kata-kata Sang Bhagava.

Ketika ajaran ini diuraikan, muncullah dalam diri Yang Mulia Kondañña Mata Dhamma (Dhammacakkhu) yang tanpa debu, tanpa noda dan ia melihat bahwa "Apa pun yang muncul semuanya pasti akan lenyap."

Ketika Sang Buddha menguraikan kotbah Dhammacakka ini, para dewa yang berdiam di bumi mengumandangkan: "Dhammacakka yang mengagumkan ini yang tidak dapat diajarkan para pertapa, brahmana, dewa, Māra atau Brahma di dunia ini telah diuraikan oleh Sang Bhagava di Taman Rusa, di Isipatana, di dekat Benares."

Mendengar hal ini, para dewa Cātummahārājika, Tāvatimsa, Yāma, Tusita, Nimmānarati, Paranimmitavasavatti, dan para Brahma Pārisajja, Brahma Purohita, Mahā Brahma, Parittābhā, Appamānābhā, Ābhassara, Parittasubha, Appamānasubha, Subhakinna, Vehapphala, Aviha, Atappa, Sudassa, Sudassi, dan Akanittha juga mengumandangkan teriakan kegembiraan yang sama. Demikianlah pada saat yang sama, dalam sekejap, teriakan ini menjangkau sampai sejauh alam Brahma. Sepuluh ribu tata surya berguncang, bergoyang, dan bergetar dengan hebat. Cahaya cemerlang, yang melampaui cahaya para dewa, muncul di dunia.

Kemudian Sang Bhagava berkata, "Kawan, Kondañña telah sungguh memahami. Kawan, Kondañña telah sungguh memahami." Oleh sebab itu Yang Mulia Kondañña disebut Aññāta Kondañña (Kondañña yang memahami).

Penjelasan Dhammacakkappavattana Sutta

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun