Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Saya Ber"Ketuhanan"

4 Agustus 2021   11:11 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:39 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

"Tuhan", manusia dan alam semesta adalah satu kesatuanKetika menyatu dengan "Tuhan" maka sejatinya selainNya tidak ada. Sebenarnya semua ini adalah perwujudan "Tuhan"Sifat utama "Tuhan" adalah Keberlimpahan (al-Rahman/the Beneficent) dan Cinta (al-Rahim/the Merciful). Defaultnya manusia adalah makhluk keberlimpahan dan cinta. Defaultnya manusia terwujud hidup dengan penuh keberlimpahan dan cinta. Keberlimpahan dan cinta adalah pilar kebahagiaan. Jiwa raga kita manusia akan menderita bila hidup tidak dalam keberlimpahan dan cinta. Sebaliknya jiwa kita akan bahagia bila hidup kita dalam keberlimpahan dan cinta. Sejatinya Tuhan memancarkan manusia dan alam semesta adalah memancarkan keberlimpahan dan cinta. Ketika manusia dengan pilihan bebas (free choice) nya hidup dalam keberlimpahan dan cinta maka manusia selaras dengan sumber pancarannya dan mengalami kebahagiaan. Sebaliknya ketika manusia dengan pilihan bebas (free choice) nya dalam hidup yang sebaliknya, penuh kekurangan dan kebencian maka tidak selaras dengan sumber pancarannya dan mengalami banyak gesekan/penderitaan. Dalam bahasa awam Tuhan menciptakan manusia mau diberikan kebahagiaan. Tuhan seperti perbendaharaan tersembunyi. Keberadaan manusia dan seluruh alam semesta  adalah ekspresi keberlimpahan dan cintaNya. Kehidupan dunia ini seperti game kebahagiaan, keberlimpahan dan cinta. Salah satu cara untuk menikmati game kebahagiaan ini adalah menikmati setiap moment, sadar penuh hadir utuh serta menjalaninya secara bermakna dengan baik dan benar. Game dan kehidupan polanya sama, membutuhkan niat yang murni kuat, rasa syukur, passion, cinta, dedikasi, kepemimpinan, ketekunan, pengabdian, pengorbanan, kerja keras, kerja cerdas, pembelajaran dan penghormatan kepada otoritas. Terus menempa diri dan mengoptimalkan segala potensi untuk belajar, berlatih, bekerja, berusaha dan berkarya. Ketika sudah di dalam game, bisakah kita berkata “Ini tidak adil !” atau berkata “Sungguh kejam! Kenapa mereka membuat kita bertanding melawan hal yang berat-berat?” Mungkinkah kita menang permainan tanpa lawan? Namun coba kita renungkan kembali, mungkinkah kita menjadi kuat tanpa menanggung beban? Mungkinkah ada bahagia tanpa ada penderitaan? Ego, keinginan, hawa nafsu, kejahatan dan setan sebenarnya adalah tantangan, tidak diciptakan agar manusia jatuh, justru sebaliknya agar manusia kuat, menang dan naik level dalam kebajikan dan kebahagiaannya. Ibarat berlian, panas dan tekanan hidup yang tinggi tidak membuatnya terbakar, justru menempanya menjadi batu mulia yang tinggi nilainya. Apakah kita masih berpikir juga bahwa panas dan tekanan hidup yang tinggi bagi berlian adalah kejahatan dan bukan kasih sayang? Memang tidak mudah untuk dijalani ketika kita kehilangan orang-orang yang kita cintai, mengalami penderitaan, mengalami perpisahan, mengalami kesulitan secara ekonomi. Kita mungkin berpikir ini terlalu "challenge" untuk dihadapi. Tentunya kita semua tahu tidak semua orang bisa mengikuti ajang olimpiade bukan? Jika kita masuk olimpiade kehidupan berarti posisi kita tinggi dan potensi kita bagus. Adakah atlet yang berkata begini "Ini terlalu tidak mudah untuk dihadapi. Kita selalu melawan atlet-atlet lain yang tangguh. Mengapa dimasukkan di sini?" Bukankah ketika kita bisa bergabung di olimpiade artinya kita atlet yang bagus dan pilihan dari setiap negara? Coba lihat kehidupan ini seperti game kebahagiaan yang memberi kita kesempatan mengalami keberlimpahan, cinta dan kebahagiaan. Apapun kondisinya tidak perlu bersikap "victim mentality". Semua ada untuk membuat kita semakin bernilai, semakin baik, semakin bahagia serta semakin memahami kehidupan ini dengan sejatinya. 

Referensi :

Ibn Katsir, Ismail  (774 H) "Tafsir Alquran al-Adziim", Dar Alamiah (QS 112 : 1-4; QS 56 : 83-87)

Schmidt, Wilhelm.  The Origin and Growth of Religion: Facts and Theories, Cooper Square Pub (January 1, 1972)

Schmidt, Wilhelm. Primitive Revelation, Hassell Street Press (September 9, 2021) 

Corduan, Winfried.  In the Beginning God: A Fresh Look at the Case for Original Monotheism, B&H Academic; Illustrated edition (September 15, 2013) 

Yijing, A Record Of The Buddhist Religion As Practised In India And The Malay Archipelago, Legare Street Press (October 27, 2022) 

Blavatsky, Helena Petrovna, "The Secret Doctrine: Volume I ~ Cosmogenesis", Theosophy Trust Books (September 23, 2015) 

Blavatsky, Helena Petrovna, "The Secret Doctrine: Volume I ~Anthropogenesis", Theosophy Trust Books (November 4, 2015)

E.A. Wallis Budgem, "The Egyptian Book of the Dead: The Complete Papyrus of Ani Paperback", Clydesdale (March 16, 2021) 

Sir Flinders Petrie, "The Religion of Ancient Egypt", Constable, London, 1908

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun