Mohon tunggu...
MASE
MASE Mohon Tunggu... Lainnya - Mochammad Hamid Aszhar

Pembelajar kehidupan. Pemimpin bisnis. Mendedikasikan diri membangun kesejahteraan masyarakat melalui pendidikan dan kewirausahaan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mengapa Saya Ber"Ketuhanan"

4 Agustus 2021   11:11 Diperbarui: 13 Juni 2024   07:39 1214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ada banyak argumentasi tentang Ketuhanan, mulai dari argumentasi ontologis, kosmologis, contingency, teleologis, design, moral, pascal's wager, subprime conscious dan seterusnya. Walaupun kata-kata, argumentasi dan logika sangat terbatas, semua itu memberikan tanda-tanda Ketuhanan dan juga memberikan arah adanya satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta. Ketuhanan, yang tidak diciptakan/dilahirkan, tidak berawal, tidak berakhir dan tidak dapat rusak/mati. Semua argumentasi tersebut ujungnya juga mengakui konsep universal/idea tentang kebaikan (the absolute good). Kabar baiknya satu yang absolute dan sumber segala realitas tersebut tidak perlu kita cari kemana-mana. Dia ada di dalam diri kita sendiri dan di seluruh perwujudan kehidupan alam semesta. Sebenarnya semua di alam semesta yang relative ini adalah pancaran dari satu sumber yang absolute. Sebenarnya pula tidak ada pemisahan antara Ketuhanan dan kehidupan alam semesta ini, termasuk dengan diri kita sendiri. Terdapat "satu yang absolute" dimana-mana dibalik semua perwujudan alam semesta. Alam adalah ungkapan empirisNya yang berbeda dalam segala hal. KeberadaanNya tidak bergantung pada alam semesta yang terbatas dalam ruang, waktu, materi, energi dan informasi namun meresapi apa pun yang ada. Tak ada tempat di dunia ini di mana tidak ada kehadiranNya di situ. Ketuhanan, manusia dan alam semesta adalah satu kesatuan. Semakin canggih ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin menunjukkan tanda-tanda Ketuhanan di segala penjuru, semakin menunjukkan adanya satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta.

Bila kita mempelajari sains klasik, kita pahami adanya hukum kausalitas yang mengikuti fakta bahwa tidak ada yang bisa lebih cepat dari kecepatan cahaya. Hukum ini juga menyatakan bahwa akibat dari suatu tindakan hanya dapat terjadi setelah penyebabnya, yang akan membuat perjalanan waktu. Namun seiring dengan perkembangan sains muncul pertanyaan, mengapa antara dua benda langit yang berjarak tahunan cahaya hingga partikel-partikel inti atom bisa terikat oleh gravitasi terjadi secara real-time alias serentak dan tidak terikat perjalanan waktu? Jawaban atas fenomena ini muncul dari penelitian Alain Aspect bersama team, seorang fisikawan dari Institut d'Optique École Polytechnique Centre National de la Recherche Scientifique, Perancis. Yang kemudian memicu munculnya teori holografik yang diajukan oleh pakar Fisika Teoritis dari Universitas London, David Bohm dan pakar neurofisiologi Karl Pribram dari Universitas Stanford. Menurut Bohm, adanya interaksi real-time antar benda itu bisa dijelaskan dengan teori holografik. Alam semesta ini adalah pancaran atau proyeksi. Studi baru yang dipimpin tim Maldacena dari Kyoto University dan National Science Foundation, yang dipublikasi Cornell University Library pada 21 November 2013, menegaskan bahwa mereka telah membuktikan kebenaran konsep alam semesta bersifat holografik. Diberitakan Nature, Selasa pada 10 Desember 2013, Yoshifumi Hyakutake dari Ibaraki Uniersity, Jepang melakukan perhitungan komponen-komponen lubang hitam dan energi internal kosmos tanpa gravitasi. Hasil perhitungan cocok, mendukung gagasan bahwa alam semesta ini bersifat holografik. Leonard Susskind, fisikawan teoretik di Stanford University di California mengatakan bahwa perhitungan Yoshifumi Hyakutake benar. Hasil-hasil riset terbaru semakin mendekatkan manusia pada gagasan alam semesta ini bersifat holografik. Einstein pernah mengatakan bahwa realitas adalah ilusi:
Reality is merely an illusion, albeit a very persistent one”. Kutipan ini bukan mengacu kepada mekanika kuantum, melainkan
kepada teori relativitas umum setelah Kurt Godel menemukan solusi dari relativitas umum yang memberi implikasi bahwa konsep aliran waktu adalah ilusi. Penelitian yang dilakukan Enrico Rinaldi bersama team "Matrix-Model Simulations Using Quantum Computing, Deep Learning, and Lattice Monte Carlo" yang dipublikasikan 10 Februari 2022 oleh A Physical Review Journal, PRX Quantum menguatkan bahwa alam semesta ini bersifat holografik.  Artinya dari alam semesta yang bersifat ilusi, relative dan holografik, diakui adanya satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta. Hal ini sejalan dengan pernyataan Stephen William Hawking bahwa awal mula alam semesta sebagai "comes from oneness" dan ia menyatakan pula bahwa akhir alam semesta "return to oneness". Dia menyebut "oneness" sebagai sumber adanya semua di alam semesta ini. Dongshan He dan team risetnya pun juga membuktifkan secara matematis bahwa alam semesta muncul secara spontan akibat fluktuasi di level kuantum dari medan titik nol (zero point field). Sedikit untuk memahami medan titik nol (zero point field), jadi jika diurutkan dari ukuran yang besar ke ukuran yang makin kecil dimulai dari suatu benda atau organ, molekul, atom, quark maka kita sampai pemahaman bahwa quark sebenarnya adalah energi yang bervibrasi dengan frekuensi tertentu. Ada empat gaya fundamental yang menggerakkannya yaitu gaya elektromagnet, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Dan vibrasi energi dengan frekuensi tertentu yang digerakkan oleh empat gaya fundamental ini kalo kita urai lagi akan ketemu yang namanya medan titik nol (zero point field) dimana ruang, waktu, materi, energi dan informasi sudah tidak eksis lagi. Medan titik nol (zero point field) ini adalah manifestasi satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan. Medan titik nol (zero point field) ini juga merupakan manifestasi absolute yang menggerakkan fluktuasi di level kuantum dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta. Di medan titik nol (zero point field) semuanya lenyap, yang ada hanyalah satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta.

Argumentasi bahwa kehidupan alam semesta yang bersifat ilusi, relative dan holografik ini terjadi dengan meniadakan satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta justru tidak rasional. Obsesi untuk menggantikan peran "Ketuhanan" dan menggambarkan hidup dan kehidupan dalam satu kata atau satu teori yang tidak saling kontradiksi hukum alamnya dengan sebutan theory of everything (ToE) , penyelesaiannya selalu merujuk kepada Godel's Incompleteness Theorem.  Godel's Incompleteness Theorem menyatakan bahwa untuk membuktikan bahwa sesuatu benar, maka akan selalu membutuhkan hal lain. Satu contoh, himpunan X berisi seluruh himpunan. Himpunan X sendiri tidak masuk di dalamnya, maka makna "seluruh himpunan" di situ gagal terbukti. Agar X masuk ke dalam koleksi “seluruh himpunan”, maka kita butuh himpunan Y untuk melingkupi dan isinya X. Hal ini terulang untuk himpunan Y. Himpunan Y berisi seluruh himpunan. Himpunan Y sendiri tidak masuk di dalamnya, maka makna "seluruh himpunan" di situ gagal terbukti. Agar Y masuk ke dalam koleksi “seluruh himpunan”, maka kita butuh himpunan Z untuk melingkupi dan isinya Y. Hal yang sama akan terus terulang untuk himpunan Z.  Teorema ketidaklengkapan Godel memberi implikasi bahwa realitas itu “konsisten” atau “lengkap”. Tidak bisa keduanya “konsisten dan lengkap” pada waktu yang bersamaan, kecuali jika memakai level infinity yang lebih tinggi (higher infinity) dari realitas tersebut. Berdasarkan analisis sains realitas harus konsisten, karena jika tidak, maka tidak mungkin akan ada eksistensi realitas. Hal ini dikarenakan dua eksistensi yang tidak konsisten, atau berkontradiksi satu sama lain, merupakan suatu kemustahilan. Teorema ketidaklengkapan Godel juga memberikan implikasi bahwa mustahil sains dapat menjelaskan realitas dengan tuntas. Untuk mengatasi fenomena ketidaklengkapan dari realitas ini, level infinity yang lebih tinggi (higher infinity) dari realitas tersebut mutlak diperlukan. Implikasinya adalah mustahil alam semesta ini terjadi dengan sendiri tanpa adanya satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta yang bersifat ilusi, relative dan holografik ini. Matematika dan sistem sains yang dibangun di atasnya akan selalu tidak lengkap dan tidak konsisten, selalu memiliki lubang kerapuhan. Suatu keniscayaan bila ada satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta, yang tidak saling kontradiksi hukum alamnya, lengkap sekaligus konsisten serta tidak memiliki lubang kerapuhan.

Bila kita coba menjelajah ke besaran alam semesta mulai dari bumi, tata surya, galaksi, oort cloud, local interstellar cloud hingga observable universe maka kita semakin menyadari sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity keberadaan dan ketidakberadaan alam semesta. Di level local interstellar cloud ini sudah tidak bisa menggunakan satuan kilometer (km) untuk mengukur jarak namun menggunakan kecepatan cahaya yang kurang lebih sebesar 1 miliar km/jam (1.079.252.848 km/jam). Dengan kecepatan cahaya butuh sekitar 4 tahun lebih, untuk kita sampai ke bintang Alpha Centauri, bintang terdekat Matahari. Jarak dari ujung ke ujung local interstellar cloud kurang lebih 30 tahun cahaya. Kemudian kita menjelajah lagi yang lebih luas yakni galaksi Milky Way/Bima Sakti, dimana matahari dan bumi kita berada. Ada sekitar 100-400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti ini. Namun galaksi hanyalah 1 dari sekitar 54 galaksi di local group dan local group hanyalah 1 dari sekitar 2000 galaksi di Virgo supercluster yang jaraknya dari ujung ke ujung sekitar 110 juta tahun cahaya. Virgo supercluster sendiri hanyalah bagian yang sangat kecil dari Laniakea supercluster. Ada sekitar 100 ribu galaksi di Laniakea supercluster ini yang jaraknya dari ujung ke ujung sekitar 520 juta tahun cahaya. Dan Laniakea supercluster ini hanyalah setitik debu dari observable universe, alam semesta yang bisa kita observasi. Hanya sepanjang yang kita ketahui, ada sekitar 2 Triliun galaksi dari observable universe ini. Ini baru alam makrokosmos yang bisa observasi. Selebihnya adalah unknown yang tidak terbatas, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan manusia, masih banyak sekali bahkan tak terbatas yang belum kita ketahui.

Bila kita mengamati lebih dalam alam mikrokosmos, kita juga semakin menyadari sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity keberadaan dan ketidakberadaan alam semesta. Sains menunjukkan bahwa molekul sendiri terdiri dari atom-atom, baik yang berunsur atom sama maupun berunsur atom berbeda. Atom terdiri inti atom dan kulit atom. Inti atom berisi proton, neutron. Kulit atom berisi elektron. Bila atom kita zoom sebesar lapangan sepak bola, inti atom kurang lebih hanya sebesar biji kelereng. Bagian yang paling besar dari atom adalah ruang hampa. Bila kita teliti inti atom terdiri dari quark. Bila quark sebesar bola basket maka atom ini kurang lebih sebesar tata surya kita. Hanya quark-lah yang memenuhi keempat interaksi gaya fundamental yaitu gaya elektromagnetik, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Bila kita terus menjelajah ke sesuatu yang lebih kecil dari quark kita sedang memasuki alam semesta kuantum yang mana quark yang superkecil tersebut merupakan vibrasi energi dalam frekuensi tertentu. Hingga kemajuan sains dan teknologi saat ini, batas yang bisa kita ketahui adalah planck lenghth, 10 pangkat -35 meter. Selebihnya adalah medan titik nol (zero point field), yang sebenarnya adalah kekosongan yang tidak terbatas, tidak ada materi, tidak berlaku ruang dan waktu serta diluar jangkauan informasi yang bisa diserap pancaindera. Dibalik medan titik nol (zero point field) ini ada kesadaran murni yang merupakan pancaran dari satu yang absolute dan sumber segala realitas yang memunculkan alam semesta. Di sinilah segala sesuatu termanifestasi. Manusia, binatang, tumbuhan serta semua benda-benda di alam semesta yang beraneka ragam baik elemen tanah, air, udara maupun api hakekatnya adalah energi yang bergetar (vibrate) dalam frekuensi tertentu yang beraneka ragam. BDongshan He dan team risetnya membuktifkan secara matematis bahwa alam semesta muncul secara spontan akibat fluktuasi di level kuantum dari medan titik nol (zero point field). Sejujurnya kita manusia tidak menggerakkan fluktuasi di level kuantum dan memanifestasikan alam semesta yang sedemikian kompleks dan indah ini. Hal ini semakin membuat kita menyadari adanya yang bersifat absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity keberadaan dan ketidakberadaan alam semesta.

Bila kita terus mengamati alam semesta baik mikrokosmos maupun makrokosmos, ada empat gaya fundamental yang diatur dengan tepat di alam semesta ini yakni elektromagnet, gravitasi, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Setiap objek di alam semesta dipengaruhi oleh gaya-gaya ini. Keempat gaya ini diatur secara tepat dan seimbang sehingga perubahan sekecil apa pun akan melenyapkan alam semesta kita. Stephen William Hawking fisikawan teoretis, kosmolog, pengarang, dan Direktur Penelitian Centre for Theoretical Cosmology di Cambridge University dalam bukunya A Brief History of Time, menyatakan, “Jika laju pengembangan setelah 'dentuman besar (big bang)' itu satu detik lebih kecil dari waktu yang seharusnya bahkan lebih kecil dari 10^-43 detik setelah Big Bang, maka alam semesta akan hancur sebelum pernah mencapai ukurannya sekarang.” Di sisi lain alam semesta secara keseluruhan merupakan sistem terisolasi yang dipengaruhi Hukum Entropi. Hukum Entropi menyatakan bahwa entropi suatu sistem terisolasi dalam kesetimbangan termodinamika selalu meningkat atau dengan kata lain pada kondisi normal tanpa gangguan, semua sistem cenderung menjadi tidak teratur, tersebar dan bahkan rusak dengan caranya masing-masing seiring dengan berjalannya waktu. Namun pergerakan semua benda baik dalam skala makrokosmik maupun mikrokosmik terus beredar dan bergerak dengan tetap terus terjaga dalam momentum yang pas selama jangka waktu sekitar 13,75 ± 0.11 miliar tahun umur alam semesta, bahkan perubahan lebih kecil dari 10^-43 detik pun tidak ada. Professor John Polkinghorne, fisikawan dari Cambridge University, menyampaikan, ”Apabila kita menyadari bahwa hukum-hukum alam pasti diatur secara tepat menghasilkan alam semesta seperti yang kita lihat, kita pun jadi berpikir bahwa alam semesta tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, tetapi harus ada suatu kesadaran kehidupan di balik itu semua.” Nikola Tesla, fisikawan dan inventor menyampaikan “My brain is only a receiver, in the universe there is a core from which we obtain knowledge, strength and inspiration. I have not penetrated into the secrets of this core, but I know that it exists.”  Ada "core" kehidupan yang satu/oneness dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan yang tetap seimbang dalam kehidupan alam semesta.  

Apa yang disampaikan oleh Professor John Polkinghorne dan  Nikola Tesla tersebut adalah "fine tuning argument" yang menurut Richard Dawkins, salah satu bapak atheis, merupakan argumentasi paling kuat dari para theis untuk mengakui adanya satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta. Inilah sejatinya "Ketuhanan". Walaupun argumentasi ini kuat, namun mengetahui argumentasi ini belum tentu membuat orang jadi ber"Ketuhanan". Karena bila masih di level pikiran hampir selalu debatable. Sedangkan ber"Ketuhanan" bersifat personal yang mendasarkan petunjuk dan kebenaran (hidayah) menggunakan pendekatan epistemologi metafisik yang mana hukum-hukum kausalitas fisik yang diserap pikiran sudah terputus dan tidak berlaku lagi. Sebagaimana disampaikan di atas bahwa ada beberapa tingkatan (level) kesadaran atas kebenaran mulai dari level kesadaran panca indera (ainul yaqin), level kesadaran sains ('ilmul yaqin) dan level kesadaran spiritual (haqqul yaqin). Ber"Ketuhanan" ada di level kesadaran spiritual (ainul yaqin) yang mendasarkan "keberadaan" menggunakan pendekatan epistemologi fisik dan metafisik yang diserap oleh kesadaran murni tanpa melalui pemikiran empiris dan rasional.

Bila kita coba mengenal dan mengamati tubuh kita, kita saksikan tubuh kita tersusun dari organ-organ. Ada organ dalam seperti jantung, paru-paru dan lambung. Ada organ luar seperti tangan, kaki dan kulit. Organ tersusun dari jaringan sel. Setiap 1 kg tubuh manusia kurang lebih tersusun dari 1 triliun sel. Setiap sel adalah makluk hidup yang bisa berdiri sendiri dan melakukan aktivitas hidup seperti mengasup nutrisi, bergerak dan berkembang biak. Tubuh ini seperti kumpulan makhluk hidup. Sel terdiri ada nukleus (inti sel), sitoplasma (cairan sel) dan sitoskeleton (kerangka sel) dan membran (dinding sel). Nukleus (inti sel) adalah bagian terpenting sel karena nukleus (inti sel) adalah pusat kecerdasan yang mengatur seluruh aktivitas sel seperti mengontrol informasi genetis, sintesis protein dan pertumbuhan sel. Lebih kecil dari sel adalah molekul seperti molekul air, molekul protein, molekul lemak. Sel adalah makhluk hidup. Molekul sudah bukan makhluk hidup. Jadi peralihan dari yang mati ke yang hidup sebenarnya ada di level sel, lebih spesifik di nukleus (inti sel). Sejujurnya kita manusia yang memiliki sel tersebut tidak membuat terjadi peralihan dari yang mati di level molekul kepada yang hidup di level sel. Hal ini semakin membuat kita menyadari adanya yang bersifat absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity ketidakberadaan dan keberadaan semua makhluk di alam semesta yang membuat terjadi peralihan dari yang mati di level molekul kepada yang hidup di level sel.

Bila kita telaah lebih lanjut, di dalam intisel ada kromosom yakni suatu molekul DNA (deoxyribo nucleic acid) yang berkelindan membentuk kode-kode genetika A-C-G-T dan mengandung sebagian atau seluruh materi genetik suatu organisme. Kode-kode genetika A-C-G-T ini seperti huruf yang ketika disusun membentuk makna. Contohnya kata bahagia, tersusun atas huruf b-a-h-a-g-i-a. Huruf b, a, h, g dan i tidak bermakna ketika sendiri, namun ketika tersusun menjadi b-a-h-a-g-i-a jadi bermakna. Kata dengan kata disusun menjadi kalimat. Kalimat dengan kalimat disusun menjadi frasa, paragraf, bab, artikel, jurnal bahkan buku. Dalam konteks gen kumpulan huruf-huruf atau kode-kode tersebut disebut kode genetika. Ada sekitar 3 milyar kode genetika yang membentuk sistem informasi dalam diri manusia. Warna rambut, warna kulit dan semua bentuk tubuh, instruksi desainnya dari sistem informasi kode genetika. Sejujurnya kita manusia yang memiliki kode genetika yang begitu kompleks ini tidak membentuk sistem informasi genetika tersebut di dalam diri kita sendiri. Hal ini juga semakin membuat kita menyadari adanya yang bersifat absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity ketidakberadaan dan keberadaan semua makhluk di alam semesta yang membentuk sistem informasi kode genetika dan memberikan instruksi desain warna rambut, warna kulit dan semua bentuk tubuh di dalam diri kita dan semua makhluk hidup.

Jika kita tidak mengetahui hal-hal di luar diri kita dan kita melewatkannya, its ok. Namun jika proses perwujudan diri kita ini berdenyut dan bertumbuh di dalam diri kita mulai dari medan titik nol (zero quantum field), gaya fundamental, quark, proton, neutron, elektron, atom, molekul hingga ke sel, tarikan dan hembusan nafas, organ dan tubuh apakah kita tidak menyadarinya? Sejujurnya setiap sel di dalam tubuh melakukan aktivitas kompleks bukan karena kita. Pergerakan komplek fluktuasi kuantum, gaya fundamental, quark, proton, elektron, neutron, atom dan sel sejujurnya bukan kita yang melakukannya. Padahal sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta berfungsi melalui itu. Jika Ada satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta hadir di dalam diri kita, memancarkan semua itu dan kita melewatkannya, bukankah ini seperti orang buta sejak lahir dan tidak mengetahui gelapnya warna hitam, padahal mengalami gelapnya warna hitam setiap detik. Yang buta bukan mata fisiknya namun mata kesadaran murninya yang tertutupi (ter-hijab). Jika kita manusia masih begitu sombongnya dengan mengatakan bahwa "apa sih yang tidak bisa diciptakan manusia?", maka mengapa ketika nyawa sudah sampai kerongkongan kita tidak bisa mengembalikan nyawa itu? Padahal kita melihat proses kematian itu. Silahkan datangkan semua sains dan teknologi, datangkan semua ilmuwan, datangkan semua kekuasaan dan kekayaan untuk mengembalikan nyawa itu jika kita merasa tidak memerlukan keberadaan satu/oneness yang sejati dalam kesatuan kehidupan, absolute dan menjadi sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity kehidupan alam semesta.  

Rollin McCraty, PhD, Director of Research of the Institute of HeartMath bersama peneliti lainya menyampaikan bahwa di sistem limbik otak kita, disamping ada bagian rasio (hippocampus) namun juga ada bagian rasa (amygdala) yang bisa menyerap gelombang elektromagnet yang memancar di alam semesta. Kemudian ada yang disebut brain heart axis atau poros otak jantung yang bekerja baik secara hormonal maupun radiatif. Gelombang elektromagnetik jantung (heart) bersifat meng-amplifier gelombang elektromagenetik otak (brain). Dengan mengoptimalkan kesadaran murni kita maka otak (brain) dan jantung (heart) yang berada disekitar dada yang menghasilkan medan elektromagnetik tubuh yang lebih kuat dan berirama luas yang mampu mengakses di luar batasan fisik dan pikiran kita. Dalam hal komponen medan listrik, komponen medan listrik jantung sekitar 60 kali lebih besar dalam amplitudo dibandingkan komponen medan listrik otak dan menembus setiap sel dalam tubuh. Dalam hal komponen magnetik, komponen medan magnet jantung (heart) 5000 kali lebih kuat dari medan magnet otak dan dapat dideteksi beberapa meter jauhnya dari tubuh dengan sensitif magnetometer. Data baru dalam beberapa penelitian Institute of HeartMath menunjukkan bahwa jantung (heart) terlibat langsung dalam persepsi intuitif yang bisa mengakses informasi di luar batas ruang, waktu, materi dan energi. Dalam desain eksperimen yang ketat ditemukan bukti kuat bahwa jantung (heart) menerima informasi intuitif ini sebelum otak (brain) dan dapat mengakses energi yang lebih halus dan informasi tentang objek dan peristiwa jauh di alam semesta bahkan bisa menembus keluar dimensi ruang, waktu dan materi dari alam 3 (tiga) dimensi kita. Disebut oleh Karl H. Pribram, seorang profesor emeritus psikologi dan psikiatri di Stanford University sebagai "domain spektral", this is thought to be the basis for our consciousness of “the whole.”  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun