Ada banyak argumentasi tentang Ketuhanan, mulai dari argumentasi ontologis, kosmologis, contingency, teleologis, design, moral, pascal's wager, subprime conscious dan seterusnya. Walaupun kata-kata, argumentasi dan logika sangat terbatas, semua itu memberikan tanda-tanda Ketuhanan dan juga memberikan arah adanya satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute - infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua. Ketuhanan, yang tidak diciptakan/dilahirkan, tidak berawal, tidak berakhir dan tidak dapat rusak/mati. Semua argumentasi tersebut ujungnya juga mengakui konsep universal/idea tentang kebaikan (the absolute good). Kabar baiknya satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute - infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua tersebut tidak perlu kita cari kemana-mana. Dia ada di dalam diri kita sendiri dan di seluruh perwujudan kehidupan alam semesta. Sebenarnya semua di alam semesta yang relative ini adalah pancaran dari satu sumber yang absolute. Sebenarnya pula tidak ada pemisahan antara Ketuhanan dan kehidupan alam semesta ini, termasuk dengan diri kita sendiri. Terdapat "satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute - infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua" di semua alam semesta. Alam semesta adalah ungkapan empirisNya yang berbeda dalam segala hal. Ketuhanan transenden sekaligus imanen. KeberadaanNya tidak bergantung pada alam semesta yang terbatas dalam ruang, waktu, materi, energi dan informasi namun meresapi apa pun yang ada. Tak ada tempat di dunia ini di mana tidak ada kehadiranNya di situ. Ketuhanan, manusia dan alam semesta adalah satu keutuhan. Semakin canggih ilmu pengetahuan dan teknologi, semakin menunjukkan tanda-tanda Ketuhanan di segala penjuru, semakin menunjukkan adanya satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua.
Bila kita mempelajari sains klasik, kita pahami adanya hukum kausalitas yang mengikuti fakta bahwa tidak ada yang bisa lebih cepat dari kecepatan cahaya. Hukum ini juga menyatakan bahwa akibat dari suatu tindakan hanya dapat terjadi setelah penyebabnya, yang akan membuat perjalanan waktu. Namun seiring dengan perkembangan sains muncul pertanyaan, mengapa antara dua benda langit yang berjarak tahunan cahaya hingga partikel-partikel inti atom bisa terikat oleh gravitasi terjadi secara real-time alias serentak dan tidak terikat perjalanan waktu? Jawaban atas fenomena ini muncul dari penelitian Alain Aspect bersama team, seorang fisikawan dari Institut d'Optique École Polytechnique Centre National de la Recherche Scientifique, Perancis. Yang kemudian memicu munculnya teori holografik yang diajukan oleh pakar Fisika Teoritis dari Universitas London, David Bohm dan pakar neurofisiologi Karl Pribram dari Universitas Stanford. Menurut Bohm, adanya interaksi real-time antar benda itu bisa dijelaskan dengan teori holografik. Studi baru yang dipimpin tim Maldacena dari Kyoto University dan National Science Foundation, yang dipublikasi Cornell University Library pada 21 November 2013, menegaskan bahwa mereka telah membuktikan kebenaran konsep alam semesta bersifat holografik. Diberitakan Nature, Selasa pada 10 Desember 2013, Yoshifumi Hyakutake dari Ibaraki Uniersity, Jepang melakukan perhitungan komponen-komponen lubang hitam dan energi internal kosmos tanpa gravitasi. Hasil perhitungan cocok, mendukung gagasan bahwa alam semesta ini bersifat holografik. Leonard Susskind, fisikawan teoretik di Stanford University di California mengatakan bahwa perhitungan Yoshifumi Hyakutake benar. Hasil-hasil riset terbaru semakin mendekatkan manusia pada gagasan alam semesta ini bersifat holografik. Einstein pernah mengatakan bahwa realitas adalah ilusi: “Reality is merely an illusion, albeit a very persistent one”. Kutipan ini bukan mengacu kepada mekanika kuantum, melainkan kepada teori relativitas umum setelah Kurt Godel menemukan solusi dari relativitas umum yang memberi implikasi bahwa konsep aliran waktu adalah ilusi. Penelitian yang dilakukan Enrico Rinaldi bersama team "Matrix-Model Simulations Using Quantum Computing, Deep Learning, and Lattice Monte Carlo" yang dipublikasikan 10 Februari 2022 oleh A Physical Review Journal, PRX Quantum menguatkan bahwa alam semesta ini bersifat holografik. Artinya dari alam semesta yang bersifat ilusi dan relative. Ada satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute - infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua. Hal ini sejalan dengan pernyataan Stephen William Hawking bahwa awal mula alam semesta sebagai "comes from oneness" dan ia menyatakan pula bahwa akhir alam semesta "return to oneness". Dia menyebut "oneness" sebagai esensi dan manifestasi semua di alam semesta ini. Dongshan He dan team risetnya pun juga membuktikan secara matematis bahwa alam semesta muncul secara spontan akibat fluktuasi di level kuantum dari medan titik nol (zero point field).
Sedikit untuk memahami medan titik nol (zero point field). Bila kita mengamati lebih dalam mikrokosmos alam semesta, kita semakin menyadari satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua. Jika diurutkan dari ukuran yang besar ke ukuran yang makin kecil dimulai dari suatu benda atau organ, molekul, atom, quark maka kita sampai pemahaman bahwa quark sebenarnya adalah energi yang bervibrasi dengan frekuensi tertentu. Sains sendiri menunjukkan bahwa molekul terdiri dari atom-atom, baik yang berunsur atom sama maupun berunsur atom berbeda. Atom terdiri inti atom dan kulit atom. Inti atom berisi proton, neutron. Kulit atom berisi elektron. Bila atom kita zoom sebesar lapangan sepak bola, inti atom kurang lebih hanya sebesar biji kelereng. Bagian yang paling besar dari atom adalah ruang hampa. Bila kita teliti inti atom terdiri dari quark. Bila quark sebesar bola basket maka atom ini kurang lebih sebesar tata surya kita. Hanya quark-lah yang memenuhi keempat interaksi gaya fundamental alam semesta yaitu gaya elektromagnetik, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Bila kita terus menjelajah ke sesuatu yang lebih kecil dari quark kita sedang memasuki alam semesta kuantum yang mana quark yang superkecil tersebut merupakan vibrasi energi dalam frekuensi tertentu. Hingga kemajuan sains dan teknologi saat ini, batas yang bisa kita ketahui adalah planck lenghth, 10 pangkat -35 meter. Selebihnya kita akan ketemu yang namanya medan titik nol (zero point field) dimana ruang, waktu, materi, energi dan informasi lenyap dan sudah tidak eksis lagi. Diluar jangkauan yang bisa diserap pancaindera. Di medan titik nol (zero point field) hanya kekosongan/noumena/unknown/suwung yang tidak teridentifikasi oleh pengetahuan manusia yang terbatas namun paradoksnya menjadi daya hidup, esensi dan manifestasi segala fenomena di alam semesta.
Bila kita coba menjelajah makrokosmos alam semesta mulai dari bumi, tata surya, galaksi, oort cloud, local interstellar cloud hingga observable universe maka kita semakin menyadari sumber serta perwujudan tak terbatas/infinity keberadaan dan ketidakberadaan alam semesta. Di level local interstellar cloud ini sudah tidak bisa menggunakan satuan kilometer (km) untuk mengukur jarak namun menggunakan kecepatan cahaya yang kurang lebih sebesar 1 miliar km/jam (1.079.252.848 km/jam). Dengan kecepatan cahaya butuh sekitar 4 tahun lebih, untuk kita sampai ke bintang Alpha Centauri, bintang terdekat Matahari. Jarak dari ujung ke ujung local interstellar cloud kurang lebih 30 tahun cahaya. Kemudian kita menjelajah lagi yang lebih luas yakni galaksi Milky Way/Bima Sakti, dimana matahari dan bumi kita berada. Ada sekitar 100-400 miliar bintang di galaksi Bima Sakti ini. Namun galaksi hanyalah 1 dari sekitar 54 galaksi di local group dan local group hanyalah 1 dari sekitar 2000 galaksi di Virgo supercluster yang jaraknya dari ujung ke ujung sekitar 110 juta tahun cahaya. Virgo supercluster sendiri hanyalah bagian yang sangat kecil dari Laniakea supercluster. Ada sekitar 100 ribu galaksi di Laniakea supercluster ini yang jaraknya dari ujung ke ujung sekitar 520 juta tahun cahaya. Dan Laniakea supercluster ini hanyalah setitik debu dari observable universe, alam semesta yang bisa kita observasi. Hanya sepanjang yang kita ketahui, ada sekitar 2 Triliun galaksi dari observable universe ini. Ini baru alam makrokosmos yang bisa observasi. Selebihnya kita akan ketemu yang namanya medan titik nol (zero point field) dimana ruang, waktu, materi, energi dan informasi lenyap dan sudah tidak eksis lagi. Diluar jangkauan yang bisa diserap pancaindera. Di medan titik nol (zero point field) hanya kekosongan/noumena/unknown/suwung yang tidak teridentifikasi oleh pengetahuan manusia yang terbatas namun paradoksnya menjadi daya hidup, esensi dan manifestasi segala fenomena di alam semesta.
Dari medan titik nol (zero point field) ini muncul empat gaya fundamental alam semesta yaitu gaya elektromagnet, gaya gravitasi, gaya nuklir kuat dan gaya nuklir lemah. Dari medan titik nol (zero point field) ini fluktuasi di level kuantum dan menjadi esensi dan manifestasi alam semesta. Semua hal di alam semesta tidak bisa terlepas dari medan titik nol (zero point field) ini. Bila Dongshan He dan team risetnya membuktifkan secara matematis bahwa alam semesta muncul secara spontan akibat fluktuasi di level kuantum dari medan titik nol (zero point field). Sejujurnya kita manusia tidak menggerakkan fluktuasi di level kuantum dan memanifestasikan alam semesta yang sedemikian kompleks dan indah ini. Hal ini semakin membuat kita menyadari dibalik alam semesta holografik yang bersifat relatif dan ilusif, hanya ada satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua. Ada semacam kesadaran murni yang bersifat transenden sekaligus imanen dalam arti tidak bergantung pada alam semesta yang terbatas dalam ruang, waktu, materi, energi dan informasi namun meresapi apa pun yang ada. Tak ada tempat di dunia ini di mana tidak ada kehadiranNya di situ.
Bila kita terus mengamati alam semesta baik mikrokosmos maupun makrokosmos, ada empat gaya fundamental yang diatur dengan tepat di alam semesta ini yakni elektromagnet, gravitasi, gaya nuklir kuat, dan gaya nuklir lemah. Setiap objek di alam semesta dipengaruhi oleh gaya-gaya ini. Keempat gaya ini diatur secara tepat dan seimbang sehingga perubahan sekecil apa pun akan melenyapkan alam semesta kita. Stephen William Hawking fisikawan teoretis, kosmolog, pengarang, dan Direktur Penelitian Centre for Theoretical Cosmology di Cambridge University dalam bukunya A Brief History of Time, menyatakan, “Jika laju pengembangan setelah 'dentuman besar (big bang)' itu satu detik lebih kecil dari waktu yang seharusnya bahkan lebih kecil dari 10^-43 detik setelah Big Bang, maka alam semesta akan hancur sebelum pernah mencapai ukurannya sekarang.” Di sisi lain alam semesta secara keseluruhan merupakan sistem terisolasi yang dipengaruhi Hukum Entropi. Hukum Entropi menyatakan bahwa entropi suatu sistem terisolasi dalam kesetimbangan termodinamika selalu meningkat atau dengan kata lain pada kondisi normal tanpa gangguan, semua sistem cenderung menjadi tidak teratur, tersebar dan bahkan rusak dengan caranya masing-masing seiring dengan berjalannya waktu. Namun pergerakan semua benda baik dalam skala makrokosmik maupun mikrokosmik terus beredar dan bergerak dengan tetap terus terjaga dalam momentum yang pas selama jangka waktu sekitar 13,75 ± 0.11 miliar tahun umur alam semesta, bahkan perubahan lebih kecil dari 10^-43 detik pun tidak ada. Professor John Polkinghorne, fisikawan dari Cambridge University, menyampaikan, ”Apabila kita menyadari bahwa hukum-hukum alam yang diatur secara tepat menghasilkan alam semesta seperti yang kita lihat, kita pun jadi berpikir bahwa alam semesta tidak mungkin terjadi dengan sendirinya, tetapi harus ada suatu kesadaran kehidupan di balik itu semua.” Nikola Tesla, fisikawan dan inventor menyampaikan “My brain is only a receiver, in the universe there is a core from which we obtain knowledge, strength and inspiration. I have not penetrated into the secrets of this core, but I know that it exists.” Ada "core" kehidupan, ada satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua yang menjaga keseimbangan alam semesta.
Bila kita coba mengenal dan mengamati tubuh kita, kita saksikan tubuh kita tersusun dari organ-organ. Ada organ dalam seperti otak, jantung, paru-paru dan lambung. Ada organ luar seperti tangan, kaki dan kulit. Organ tersusun dari jaringan sel. Setiap 1 kg tubuh manusia kurang lebih tersusun dari 1 triliun sel. Setiap sel adalah makluk hidup yang bisa berdiri sendiri dan melakukan aktivitas hidup seperti mengasup nutrisi, bergerak dan berkembang biak. Tubuh ini seperti kumpulan makhluk hidup. Sel terdiri nukleus (inti sel), sitoplasma (cairan sel) dan sitoskeleton (kerangka sel) dan membran (dinding sel). Nukleus (inti sel) adalah bagian terpenting sel karena nukleus (inti sel) adalah pusat kecerdasan yang mengatur seluruh aktivitas sel seperti mengontrol informasi genetis, sintesis protein dan pertumbuhan sel. Lebih kecil dari sel adalah molekul seperti molekul air, molekul protein, molekul lemak. Sel adalah makhluk hidup. Molekul sudah bukan makhluk hidup. Jadi peralihan dari yang mati ke yang hidup sebenarnya ada di level sel, lebih spesifik di nukleus (inti sel). Sejujurnya kita manusia yang memiliki sel tersebut tidak membuat terjadi peralihan dari yang mati di level molekul kepada yang hidup di level sel. Hal ini semakin membuat kita menyadari adanya satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua yang membuat terjadi peralihan dari yang mati di level molekul kepada yang hidup di level sel.
Bila kita telaah lebih lanjut, di dalam intisel ada kromosom yakni suatu molekul DNA (deoxyribo nucleic acid) yang berkelindan membentuk kode-kode genetika A-C-G-T dan mengandung sebagian atau seluruh materi genetik suatu organisme. Kode-kode genetika A-C-G-T ini seperti huruf yang ketika disusun membentuk makna. Contohnya kata bahagia, tersusun atas huruf b-a-h-a-g-i-a. Huruf b, a, h, g dan i tidak bermakna ketika sendiri, namun ketika tersusun menjadi b-a-h-a-g-i-a jadi bermakna. Kata dengan kata disusun menjadi kalimat. Kalimat dengan kalimat disusun menjadi frasa, paragraf, bab, artikel, jurnal bahkan buku. Dalam konteks gen kumpulan huruf-huruf atau kode-kode tersebut disebut kode genetika. Ada sekitar 3 milyar kode genetika yang membentuk sistem informasi dalam diri manusia. Warna rambut, warna kulit dan semua bentuk tubuh, instruksi desainnya dari sistem informasi kode genetika. Sejujurnya kita manusia yang memiliki kode genetika yang begitu kompleks ini tidak membentuk sistem informasi genetika tersebut di dalam diri kita sendiri. Hal ini juga semakin membuat kita menyadari adanya satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua yang membentuk sistem informasi kode genetika serta memberikan instruksi desain warna rambut, warna kulit dan semua bentuk tubuh di dalam diri kita dan semua makhluk hidup.
Argumentasi bahwa kehidupan alam semesta yang bersifat ilusif, relatif dan holografik ini terjadi dengan meniadakan satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua justru tidak rasional. Obsesi untuk menggantikan peran "Ketuhanan" dan menggambarkan hidup dan kehidupan dalam satu kata atau satu teori yang tidak saling kontradiksi hukum alamnya dengan sebutan theory of everything (ToE), penyelesaiannya selalu merujuk kepada Godel's Incompleteness Theorem. Godel's Incompleteness Theorem yang dibuktikan oleh Kurt Gödel, ahli logika matematika dari Austria, pada tahun 1931, menyatakan bahwa untuk membuktikan bahwa sesuatu benar, maka akan selalu membutuhkan hal lain. Satu contoh, himpunan X berisi seluruh himpunan. Himpunan X sendiri tidak masuk di dalamnya, maka makna "seluruh himpunan" di situ gagal terbukti. Agar X masuk ke dalam koleksi “seluruh himpunan”, maka kita butuh himpunan Y untuk melingkupi dan isinya X. Hal ini terulang untuk himpunan Y. Himpunan Y berisi seluruh himpunan. Himpunan Y sendiri tidak masuk di dalamnya, maka makna "seluruh himpunan" di situ gagal terbukti. Agar Y masuk ke dalam koleksi “seluruh himpunan”, maka kita butuh himpunan Z untuk melingkupi dan isinya Y. Hal yang sama akan terus terulang untuk himpunan Z. Teorema ketidaklengkapan Godel memberi implikasi bahwa realitas itu “konsisten” atau “lengkap”. Tidak bisa keduanya “konsisten dan lengkap” pada waktu yang bersamaan, kecuali jika memakai level absolute-infinity yang lebih tinggi (higher absolute-infinity) dari realitas tersebut. Berdasarkan analisis sains realitas harus konsisten, karena jika tidak, maka tidak mungkin akan ada eksistensi realitas. Hal ini dikarenakan dua eksistensi yang tidak konsisten, atau berkontradiksi satu sama lain, merupakan suatu kemustahilan. Teorema ketidaklengkapan Godel juga memberikan implikasi bahwa mustahil sains dapat menjelaskan realitas dengan tuntas. Untuk mengatasi fenomena ketidaklengkapan dari realitas ini, level absolute-infinity yang lebih tinggi (higher absolute-infinity) dari realitas tersebut mutlak diperlukan. Implikasinya adalah mustahil alam semesta ini terjadi dengan sendiri tanpa adanya satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua yang bersifat ilusif, relatif dan holografik ini. Matematika dan sistem sains yang dibangun di atasnya akan selalu tidak lengkap dan tidak konsisten, selalu memiliki lubang kerapuhan. Suatu keniscayaan bila ada satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua, yang tidak saling kontradiksi hukum alamnya, lengkap sekaligus konsisten serta tidak memiliki lubang kerapuhan.
Apa yang disampaikan oleh Professor John Polkinghorne, Kurt Godel dan Nikola Tesla tersebut adalah "fine tuning argument" untuk mengakui adanya satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua. Inilah sejatinya "Ketuhanan". Walaupun argumentasi ini kuat, namun mengetahui argumentasi ini belum tentu membuat orang jadi ber"Ketuhanan". Karena bila masih di level panca indera dan pikiran hampir selalu debatable. Sedangkan ber"Ketuhanan" bersifat personal spiritual yang mendasarkan petunjuk dan kebenaran (hidayah) menggunakan pendekatan epistemologi metafisik yang mana hukum-hukum kausalitas fisik yang diserap pikiran sudah terputus dan tidak berlaku lagi. Sebagaimana disampaikan di atas bahwa ada beberapa tingkatan (level) kesadaran atas kebenaran mulai dari level kesadaran panca indera (ainul yaqin), level kesadaran sains ('ilmul yaqin) dan level kesadaran spiritual (haqqul yaqin). Ber"Ketuhanan" ada di level kesadaran spiritual (ainul yaqin) yang mendasarkan "keberadaan" menggunakan pendekatan epistemologi fisik dan metafisik yang diserap oleh kesadaran murni. Sudah tidak berdasarkan fenomena yang dibatasi oleh ruang, waktu, materi, energi dan informasi namun sudah berdasarkan noumena yang tidak dibatasi ruang, waktu, materi, energi dan informasi.
Jika kita tidak mengetahui hal-hal di luar diri kita dan kita melewatkannya, its ok. Namun jika proses perwujudan diri kita ini berdenyut dan bertumbuh di dalam diri kita mulai dari medan titik nol (zero quantum field), gaya fundamental, quark, proton, neutron, elektron, atom, molekul hingga ke sel, susunan DNA, organ dan tubuh apakah kita tidak menyadarinya? Sejujurnya setiap sel di dalam tubuh melakukan aktivitas kompleks bukan karena kita. Pergerakan komplek fluktuasi kuantum, gaya fundamental, quark, proton, elektron, neutron, atom molekul hingga ke sel, susunan DNA, organ dan tubuh sejujurnya bukan kita yang melakukannya. Padahal esensi dan manifestasi alam semesta berfungsi melalui itu. Jika satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua ini hadir di dalam diri kita, memancarkan semua itu dan kita melewatkannya, bukankah ini seperti orang buta sejak lahir dan tidak mengetahui gelapnya warna hitam, padahal mengalami gelapnya warna hitam setiap detik. Yang buta bukan mata fisiknya namun mata kesadaran murninya yang tertutupi (ter-hijab). Jika kita manusia masih begitu sombongnya dengan mengatakan bahwa "apa sih yang tidak bisa diciptakan manusia?" maka mengapa ketika daya hidup sudah sampai kerongkongan kita tidak bisa mengembalikan daya hidup itu? Padahal kita melihat proses kematian itu. Silahkan datangkan semua sains dan teknologi, datangkan semua ilmuwan, datangkan semua kekuasaan dan kekayaan untuk mengembalikan daya hidup itu jika kita merasa tidak memerlukan satu keutuhan/oneness yang sejati, absolute -infinity serta menjadi esensi dan manifestasi semua.