Mohon tunggu...
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙
𝙔𝙖𝙢𝙞𝙣 𝙈𝙤𝙝𝙖𝙢𝙖𝙙 Mohon Tunggu... Guru - Ayah 3 anak, cucu seorang guru ngaji dan pemintal tali.

Guru SD yang "mengaku sebagai penulis". Saat kanak-kanak pernah tidak memiliki cita-cita. Hanya bisa menulis yang ringan-ringan belaka. Tangan kurus ini tidak kuat mengangkat yang berat-berat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Program Sekolah Penggerak, Seleksi dan Pendampingan

22 Maret 2023   14:34 Diperbarui: 22 Maret 2023   14:39 1095
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/mengenal-program-sekolah-penggerak

Hal-hal yang memerlukan kemampuan refleksi juga terkait dengan peran utama kepala sekolah dan pengawas dalam monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembelajaran di kelas melalui fungsi supervisor. Kemampuan supervisor tersebut menyangkut bagaimana mengetahui kualitas pembelajaran, mengukur kompetensi guru, dan bagaimana memberikan pendampingan terhadap guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

Seorang pemimpin pembelajaran juga dihadapkan pada sebuah komunitas dengan karakter individu yang beragam. Pada titik ini, diperlukan kompetensi sosial emosional. Hal ini menjadi salah satu isu yang urgen dalam lokakarya.

Kompetensi sosial emosional itu menjadi satu kesatuan karena kemampuan mengelola emosi memiliki peran penting dalam mengaktualisasikan kompetensi sosial. Sekolah sebagai sebuah kehidupan sosial tidak dapat dilepaskan dari interaksi sosial antar warga sekolah. Dalam proses interaksi tersebut, perbedaan pendapat, konflik ide, dan prokontra tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, diperlukan kompetensi sosial emosional dalam membangun komunikasi antar individu. Kemampuan seseorang mengendalikan sisi emosionalnya merupakan faktor pendukung utama di samping kemampuan intelegensia. Keduanya harus berjalan secara sejajar. Cerdas secara emosional dan cerdas secara intelegensia akan membentuk kompetensi sosial yang mapan.

Lokakarya juga memberikan pendampingan bagaimana merancang visi dan misi. Visi dan misi sejauh ini kerap kali dirumuskan tanpa melalui analsis kondisi sekolah. Padahal kondisi sekolah merupakan basis utama dalam penyusunan visi dan misi.

Penyusunan visi dan misi seharusnya menggunakan prosedur yang tepat. Sekolah harus mulai dengan melakukan analisis kondisi sekolah yang meliputi evaluasi kinerja siswa, kualitas pengajaran, ketersediaan sumber daya, serta tantangan dan peluang yang dihadapi oleh sekolah. Sekolah dapat memilih formula sederhana dalam melakukan analisis. Hal ini tentu dengan menggunakan data dan fakta yang ada di sekolah.

Dalam penyusunan visi dan misi diperlukan keterlibatan berbagai stakeholder sekolah seperti guru, orang tua, komite sekolah, dan siswa, yang bekerja dalam sebuah tim. Keterlibatan stakeholder sangat penting agar dapat memberikan sumbangan pikiran dan masukan dalam penyusunan visi dan misi yang berorientasi kepada hasil belajar siswa.

Dalam lokakarya, peserta dibekali dengan managemen perencanaan berbasis data. Sekolah diarahkan untuk memanfaatkan sumber daya yang tersedia semaksimal mungkin. Sekolah penggerak tidak difasilitasi dengan sarpras yang memadai maupun tenaga guru dan tendik yang telah berprestasi. Sekolah diharapkan memberdayakan segenap potensi yang ada untuk mendukung terlaksananya program. Sekolah tidak bekerja sendiri tetapi tetapi memaksimalkan peran stakeholder secara bersama-sama.

Seluruh materi dalam lokakarya pada dasarnya sudah menjadi bagian dari pemahaman kepala sekolah. Lokakarya hanya berperan mengeksplorasi kembali pemahaman, kemampuan, dan kinerja peserta. Oleh karena itu lokakarya lebih bersifat reflektif, diskusi, dan berbagi pengalaman.

  • Penguatan Komite Pembelajaran (Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Guru)

Penguatan komite pembelajaran melibatkan kepala sekolah, pengawas, dan guru. Penguatan tidak jauh berbeda dengan lokakarya. Hanya saja penguatan komite pembelajaran bertujuan meningkatkan kapasitas peserta dalam melaksanakan tugas sebagai pemimpin pembelajaran dalam kelas.

Penguatan lebih berorientasi kepada isu-siu yang berhubungan erat dengan kegiatan pembelajaran. Materi penguatan meliputi, kompetensi guru, pengelolaan sumber belajar, pengembangan kemampuan refleksi, serta bagaimana memanfaatkan umpan balik dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. 

Secara umum kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi sosial, dan kompetensi kepribadian. Dalam kegiatan penguatan, kompetensi komite pembelajaran direfleksikan kembali untuk menggali potensi diri sebagai guru. Guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas dan kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran pada satuan pendidikan dituntut untuk selalu mengembangkan kompetensinya dalam rangka menjawab tantangan pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun