"Ap" Suaraku tertahan. Daniel membungkam mulutku.
"Kau tak perlu menjawabnya, aku sudah tahu." Ia pun pergi sampai menghilang dari pandanganku. Sedangkan aku masih berdiri mematung di tempat, memikirkan apa yang baru ia katakan.
Tak terasa banyak siswa yang menatapku dengan tatapan misterius, saat aku berjalan menuju kelas. Mungkin mereka semua telah menganggapku gila, sebab melihat tingkahku yang agak aneh, senyam-senyum sendirian. Sebahagia itukah aku dengan kata-kata yang diucapkan oleh Daniel? Dalam benakku.
Setibanya di depan kelas, seseorang menarik tanganku. Dia Zie, teman karibku sejak kelas tiga SD.
"Kita mau ke mana?" Tanyaku.
"Ikut aja!"
Sampai di ruang perpustakaan, Zie menghentikan langkahnya dan melepaskan tanganku dari genggamannya.
"Perpus? Ngapain kita ke sini?" Tanyaku heran.
Setahuku, Zie adalah orang yang paling susah saat diajak untuk belajar.
"Manda, kamu tau gak?" Tanya Zie.
"Apa?" Aku tanya balik. Dari raut wajahnya, Zie tampak bahgia. Akhirnya aku bisa melihatnya kembali tersenyum. Gumamku.