"Pelabuhan Cerita Para Santri"
Oleh: Moch Farid Muqorrobin
Malam itu Dimas datang dengan langkahnya yang gembira, Ya, datang di tempat biasa para santri kumpul tepat pada pukul 10:12 malam. Waktu itu adalah waktu untuk para santri lepas dari pusingnya, dari hiruk pikuk materi-materi kitab yang di ajarkan guru. Ketika bel sudah berbunyi berarti menandakan pukul 10:00 malam, yang menandakan jam belajar selesai. Thoriq, dan kawan-kawan pasti langsung bergegas mengembalikan kitab dan berkumpul di sebuah lorong.
"Eh ini lorong sepi amat ya?" Bagus yang langsung melontarkan keluhan, karena pada waktu itu, lorong yang biasa di buat kumpul hanya terdapat Bagus, Dimas, Haikal Dan Si Thoriq.
Biasanya terdapat 9 anak lebih yang ngumpul di tempat itu,
 "Yakan pada maen laptop, entah membuat tugas atau hanya scroll Instagram atau Facebook, biasalah, kalo punya laptop juga pasti begitu, tuh Syafiq dah punya laptop juga langsung ke bawah", Sahut Dimas mereka pakai bahasa Indonesia karena terbiasa ngobrol dengan anak yang berasal dari luar jawa.
"Lu jangan kaya gitu Gus ketika sudah punya laptop, kalo nugas ya nugas saja, bolehlah sesekali scroll Instagram atau Facebook utuk ngefresin otak, tapi jangan kaya Yahya, masak setiap malem lembur hanya untuk nonton video gak jelas," tutur Thoriq pada bagus.
Mungkin para santri tidak semua begitu. Tapi setidaknya ada beberapa yang tidak memanfaatkan waktunya dengan baik, yang hanya membuang-buang waktunya dengan menonton video pembuat para santri malas.
Malam semakin pekat. Hawa dingin mulai menusuk daging hingga tulang-tulang. Setelah sekian lama bercengkrama bertukar cerita. Jam juga sudah menunjukan pukul 12.00 malam.
"Eh, laptopnya baru gk ngumpul di lorong nih", Thoriq nyindir Syafiq yang nggak ngumpul di lorong mentang-mentang sudah punya laptop.
"Belum tidur Riq?" tanya Syafiq yang baru datang setelah maen laptop di ruang baca.