Mohon tunggu...
Cahya Sinda
Cahya Sinda Mohon Tunggu... -

Sastra

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jika yang Terlihat

16 November 2018   11:03 Diperbarui: 16 November 2018   11:09 465
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itukan cuma formalnya Mak, yang pentingkan ijasah. Guru juga formalnya pahlawan tanpa tanda jasa, tapi intinyakan kerja, cari duit!"

"Lambemu Pen!"

Emak dan Kopen meneruskan makan siangnya itu. sebentar saja sudah selesai. Piring kotornya mereka taruh bertumpuk dengan piring kotor yang lain. Dibiarkan saja piring-piring kotor itu kemudian keduanya menuju rumah yang berada di sebelah warung. Ada jalan menembus rumah di belakang warung. Rumah dan warung dempet menjadi satu. Emak ke kamar mandi membawa handuk untuk mandi. Kopen menonton televisi untuk mengisi kekosongan waktunya menunggu gilirannya untuk mandi.

"Mak cepet mak!"

Acara televisi tidak ada yang menarik perhatian Kopen. Cukup lama akhirnya tiba waktunya Kopen mandi. Tidak perlu waktu lama. Kopen sudah rapi seketika dengan tubuh yang wangi. Emak masih berdandan di depan cermin. Kopen kembali ke depan televisi yang tadi ia tinggal tidak ia matikan. Hari masih sore masih hendak mulai muncul senja. Kopen dan Emak tidak terburu-buru.

"Kamu sudah telpon mas Jolen, Pen?"

"Lah, lupa mak."

"Oww, ndoweh!"

"Biasanyakan mas Jolen yang telpon." Kopen mengambil handphone menghubungi mas Jolen.

Emak sudah selesai dandan. Sore segera berakhir. Kopen mencoba menghubungi mas Jolen tapi tidak ada jawaban. Kopen dan Emak yang sudah siap harus menunggu kabar dari mas Jolen. Keduanya sekarang di depan televisi menonton dengan tenang namun perasaannya gelisah. Pikir mereka mengapa tidak kunjung ada kabar dari mas Jolen padahal biasanya tidak demikian.

"Kok lama ya mak?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun