“Terus kamu mau ke Tegal dong!” Ayah Sevi seperti orang panik saja.
“Ya, iyalah, Yah,” kata Bunda Sevi, “Masa tinggal di sini terus?”
“Kalau tinggal di sini saja sampai lulus SMA, bagaimana?” usul Ayah.
“Kelamaan, Oom. Nanti malah pada bosan semua,” Shela mencari-cari alasan.
Hanya Sevi yang bahagia dengan kepergian Shela. Sevi tak akan dibanding-bandingkan lagi. Dan Sevi bisa semau sendiri.
“Kamu kok senyum-senyum sendiri, Vi?” tanya Bunda mengagetkan.
“Biarin saja! Daripada senyum-senyum sama ikan di akuarium?” kata Sevi menyindir Ayahnya yang suka berlama-lama duduk dekat akuarium sambil senyum-senyum sendiri bersama ikan kesayangannya.
“Ikan-ikan Ayah itu lucu, tahu!” kata ayah tersinggung.
“Tapi kan tidak lucu, kalau ikan diajak senyum,” kata Sevi lagi.
Kalau sudah begitu, pasti pipi Sevi yang menjadi korbannya. Ayahnya pasti mencubit pipi Sevi kalau sudah kalah ngomong dengan Sevi.
“Minggu depan katanya, Mama mau kesini menjemput Shela,” kata Shela.