“Lihat, Shela selalu belajar,” kata Ayah dan Bunda Sevi hampir bersamaan saat Sevi sedang asyik menonton sinetron yang menegangkan.
“Iya deh, Sevi belajar juga,” kata Sevi terpaksa, awalnya. Sekarang Sevi sudah terbiasa. Selalu belajar. Tak peduli ada sinetron yang paling disukai sedang tayang di televisi.
Banyak. Banyak sekali hal baik yang telah ditularkan Kak Shela pada sepupunya itu. Kecuali yang satu tadi. Kebiasaan Sevi berteriak yang masih saja dilakukan Sevi hingga kini.
Sampai akhirnya Kak Shela mengatakan sesuatu yang tak diduga. Sesuatu yang mengejutkan seluruh keluarga.
“Om, Tante, Sevi, dan Mbak Salamah. Shela ingin bicara ...,” kata Shela selepas makan malam bersama.
“Ada apa Shel?” tanya Bunda Sevi.
“Mama tadi pagi menelepon Shela...,” lagi-lagi Shela berhenti berkata-kata. Dan berhentinya justru tepat pada saat orang lain ingin mendengar kata-kata itu. Sehingga Ayah Sevi pun matanya melotot hampir copot, hanya karena ingin tahu kata-kata lanjutan dari mulut Shela.
“Bagaimana kabar Mama?” tanya Bunda Sevi.
“Alhamdulillah, baik semua, Tante. Dino juga sudah banyak teman baru. Mereka sudah betah di sana,” kata Shela.
“Terus apa kata mama kamu?” tanya Ayah Sevi penasaran. Bagaimana pun juga kehadiran Kak Shela di rumah ini telah banyak membawa berkah. Terutama karena Kak Shela maka Sevi sekarang tak seperti dulu lagi. Maka, ayah Sevi pasti khawatir kalau Kak Shela pergi maka anak semata wayangnya akan kembali seperti dulu lagi.
“Kata Mama, Shela sudah dapat sekolah di Tegal. Surat-surat pindah sudah lengkap. Shela tinggal masuk saja,” jelas Shela.