Majas klimaks adalah gaya bahasa untuk menuturkan satu gagasan atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana meningkat kepada gagasan atau hal yang lebih kompleks. Penggambaran darah yang mengalir dilakukan oleh Seno pada setiap bagian cerita. Mulai dari awal, tengah, hingga akhir cerita. Pada awal cerita penggambaran sebagai berikut:
Darah membasahi pipinya, membasahi bajunya, membasahi celananya, membasahi sepatunya, dan mengalir perlahan-lahan di lantai ruang pengadilan yang sebetulnya sudah dipel bersih-bersih dengan karbol yang baunya bahkan...
Pada tengah cerita, penggambaran ini sebagai berikut:
Darah masih menetes-netes perlahan-lahan tapi terus-menerus dari lobang hitam bekas mata Saksi Mata yang berdiri seperti patung di ruang pengadilan. Darah mengalir di lantai ruang pengadilan yang sudah dipel dengan karbol. Darah mengalir memenuhi ruang pengadilan sampai luber melewati pintu menuruni tangga sampai ke halaman.
Pada akhir cerita, penggambaran menjadi:
Darah masih mengalir perlahan-lahan tapi terus-menerus sepanjang jalan raya sampai kota itu bajir darah. Darah membasahi segenap pelosok kota bahkan merayapi gedung-gedung bertingkat sampai tiada lagi tempat yang tidak menjadi merah karena darah. Namun, ajaib, tiada seorang pun melihatnya.
Penggambaran aliran darah ini secara tidak langsung mengakibatkan gaya bahasa klimaks. Darah yang awalnya hanya keluar dari lubang bekas mata Saksi Mata itu, pada akhirnya membanjiri seluruh daerah. Penggambaran ini dimanfaatkan oleh Seno untuk menggambarkan bahwa kekerasan yang dilakukan oleh pihak militer terjadi dimana-mana. Kekerasan itu menjamur di setiap pelosok daerah. Tetapi semua peristiwa itu tidak ada yang mengetahui.
Darah membasahi pipinya, membasahi bajunya, membasahi celananya, membasahi sepatunya, dan mengalir perlahan-lahan di lantai ruang pengadilan yang sebetulnya sudah dipel bersih-bersih dengan karbol yang baunya bahkan...
Pada kutipan di atas terdapat gaya bahasa klimaks yang ditandai oleh pengulangan kata membasahi dan penggunaan kata pipi, baju, celana, dan sepatu secara berturut-turut. Penggunaan majas klimaks ini masih sama seperti penggambaran pada darah yang mengalir, yaitu untuk menggambarkan banyaknya peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh pihak militer.
e. Majas Sarkasme
Sarkasme merupakan gaya bahasa yang berisi sindiran kasar serta langsung menusuk perasaan. Dalam cerpen Saksi Mata ini, majas ini terapkan secara implisit pada percakapan yang terjadi antara Saksi Mata dengan Hakim. Berikut kutipannya: