Mohon tunggu...
Muhammad Mishbakhul Huda
Muhammad Mishbakhul Huda Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia SMA Taruna Nusantara Magelang

Literasi merupakan kegiatan yang sangat menyenangkan. Melalui literasi kita bisa mengetahui dunia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Cerpen "Saksi Mata" (Kajian Stilistika)

29 November 2023   08:09 Diperbarui: 29 November 2023   08:24 704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

3. Latar Belakang Cerita

Cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma ini mengangkat tema tentang penderitaan yang dialami oleh para korban kekerasan militer pada masa Orde Baru. Tema yang diangkat hampir sama dengan beberapa cerpen lain yang ada di kumpulan cerpen yang sama.

Dalam cerpen berjudul Saksi Mata ini, Seno mengolah unsur surealisme dengan sarkasme. Surealisme adalah aliran dalam sastra yang mementingkan aspek bawah sadar manusia dan nonrasional dalam citraan di atas atau di luar realitas atau kenyataan (KBBI, 2003: 1109). Cerpen ini menceritakan seorang saksi mata di pengadilan yang datang tanpa mata. Di beberapa bagian cerpen ini, Seno memberikan gambaran yang cukup detail tentang bagaimana mata orang itu berlubang dan mengucurkan darah ke sekujur tubuhnya hingga ke lantai ruang pengadilan.

Cerpen ini adalah salah satu penggambaran yang lakukan oleh Seno untuk menggambarkan insiden Dili pada 12 November 1991. Insiden Dili, 12 November 1991, adalah peristiwa kelam dalam sejarah politik Indonesia. Meskipun pemerintah mengakui hal itu sebagai insiden, yang berarti suatu kejadian yang tak disengaja, dan bahwa kemudian pejabat militer dari wilayah yang bersangkutan ternyata diganti, namun peristiwa tersebut oleh rezim Orde Baru masih dipandang sebagai tabu karena melukai wajah Indonesia di mata masyarakat internasional. Sulit menemukan pemaparan yang cukup detail tentang peristiwa tersebut dalam catatan-catatan sejarah. Setelah Reformasi, ditemukan beberapa buku yang menuturkan hal tersebut, meski sekilas tetapi mengulas kasus Timor Timur tersebut dalam konteks transnasional politik Indonesia.

Saksi Mata adalah sebuah dokumentasi penting yang berusaha menghadirkan sebuah realitas kemanusiaan dengan melawan ketakutan dan pembungkaman. Bagi Seno, cerpen menjadi media alternatif untuk tetap konsisten menyuarakan kebebasan dan kejujurannya yang tak tertolak dalam jurnalisme yang ompong atau jurnalisme yang tak bisa penuh menghadirkan kembali kenyataan dalam beragam nuansa maknanya yang kaya.

Penutup

Dari analisis yang dilakukan pada cerpen Saksi Mata karya Seno Gumira Ajidarma di atas dengan menggunakan pendekatan stilistika, diperoleh beberap unsur pembangun dalam cerpen tersebut. Cerpen ini dibangun dengan memanfaatkan beberapa leksikan bahasa Jawa, dialek bahasa Betawi atau bahasa Indonesia gaul, kemudian juga menggunakan beberapa sinonim untuk menggantikan nama tokoh.

Beberapa gaya bahasa berupa majas juga ditemukan pada cerpen ini, antara lain majas repetisi, majas hiperbola, majas simile, majas klimaks, majas sarkasme, majas personifikasi, majas antithesis, dan majas retoris. Gaya bahasa ini mempunyai fungsi masing-masing. Majas yang paling dominan adalah majas hiperbola dan majas sarkasme. Hiperbola dimanfaatkan oleh pengarang untuk menggambarkan aliran darah yang mengalir. Sedangkan majas sarkasme digunakan oleh pengarang untuk menggambarkan tindakan yang dilakukan oleh para intelejen negara terhadap orang-orang yang meresa tidak bersalah.

Cerpen ini mengandung nilai moral yang sangat tinggi. Amanat yang ingin disampaikan oleh Seno adalah bagaimana tidak kekerasan yang dilakukan oleh pihak intelejen atau militer negara terhadap menghadapi kasus-kasus yang ada, seperti insiden Dili 12 November 1991. Cerpen ini juga merupakan penggambaran mengenai insiden Dili tersebut.

Daftar Pustaka

Ajidarma, Seno Gumira. 2002. Saksi Mata. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun