"Oke! Mari berangkat" ujar Rangga dengan mulai menjalankan motornya
Ana tertawa riang, melingkarkan lengannya disepanjang pinggang Rangga hingga memeluknya erat dari belakang. Ana sangat bahagia, rasanya ia ingin sekali menghentikan waktu saat ini juga. Agar segala rasa bahagia ini bisa terus ia rasakan, tanpa harus ia akhiri.
Sore itu, mereka lewati dengan tawa. Menyusuri pasar malam, menaiki banyak wahana permainan, membeli camilan untuk mengisi perut, juga menyempatkan waktu untuk sedikit mengobrol.Â
Sebahagia itu, hingga tawa dan senyum yang dapat menghiasi bibir mereka sampai pada saat mereka harus berpisah, rasa itu masih tetap sama. Membahagiakan. Tanpa ada rasa khawatir sedikitpun atas apa yang akan terjadi esok.
Katanya, jika ingin bahagia secukupnya saja, agar keesokan harinya, rasa sedih yang menimpa kita juga hanya secukupnya. Entahlah.
***
Sudah 24 jam Rangga pergi dan belum sama sekali mengabari dirinya.Â
Saat setelah mereka pulang berkencan, lelaki itu berpamitan pada Ana untuk mengunjungi neneknya di kota. Tentu Ana mengizinkan, karna memang itu adalah hal rutin yang dilakukan oleh kekasihnya setiap hari libur sekolah.Â
Laki-laki itu akan mengunjungi neneknya di kota, sebagai perwakilan dari keluarganya. Rangga dan neneknya memang sangat dekat, Rangga harus pindah ke desa tempat mereka saat ini karna papa Rangga di pindah tugaskan.Â
Ana berbaring dikasurnya. Menaruh handphone miliknya disebelah bantal, dan mulai menekuni buku yang ia bawa.Â
Beberapa lama berselang, dering handphonenya berbunyi. Nama kekasihnya muncul, Ana langsung mengangkatnya tanpa basa-basi.