Bola mata kecoklatan milik Rangga terasa begitu indah di mata Ana. Irisnya yang begitu mengagumkan membuat Ana terbuai, tak sadar malah menangkup pipi pria itu.
"Jangan terluka lagi, aku orang yang paling sedih kalo liat kamu luka gini" ujarnya dengan mata yang berkaca-kaca
Rangga hanya tersenyum menanggapi ucapan Ana.
Gadis itu menampilkan senyumnya untuk sang pujaan hatinya, cintanya, dunianya. Ya, Ana sangat mencintai Pria di hadapannya ini.Â
Rangga yang mengenalkan begitu banyak rasa padanya, Rangga yang menawarkan segala bentuk perhatian padanya, juga Ranggalah yang takkan pernah bisa menghilang dari ingatannya. Rangga begitu sangat berharga, Rangganya, cinta pertamanya.
Ana sangat yakin, kisah mereka akan berakhir bahagia. Sangat sangat yakin, hingga Ana lupa bahwa setiap cinta, akan sepaket dengan luka. Dan, ia tak pernah sadar bahwa Rangga juga berpotensi memberikan hal yang sama.
****
Ana mengerjap, pikirannya selalu seperti itu. Berkelana pada kejadian masa SMA dulu, saat ia baru pertama kali mengenal cinta pertamanya. Dan, ya, cinta pertamanya adalah Rangga. Rangganya yang kini sudah memiliki keluarga kecil yang indah, juga bahagia. Rangganya yang ternyata meninggalkan dirinya seorang diri, tersesat dalam dunia yang berkedok Cinta.
Rangganya yang takkan pernah kembali, meski hanya dalam mimpi.
Ana tersentak kaget, bahunya ditepuk oleh seseorang. Buru-buru ia menengok, dan alangkah terkejutnya ia melihat sosok itu.
Sosok yang baru saja selesai ia pikirkan, sosok yang baru saja ingin ia hilangkan, sosok itu adalah Rangganya. Cinta pertamanya yang sudah lama ia kubur dalam-dalam.