"Kau boleh temani gadis ini ke Pulau Kabut. Â Syaratnya kau tidak boleh membantunya dalam bentuk apapun untuk bersekutu dengan Panglima Kelelawar melawan Galuh Pakuan. Â Kau boleh temani gadis ini ke Istana Timur. Â Syaratnya kau harus singgah ke sini untuk menyampaikan kepadaku apa hasil kunjunganmu ke Lawa Agung. Â
Syarat ketiga, di Istana Timur kau juga tidak boleh ikut-ikutan jika ada niatan untuk melawan Galuh Pakuan. Syarat terakhir, kau harus kembali lagi kesini untuk menyampaikan apa hasil kunjunganmu ke Istana Timur. Â Aku harus memastikan semua ini tidak merugikan Lawa Agung. Â Itu empat syarat yang harus kau penuhi..."
Putri Anjani mengerutkan kening mendengar persyaratan yang diajukan Dewi Mulia Ratri. Â Syarat yang mengada-ada! Gadis ini membuka mulutnya hendak menyanggah keras. Â Namun Arya Dahana mengangkat tangannya mencegah.
"Baiklah Ratri...aku akan penuhi semua persyaratanmu...jangan khawatir...sepulang dari Pulau Kabut, aku akan menemuimu di sini. Â Sepulang dari Istana Timur, aku juga akan menemuimu di sini. Â Aku pastikan tidak akan mencampuri urusan apapun tentang peperangan antar kerajaan."
Putri Anjani mendengus kesal sambil mengomel pendek.
"Huh! Â Syarat yang mengada ada....!"
Dewi Mulia Ratri tersenyum samar. Â Hatinya sebenarnya agak malu mengakui. Â Syarat yang disampaikannya tadi memang mengada-ada. Â Syarat itu semuanya bermuara pada Arya Dahana harus selalu menemuinya. Â Entah mengapa, dia senang dan bahagia bisa berpikir sehebat ini agar selalu bisa bertemu Arya Dahana.
Putri Anjani sepertinya sudah tidak sabar lagi. Â Ditariknya lengan Arya Dahana untuk segera berlalu. Â Namun pemuda itu menepiskan tangannya sambil berkata untuk menunggu.
"Mala, aku senang bisa berjumpa lagi denganmu di sini. Â Ingatlah apa yang pernah aku katakan dulu tentang cahaya pelita. Â Selalu bersinarlah pada saat kegelapan datang. Â Matikan pada saat sudah terang."
Pemuda ini tersenyum manis kepada Bimala Calya yang sedari tadi hanya menatapnya tanpa berkata-kata.
Bimala Calya menundukkan kepalanya. Â Dia jatuh cinta kepada pemuda ini. Â Itu jelas. Dulu dia bahkan bersedia menjadi apa saja asal diperbolehkan ikut kemana saja oleh Arya Dahana dan Dyah Puspita. Â Saat ini dia tidak tahu harus berbicara apa. Â Dia juga menyadari bahwa sahabat baiknya sekarang, Dewi Mulia Ratri, juga ada rasa kepada Arya Dahana. Â Meski gadis itu berusaha keras menutupinya rapat rapat.