Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Idu Geni

15 Maret 2019   06:34 Diperbarui: 15 Maret 2019   06:38 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis ini mengerahkan Gora Waja sepenuhnya sehingga gigitan kelelawar beracun tidak bisa menembus kulitnya.  Namun tetap saja hal ini membuatnya kerepotan bukan main.  

Jika terus dikerubuti oleh ribuan kelelawar seperti ini.  Bukan hal yang mustahi jika lambat laun dia akan kehabisan nafas dan tewas.

Situasi sangat genting bagi hidup Putri Anjani.  Tumpukan kelelawar sudah menimbun dirinya hingga ke bagian leher.  Jika tidak ada yang menolong, sebentar lagi bisa dipastikan gadis itu akan tewas tercekik kehabisan udara.  

Dewi Mulia Ratri sendiri hanya bengong tidak tahu harus berbuat apa. Kejadian ini begitu mengerikan.  Selain itu Dewi Mulia Ratri sudah membuat keputusan dalam hatinya.  Mendadak...

"Blaaaar... Blaaaar... Blaaaar..."

Tumpukan kelelawar itu berhamburan diterjang angin pukulan dahsyat.  Putri Anjani terbebas dari bahaya kematian.  Namun puluhan ribu kelelawar masih berdatangan dari langit.  Sebentar saja lagi tubuhnya yang kaku sekeras baja itu akan ditimbuni lagi oleh ribuan kelelawar yang terus berdatangan seperti air hujan.

Sebuah larikan besar sinar berwarna keperakan menghantam ke arah gerombolan kelelawar yang terjun dari langit ke arah Putri Anjani.  Larikan sinar perak itu tidak hanya membuat tubuh ribuan kelelawar mati, namun menghancurkannya menjadi abu.  Sehingga tidak ada lagi yang menimbuni tubuh Putri Anjani.  Begitu terjadi berkali kali sampai akhirnya semua kelelawar menghilang habis dari langit. 

Putri Anjani mengambil nafas panjang. Dia tidak peduli siapa yang telah menyelamatkannya dengan membasmi ratusan ribu kelelawar tadi.  Yang penting  dirinya terbebas dari bahaya maut.  Kemarahannya bangkit lagi.  Ini semua pasti gara-gara Bimala Calya. 

Tidak ada siapa lagi yang mempunyai kemampuan seperti ini kalau bukan gadis dari Lawa Agung itu.  Sambil tetap memegang Gendewa Bernyawa, mata Putri Anjani mencari cari.  Ketemu!

Bimala Calya sedang berdiri di samping Dewi Mulia Ratri dan menatapnya dengan penuh selidik.  Melihat gadis itu menatapnya penuh amarah, Putri Anjani semakin tersulut kemarahannya.  Dipentangnya gendewa sakti itu ke arah dua gadis yang sama sama melotot ke arahnya.  Untuk berjaga-jaga dari serangan dahsyat Gempa Pralaya Dewi Mulia Ratri, Putri Anjani mengerahkan Gora Waja untuk melindungi tubuhnya.

Dewi Mulia Ratri dan Bimala Calya sadar betapa berbahayanya gendewa di tangan Putri Anjani.  Mereka yang tadinya terheran-heran dengan orang yang belum menampakkan diri namun sudah membantu Putri Anjani tadi, tidak bisa lagi berpikir atau menduga-duga.  Keadaan berbalik sekarang.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun