Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Petualangan Cinta Air dan Api (Bag. Terakhir)

9 Januari 2019   03:10 Diperbarui: 9 Januari 2019   04:06 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Putri Dyah Nertaja yang mulia.  Hamba adalah Andika Sinatria.  Putra dari Paduka Raja Galuh Pakuan.  Adik dari paduka putri Dyah Pitaloka.  Kami akan mengikuti panduan paduka putri.  Terimakasih telah menyambut kami dengan kemegahan yang luar biasa ini."

Dyah Nertaja memandang dengan kagum yang tidak bisa disembunyikan.  Namun putri cantik Majapahit itu kembali pada sikapnya yang agung dan berkata.

"Pangeran, ikutlah dengan panduan kami.  Kami akan menjaga keselamatan paduka raja dan rombongan.  Untuk menghargai jalinan yang penuh persahabatan dan menghilangkan segala rasa curiga, kami mohon agar pangeran membatasi jumlah pengawal dan mohon juga untuk meninggalkan segala bentuk senjata."

Andika Sinatria yang sudah mengetahui persyaratan ini sebelumnya, mengangguk mengerti.

"Baiklah Putri yang mulia.  Kami akan penuhi semua persyaratan Yang Mulia Putri."

Pangeran ini memberi tanda kepada Panglima Candraloka.  Yang diberi isyarat melaksanakan dengan patuh lalu mengatur dan memberi perintah sana sini.  

Seperti yang sudah diatur sebelumnya, rombongan pengawal hanya disisakan 50 orang orang pilihan.  Ditambah Andika Sinatria, Putri Anjani, dan Nini Papatong.  Sedangkan Panglima Candraloka akan menyeberang dan tidak akan ikut rombongan.  Semua senjata kecuali bilah kujang, dikumpulkan dan akan dibawa kembali menyeberang.

Iring iringan kembali diberangkatkan.  Kali ini kereta kencana yang dinaiki baginda raja disediakan oleh kerajaan Majapahit.  Perjalanan sangat lancar dan aman.  Andika Sinatria yang memimpin rombongan kerajaan Galuh Pakuan menjadi berlega hati.  Menurut perkiraan pemandu dari Majapahit, menjelang sore mereka akan tiba di Pesanggrahan Bubat tempat mereka beristirahat sebelum melanjutkan ke Trowulan.

Benar saja.  Menjelang sore iring iringan itu tiba di Pesanggrahan Bubat.  Sebuah tempat peristirahatan sekaligus lapangan besar dan sakral tempat raja raja Majapahit melakukan upacara adat atau keagamaan. 

Dyah Nertaja mempersilahkan semua rombongan untuk membersihkan diri dan beristirahat di pesanggrahan yang sangat megah itu.  Setelah itu sang putri melanjutkan perjalanan menuju Trowulan untuk melapor kepada kakaknya Hayam Wuruk dan mempersiapkan segala sesuatunya demi lancarnya upacara pernikahan.

Saat semuanya sedang beristirahat, Andika Sinatria berjalan jalan di sekeliling pesanggrahan untuk memeriksa keadaan dengan ditemani oleh seorang petugas pesanggrahan.  Pesanggrahan itu sangat besar dan luas.  Bangunan bangunannya sangat banyak dengan bentuk unik dan artistik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun