"De..de..dewi...bawa a..aku...ke ayah..ayahandaku..."
Dewi Mulia Ratri terisak sambil mencoba menggendong tubuh lemah itu ke jenazah Baginda Raja Galuh Pakuan. Â Gadis itu seperti kehilangan seluruh tenaganya saat mencoba membawa Andika Sinatria. Â Sepasang lengan kurus dan kokoh menyambut tubuh Andika Sinatria yang hampir terjatuh akibat gadis itu seperti menjadi orang yang kehilangan akal sama sekali.
Dewi Mulia Ratri mengangkat wajah dan menyibakkan rambut panjangnya yang terurai menutupi muka. Â Gadis ini menjerit sekuat tenaga sambil melayangkan tangannya ke wajah di depannya.
"Plakkk...plakkk....plakkk."
Wajah yang ditamparnya hingga berdarah mulutnya itu hanya tersenyum sabar dan penuh maklum.
Dewi Mulia Ratri semakin geram. Â Diayunkannya tangannya berkali kali ke wajah pemuda itu sambil menangis tersedu sedu.
"Kau...kau...kenapa kau terlambat datang?!...ka..kalau kau..kau tidak terlambat datang...pasti...pasti..tidak akan sehancur...i..ini!!"
Arya Dahana kembali tersenyum sabar. Â Tamparan berkali kali itu tidak ditahannya sama sekali sehingga darah yang mengalir di sudut bibirnya semakin deras. Â Pemuda ini lalu berjalan membawa tubuh Andika Sinatria yang semakin lemas ke hadapan jenazah Baginda Raja Galuh Pakuan dan Putri Dyah Pitaloka yang meninggal dalam keadaan sang putri memeluk ayahandanya.
Saat hendak membaringkan tubuh lemas pangeran itu, sepasang tangan merenggut kasar tubuh sang pangeran. Â Dewi Mulia Ratri seperti pulih kembali tenaganya, mengejar Arya Dahana dan merebut tubuh Andika Sinatria. Â Kemudian memangkunya dengan tetap terisak isak tanpa suara. Â
Dewi Mulia Ratri terguncang guncang tubuhnya menahan diri agar tak menangis menggerung gerung. Â Apalagi setelah melihat mata pangeran muda itu semakin redup kehilangan cahaya.
Andika Sinatria mencoba menegakkan tubuhnya dengan sekuat tenaga terakhir yang dipunyainya. Â Duduk bersimpuh di hadapan jenazah ayahanda dan kakaknya. Â Memberikan sembah sujud terakhir kali dengan dibantu oleh Dewi Mulia Ratri yang menahan tubuhnya dari belakang. Â Lalu jatuh terguling ke pangkuan Dewi Mulia Ratri. Â Nafasnya tinggal satu satu saat berkata pelan kepada gadis yang dicintainya ini.