"Terima...kasih...un..tuk...se...muanya...dewi...cin..ta..ku...."
Leher pangeran itu terkulai dan pergi untuk selamanya. Â
Dewi Mulia Ratri menatap tak percaya. Â Memandang wajah yang sudah kosong tak bercahaya itu dengan hati seperti diiris iris sembilu. Â Mata gadis itu mendadak beringas. Â Dengan perlahan diletakkannya jenazah Andika Sinatria di samping Baginda Raja dan Dyah Pitaloka. Â Kemudian berdiri dan menatap sekeliling dengan murka. Dilihatnya rombongan tokoh tokoh Sayap Sima masih berdiri menyaksikan tragedi memilukan itu.
"Kalian...! Â orang orang Majapahit dan Lawa Agung!...dengarkan!....ini semua belum usai!!....aku akan datang kembali dengan seribu badai!...aku akan datang kembali bersama gempa!...aku akan menghancurkan kalian semua sampai ratapan kalian untuk mati tak akan terdengar oleh Sanghyang Widhi!..."
Gadis yang dikuasai amarah ini memalingkan mukanya ke arah Arya Dahana yang sedang memandangnya penuh iba.
"Kau...kau...putera Arya Prabu....orang Majapahit juga! Â Kau selalu terlambat datang!...aku...aku tidak akan memaafkanmu!"
Gadis ini lalu mengeluarkan jeritan putus asa sekuat tenaga dan berkelebat lenyap dengan gema jeritannya yang masih terdengar di angkasa.
Hujan badai, petir dan kilat yang saling bersahutan tadi tiba tiba berhenti. Â Alam menghentikan murkanya. Â Namun sebuah murka yang lain, kelak akan datang mengguncang dunia.
Kisah Air dan Api-Idu Geni
Kisah dendam tak pernah usang
Terlahir dari ibu sedahsyat halilintar
Berbapa badai dan angin topan
Bersaudara dengan tujuh neraka di bumi
Berdarah bukan lagi merah
Bertulang sungsum magma merapi
Cemeti dendam bisa sangat menghancurkan
Merobek robek cinta
Menguras seluruh airmata yang ada
Hingga bumi tercerai berai tak bersisa
****************T A M A T*****************