Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air & Api, Petualangan Cinta Air dan Api (Bag. Terakhir)

9 Januari 2019   03:10 Diperbarui: 9 Januari 2019   04:06 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di kanan kiri iringan kereta itu, pasukan berkuda Garda Kujang Emas Garuda dan Elang, berjalan dengan gagah di atas kuda-kuda yang kuat dan perkasa.  Di bagian paling depan rombongan, Andika Sinatria dan Putri Anjani berkuda dengan gagah dan anggun.  Pangeran tampan Galuh Pakuan dan putri cantik dari laut utara ini tidak nampak tegang sama sekali.  Mungkin rasa percaya diri yang timbul karena di dalam rombongan ada tokoh tokoh sakti yang dipercayai bisa mengatasi gangguan sebesar apapun juga. 

Iring iringan itu berhenti persis di gerbang perbatasan di pinggir Sungai Cipamali.  Semua prajurit perbatasan yang dipimpin Pangeran Bunga bersimpuh memberi hormat lalu berdiri tegap kembali.  

Andika Sinatria mengangkat tangannya.  Puluhan perahu kecil dan sebuah kapal yang cukup besar terlihat berjajar.  Siap mengantar iring iringan megah itu ke seberang.  Semua rombongan menaiki perahu dan kapal bergantian.  Pangeran Bunga tidak dibawa serta karena baginda raja memberi perintah kepadanya agar tetap menjaga perbatasan.  

Semuanya berjalan dengan tertib.  Kemegahannya semakin terasa karena suara tambur dan gong terus berbunyi berdentum dentum dan bertalu talu. Membawa hati yang mendengarkannya melayang ke angkasa.  Membuat jiwa yang merasakannya tertunduk kagum.

Setelah semua menaiki perahu dan kapal.  Rombongan itu bergerak menyeberang.  Suara tambur dan gong tetap mengiringi.  Andika Sinatria berdiri di haluan kapal.  Matanya menyapu sisi seberang yang berada di wilayah kerajaan Majapahit.  Terlihat dari jauh pasukan Majapahit sedang berjajar di tepi sungai dan di sepanjang jalan.  

Suara gemuruh bunyi bunyian tambur dan gong di tepian sungai mulai terdengar riuh.  Andika Sinatria kembali mengangkat tangan, memberi isyarat agar pemukul tambur dan gong dari Galuh Pakuan menghentikan kegiatannya.  Mereka sudah disambut di wilayah Majapahit dengan megah dan meriah.

Puluhan perahu dan kapal akhirnya tiba di tepian sungai.  Saat Baginda Raja Galuh Pakuan turun menjejak tanah Majapahit, semua prajurit Majapahit membungkuk memberi sembah.  Baginda Raja mengangkat tangannya, dan semua prajurit Majapahit kembali dalam posisi tegap.  Seorang wanita sangat cantik pembesar kerajaan Majapahit maju ke depan dan memberi hormat dengan takzim seraya berkata.

"Terimalah sembah dan hormat hamba, paduka yang mulia Raja Galuh Pakuan.  Perkenalkan nama hamba adalah Dyah Nertaja.  Hamba adalah adik dari paduka Raja Hayam Wuruk.  Hamba datang kesini mewakili Kakanda Raja untuk menyambut kedatangan Paduka Raja Galuh Pakuan.  Sesuai dengan adat jawa, Kakanda Raja tidak boleh datang sendiri menyambut paduka karena beliau adalah pengantin laki laki.  Kakanda Raja akan menunggu di Istana Trowulan."

Putri cantik itu melanjutkan dengan senyuman ramah.

"Selanjutnya dari sini, hamba akan memandu Paduka Raja hingga tiba di Pesanggrahan Bubat.  Tempat Paduka dan rombongan beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan ke Trowulan dimana upacara pernikahan akan dilaksanakan."

Baginda Raja mengangguk sambil tersenyum lebar.  Dia memberi isyarat kepada Andika Sinatria.  Pangeran tampan itu membungkuk kepada Dyah Nertaja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun