Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

1 Januari 2019   06:29 Diperbarui: 1 Januari 2019   07:51 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pangeran Bunga yang pada dasarnya adalah penggila perempuan, tentu saja sangat menyukai hal tersebut.  Selain mendapatkan ilmu ilmu tingkat tinggi dari Madaharsa, pemuda hidung belang ini bisa melampiaskan nafsunya terhadap banyak wanita cantik.  

Pangeran muda ini tidak sadar, ketika dia sedang mabuk dicekoki dengan banyak arak bagus dan wanita menggiurkan, banyak keterangan berharga yang dikorek darinya.  Berapa jumlah pasukan Galuh Pakuan, di mana saja ditempatkan, siapa saja tokoh tokoh lihai yang ada di Garda Kujang, dan lain sebagainya, berhasil didapatkan oleh Madaharsa.  

Memang tidak sekaligus semua berhasil didapatkan dalam satu dua kali pertemuan, namun dalam beberapa kali purnama akhirnya semua informasi penting telah ada di kantong Madaharsa.

---

Dewi Mulia Ratri sedang menggendong Alka Awahita ketika dari jauh terlihat seorang utusan dari istana tergopoh gopoh datang.  Utusan itu mendapatkan perintah dari Sang Baginda Raja untuk mengundang Dewi Mulia Ratri dalam suatu pertemuan penting.  Dewi Mulia Ratri segera bersiap siap dan berganti pakaian kesukaannya yang selalu serba putih.  Diserahkannya Alka kepada para pelayan dan berangkatlah dia ke istana raja.

Gadis cantik dan sakti itu memasuki balairung istana ketika semua orang ternyata hampir semua telah berkumpul.  Ki Mandara, Panglima Candraloka, Andika Sinatria, Putri Anjani, Pangeran Bunga, seorang kakek tinggi kurus berjenggot pendek, dan yang mengagetkan Dewi Mulia Ratri, hadir juga seorang gadis cantik manis yang diketahuinya bernama Arawinda.

Dewi Mulia Ratri mengangguk hormat kepada semua orang kecuali kepada Putri Anjani yang dia tahu tidak akan membalas sapaannya.  Semua orang mengambil tempat duduknya masing masing.  Dewi Mulia Ratri ditempatkan bersebelahan dengan kakek tinggi kurus itu di sebelah kanan dan Arawinda di sebelah kiri.  Sebelum baginda raja Galuh Pakuan memasuki ruangan, Dewi Mulia Ratri mengambil kesempatan untuk bertanya kepada Arawinda di sebelahnya dengan suara berbisik.

"Namamu Arawinda bukan? Gadis dari perang besar Majapahit-Blambangan?  Apa yang kau lakukan di sini?"

Arawinda menengok ke arah Dewi Mulia Ratri sambil tersenyum manis penuh rahasia.

"Iya kakak cantik.  Aku memang Arawinda.  Kau akan tahu apa maksud kedatanganku nanti pada saat baginda raja sudah membuka pertemuan."

Dewi Mulia Ratri ikut tersenyum mendengar ucapan Arawinda karena jawaban itu disampaikan dengan cara yang sangat kocak.  Tak lama kemudian, baginda raja memasuki ruangan.  Semua yang hadir membungkuk menyampaikan hormat.  Raja mempersilahkan duduk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun