Pagi itu ada karena siang terlambat datangÂ
Siang bisa bertahta karena petang masih terlelap
Petang berdiri gagah sebab malam terlupa jalan pulang
Malam menguasai separuh hari karena pagi takut akan gelap.
Kebaikan itu ada karena kejahatanÂ
Kejahatan terlahir sebab ketidakadilan
Ketidakadilan mengalir oleh timpangnya rasa kebersamaan
Kebersamaan hanya akan timbul jika ada keikhlasan.
Keikhlasan memberi terang pada remang
Keikhlasan memberi harum pada taman yang layu
Keikhlasan memberi hangat pada hati yang pilu
Keikhlasan memberi jalan pada jiwa yang hilang.
Â
Bab VIII
Satu purnama sebelum kebangkitan Naga Merapi, Ibukota Galuh Pakuan. Â Dewi Mulia Ratri sedang bergembira. Â Alka Awahita diperkirakan sudah berumur setahun sekarang. Â Gadis kecil itu sedang lucu lucunya dan semakin lengket pada Dewi Mulia Ratri. Â Sudah bisa berbicara sedikit sedikit dan berucap satu kata yang sangat membahagiakan Dewi Mulia Ratri...ibu.Â
Alka lah yang membuat Dewi Mulia Ratri merasakan kebahagiaan luar biasa. Â Menghilangkan kesedihan yang sering hinggap tiba tiba di hatinya. Â
Kesedihan yang timbul itu tidak diketahui sebabnya.  Dia sering pulang ke Padepokan Sanggabuana. Bertemu dan melepas rindu kepada kedua orang tuanya.  Sepulang dari padepokan, hatinya kembali ditimpa semacam rasa sepi, hatinya kembali dirundung sebuah rasa rindu.  Entah rindu  kepada apa atau siapa.  Perasaan itu selalu saja muncul di siang atau malam hari selepas Alka tidur.Â
Dirinya menduga ini adalah rasa rindu kepada Andika Sinatria. Â Pemuda itu memang beberapa purnama tidak terlihat di istana karena mencari keberadaan Putri Anjani. Â Namun semenjak pangeran muda itu pulang dan sering berjumpa lagi dengannya, perasaan rindu yang sama tetap muncul. Berkali kali. Â Hampir setiap hari.
Memang, beberapa purnama yang lalu, hati Dewi Mulia Ratri dipenuhi oleh rasa kesal ketika didengarnya kabar Andika Sinatria membawa pulang Putri Anjani yang masih dalam keadaan terluka. Â Apalagi semenjak itu, Andika Sinatria sering menghabiskan waktu lebih banyak memperhatikan Putri Anjani.Â
Dewi Mulia Ratri menyadari sesuatu. Â Dia memang kesal. Namun rasa kesalnya lebih pada rasa permusuhan yang cukup dalam dengan Putri Anjani. Dia merasa Putri Laut Utara itu telah berbuat seenaknya tanpa ijin kerajaan, tapi sekarang sangat diperhatikan oleh kerajaan. Â Ini bukan rasa cemburu.Â
Dewi Mulia Ratri dari awal dulu memang menyimpan perasaan suka dan kagum kepada Andika Sinatria. Â Dia senang jika pangeran itu mengajaknya berunding atau berlatih tanding. Â Dia senang jika pangeran itu mengajaknya pergi berburu atau beradu ilmu. Â Akan tetapi ada suatu rasa yang tidak ada di situ. Â Gadis itu tidak yakin ini rasa apa. Â Dia hanya bisa meyakininya dengan bukti tidak hilangnya perasaan sepi meski pangeran tampan itu ada di sekelilingnya.