Terhanyut oleh pikirannya yang hangat dan berbunga bunga membawa Bimala Calya ke alam tidur yang sangat nyaman. Â Sementara Arya Dahana tetap bersamadi sambil mengerahkan Geni Sewindu seperlunya karena semakin malam, udara menjadi semakin dingin saja.
Suara burung burung pagi membangunkan Arya Dahana. Â Pemuda ini terkaget kaget saat hendak bangkit dari tidurnya. Â Sebuah lengan halus melingkari dadanya. Â Rupanya tanpa sadar, di dalam tidurnya yang nyaman, Bimala Calya tidur nyenyak sambil memeluk Arya Dahana. Â Pemuda itu jadi kikuk dan serba salah. Â Mau disingkirkan lengan itu, kasihan. Â Gadis itu terlihat lelap sekali. Â Jika tidak, maka mereka akan terlambat melakukan perjalanan. Â Dan itu berarti membuang waktu yang cukup berharga. Â Arya Dahana teringat bahwa Putri Anjani harus segera mendapatkan obat karena luka yang dideritanya cukup parah serta aneh.Â
Arya Dahana menarik nafas lega ketika Bimala Calya menggeliatkan tubuh terbangun. Â Membuka matanya yang masih kelihatan mengantuk, kemudian menyadari bahwa dia sedang memeluk Arya Dahana. Â Gadis itu terjengit kaget. Â Secepat kilat ditariknya lengan yang melingkari dada Arya Dahana. Â Wajahnya memerah semerah matahari yang baru bangkit di cakrawala. Â Kepalanya tertunduk malu. Â Gadis itu sampai lupa bahwa tangan satunya masih berpegangan pada lengan Arya Dahana.
Arya Dahana yang sebenarnya geli namun merasa kasihan lalu batuk batuk untuk mengusir keheningan dan suasana kikuk. Â Bimala Calya seperti tersadar untuk kedua kalinya. Â Gadis itu melompat berdiri lalu berjalan mendekati muara sungai untuk membersihkan diri. Â Langkahnya terlihat gontai. Â Arya Dahana menjajari langkahnya dan memecahkan keheningan dengan berkata;" hati hati Mala...muara sungai biasanya dihuni oleh banyak buaya...."
Bimala Calya menghentikan langkah dengan tiba tiba. Â Buaya? Dia bisa menaklukkan seekor buaya di darat. Â Namun di air?....hhhhhh...lebih baik dia tidak usah mandi. Â Gadis itu membalikkan badan kembali ke pondok. Â Arya Dahana tersenyum kecil dan menahan lengan gadis itu dengan lembut.
"Mandilah di sungai kecil yang sebelah sana Mala...dijamin tidak ada buayanya. Â Aku akan mencari ikan di laut untuk makan dan bekal kita di jalan. Â Perjalanan kita akan makan waktu beberapa hari. Â Kamu sudah pulih, tapi kamu perlu tetap menjaga daya tahan tubuhmu."
Bimala Calya menatap pemuda yang sedang tersenyum kepadanya itu dengan pandangan yang sulit dimengerti. Â Antara malu dan bahagia. Â Gadis itu hanya mengangguk lalu berjalan menuju arah yang ditunjukkan Arya Dahana. Â Perasaannya benar benar sedang tidak karuan. Â Malu, karena memeluk Arya Dahana semalaman. Â Bahagia, karena inilah yang diinginkannya.
Arya Dahana memandang kepergian gadis cantik itu sambil menggeleng gelengkan kepala. Â Digaruk garuknya kepalanya yang tidak gatal. Â Bingung dengan segala perubahan mendadak dari sikap seorang wanita. Â Dia melakukan pengembaraan yang panjang dengan Dyah Puspita, wanita jelita yang dikasihinya dan selalu menolongnya. Â Lalu perjalanan penuh liku dengan Dewi Mulia Ratri, gadis cantik yang telah menjatuhkan hatinya dan selalu mengharu biru perasaannya. Â
Sekarang Bimala Calya, gadis cantik yang terlihat garang namun lembut hatinya. Â Tapi tidak ada satupun perubahan perasaan para wanita itu yang diketahuinya dengan pasti.
Pemuda itu melanjutkan niatnya untuk mencari ikan sambil tetap menggeleng gelengkan kepala tidak mengerti. Â Ah biarlah, dunia memang serba aneh. Â Dia harus mengerti bahwa banyak hal yang masih tidak dimengerti.Â
Ternyata ikan sangat mudah didapat di laut sunda. Â Bahkan ikan ikan dengan ukuran yang sangat besar. Â Arya Dahana sampai hampir lupa waktu. Â Satu keranjang penuh ikan beraneka macam dibawanya kembali ke pondok dengan riang gembira.Â