Mohon tunggu...
Mim Yudiarto
Mim Yudiarto Mohon Tunggu... Buruh - buruh proletar

Aku hanyalah ludah dari lidah yang bersumpah tak akan berserah pada kalah....

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Tetralogi Air dan Api, Petualangan Cinta Air dan Api

29 Desember 2018   22:21 Diperbarui: 29 Desember 2018   22:29 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi di sinilah dia sekarang.  Mencari obat untuk Putri Anjani sambil merawat dan menggendong gadis lain lagi untuk diobati.  Gusti.... hidupnya sangat menarik dan penuh warna.  Dipenuhi dengan wanita wanita cantik yang pingsan, terluka parah, merawat dan mencari obat.  Sebenarnya dia merasa senang karena dia sangat memuja kecantikan dan keindahan.  Namun kenapa harus selalu pingsan atau terluka ya?  Arya Dahana menjadi tersenyum senyum sendiri seperti orang tidak waras.

Arya Dahana membaringkan tubuh Bimala Calya yang lemas tak bertenaga. Lalu merebus daun daunan untuk obat gadis itu. Bimala Calya hanya mengangkat kepala dan mengawasi pemuda aneh yang berusaha menolong dirinya.  

Dia sendiri bingung apa yang harus dilakukannya.  Dia adalah gadis sebatang kara yang diangkat sebagai anak oleh sang Panglima Kelelawar.  Dirawat sedari kecil.  Dilatih ilmu ilmu kanuragan.  Sampai akhirnya diberikan cara khusus bagaimana menaklukkan kelelawar beracun dan menjadikannya senjata mematikan.  Kini dia bersama orang yang tak dikenalnya sama sekali.  

Meskipun telah menyelamatkannya dari menjadi tawanan Galuh Pakuan, namun dia tidak bisa mengira ngira apa sebenarnya maksud pemuda ini menyelamatkannya.

Gadis itu hanya mempunyai tekad dalam hati.  Jika sudah sembuh dia akan kembali ke markas perkumpulan kelelawar, menghadap sang panglima dan menceritakan semuanya.  Meskipun dari lubuk hatinya yang paling dalam dia ragu sang panglima akan menerima penjelasannya.  Puluhan tahun dia sudah hidup bersama ayah angkatnya itu.  

Banyak sekali kejahatan dan pemaksaan yang sering dia saksikan dilakukan oleh ayah angkat dan anak buahnya.  Dia terbiasa menyaksikan itu semua. Namun hati kecilnya selalu menentang apa yang dilakukan ayah angkatnya.  Dia hanya terpaksa membiarkan karena sang panglima adalah orang yang paling tidak suka ditentang. 

Lamunan Bimala Calya terputus seketika saat Arya Dahana mendekati dirinya sambil membawa mangkok air berisi obat rebusan.  Dengan lembut pemuda itu mengangkat leher dan kepalanya agar bisa duduk minum air obat itu.  Kelembutan pemuda itu hampir membuat gadis itu tidak bisa meminum obatnya karena sesuatu tercekat di tenggorokannya.  Rasa haru yang teramat sangat.  Dia menjalani hidup selama ini dengan sangat biasa tanpa sedikitpun ada kasih dan sayang yang dirasa.  Pemuda ini membuka mata hatinya secara luar biasa. 

Dia adalah gadis yang cantik dan molek.  Dia sadar mengenai ini semenjak beranjak dewasa.  Banyak sekali mata mata nakal anak buah ayah angkatnya yang seringkali menatapnya secara kurang ajar meskipun sembunyi sembunyi.  Namun dia bisa merasakan dengan jelas, pemuda ini sama sekali tidak berniat sedikitpun untuk memanfaatkan kesempatan yang sangat terbuka ini.  Dia sedang lemah.  Tak berdaya.  Mudah sekali bagi pemuda ini untuk melaksanakan niat jahat jika memang ada.

Mata Bimala Calya semakin luruh dalam kaca kaca.  Bibirnya ingin mengucap terimakasih.  Namun lidahnya kelu tanpa sanggup berkata kata.  Pemuda kurus ini sangat telaten merawat dirinya yang sangat lemas dan lemah.  Bahkan sekarang pemuda itu membawa air dalam sebuah wadah kecil. Sebuah kain kecil ada di dalamnya.  Bimala Calya masih menerka nerka apa yang akan dilakukan pemuda itu saat Arya Dahana memeras kain itu dan lalu membersihkan wajah dan tangannya dengan pelan dan lembut.

Aaahhh....Bimala Calya seperti jatuh ke dalam kelembutan awan.  Matanya terpejam menikmati setiap sentuhan kain yang mengusap kulit wajah, tangan dan kakinya.  Pikirannya masih melayang ke tepian bumi meski Arya Dahana sudah lama menyelesaikan tugas perawatannya.  Mulut gadis cantik itu tersenyum dikulum dengan mata terpejam. 

Arya Dahana yang sedari tadi sama sekali tidak memperhatikan si gadis yang diam saja, tanpa sengaja menoleh ke Bimala Calya.  Pemuda itu bengong seperti tersambar setan lewat.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun