Mohon tunggu...
Miftahul Jannah
Miftahul Jannah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teori Belajar dan Pembelajaran

25 Mei 2024   13:34 Diperbarui: 25 Mei 2024   13:46 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

     Siswa dirangsang oleh diskusi antara teman sebaya dan guru. Mereka berusaha untuk bertukar informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah, sehingga memastikan bahwa informasi yang diperlukan dibagikan secara efektif selama proses pembelajaran, yang mengarah pada peningkatan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran. Tahap kedua ini menghormati kemampuan siswa untuk menghasilkan ide-ide orisinal. Pengelompokan pada tahap ini melatih siswa berpikir lancar dan fleksibel. Kedua aspek tersebut merupakan komponen penting dari keterampilan berpikir kreatif.

  1. Langkah ketiga melibatkan fasilitasi penyelidikan independen dan kelompok. Siswa berkolaborasi untuk terlibat dalam tugas pemecahan masalah yang diberikan oleh guru. Sepanjang perjalanan pembelajaran, siswa melakukan eksperimen untuk menguji hipotesis yang dirumuskan pada tahap sebelumnya. Melalui eksperimen ini, siswa memperoleh pengalaman langsung. Melakukan eksperimen meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi karena mereka menerima pengetahuan melalui bahan bacaan atau sumber yang dibagikan teman sebayanya, serta melalui diskusi dengan guru. Selain itu, siswa memperoleh pengetahuan pengalaman dari hasil eksperimen mereka. Pendekatan ini memang didukung oleh teori pembelajaran Bruner yang menekankan perlunya transformasi informasi secara bertahap untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa. Menurut Bruner, ada tiga tahapan dalam proses ini:

  1. Representasi Aktif. Ini adalah tahap awal perolehan informasi. Informasi diterima dari sumber eksternal, dan interpretasi sederhana atas informasi dianggap sebagai pengetahuan.

  2. Representasi Ikonik: Pada tahap ini terjadi pemrosesan informasi. Siswa menyesuaikan informasi yang diperoleh dengan mengklasifikasikannya secara objektif.

  3. Representasi Simbolik: Tahap terakhir melibatkan pemeriksaan atau pelaksanaan "uji kecukupan" atau verifikasi keakuratan informasi yang diproses.

     Tahapan ini selaras dengan gagasan bahwa siswa mengembangkan pemahaman mereka melalui keterlibatan aktif dengan materi, yang difasilitasi oleh aktivitas pemecahan masalah dan eksperimen.

  1. Langkah keempat meliputi pengembangan dan presentasi dalam memproduksi dan memamerkan karyanya. Melalui proses ini, siswa menjalani pelatihan untuk meningkatkan kelancaran berpikir dan keterampilan elaborasi, yang keduanya merupakan komponen berpikir kreatif. Keterampilan tersebut diasah melalui presentasi siswa yang berfungsi untuk memamerkan karyanya. Proses penyajian tidak hanya menumbuhkan kemampuan berpikir lancar dan elaborasi tetapi juga menunjukkan penguasaan terhadap materi yang dipelajari.

     Tahap ini berpotensi meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan prestasi akademik siswa. Hal ini sejalan dengan teori Piaget yang menekankan pentingnya berbagai tahapan dalam perolehan pengetahuan. Di sini, siswa dapat bereksperimen dan menerapkan pemahamannya, memungkinkan mereka untuk mereka mengkonstruksi pengetahuannya sendiri melalui eksperimen yang dilakukannya. Dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan karyanya, mereka menerapkan pengetahuannya dan mengintegrasikannya dengan hasil eksperimen.

  1. Langkah kelima, siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah, bekerja sama dengan guru untuk menilai prosedur dari tahap sebelumnya. Langkah ini membantu mengembangkan kemampuan berpikir lancar dan adaptif siswa. Pemikiran cair muncul ketika siswa merefleksikan dan menyempurnakan proses belajar mereka. Mereka belajar memperbaiki kesalahan, memberikan pembenaran, dan mempertahankan penalaran logis, sehingga meningkatkan kelancaran berpikir mereka. Keterampilan berpikir fleksibel juga dipupuk melalui kesempatan untuk menanggapi pertanyaan yang diajukan baik oleh guru maupun teman sebaya. Ketika siswa secara konsisten memberikan jawaban yang tepat logis dan beralasan, hal itu menunjukkan kemampuan berpikir fleksibelnya mengalami peningkatan.

     Langkah lain dalam Model Pembelajaran Berbasis Masalah, sebagaimana dikemukakan oleh John Dewey, seorang pakar pendidikan asal Amerika, terdiri dari enam langkah sebagaimana diuraikan di bawah ini:

  1. Merumuskan masalah: Guru membantu siswa dalam menentukan masalah yang ingin dipecahkannya selama proses pembelajaran, padahal guru sudah menentukan masalahnya.

  2. HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    9. 9
    10. 10
    11. 11
    12. 12
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun