Selain mempunyai beberapa kios di Pasar Klewer, keluarga Nizma mempunyai  toko batik cabang di Jakarta.  Ayahnya bertindak sebagai kepala toko, yang seminggu dalam sebulan ke Jakarta.  Ia mengalami kecelakaan saat mengantar batik. Mobil yang ditumpangi sang ayah mertua diseruduk truk tronton.Â
"Kamu kira Ibu tak sanggup memberi makan keluargamu apa?"Â
Begitu kalimat sang ibu mertua yang terngiang di telinga Rianto. Kalimat yang membuat kuping panas dan tak tenang hidup di Solo.
Perkataan dan intervensi sang mertua adalah api kecil, namun bisa berubah api besar yang bakal menghanguskan rumah tangganya.
Ia semakin mantap meninggalkan Solo. Kata-kata sang mertua yang nylekit alias bikin sakit hati, tak hanya sekali didengarnya. Hampir setiap ia berada di rumah di Solo.
Rianto sering disebut suami yang tidak bertanggung jawab, menelantarkan istri  dan tak sanggup memberi nafkah keluarga.
"Menyesal aku punya menantu kamu, kerjanya cuma makan," ucap ibu mertua suatu hari di ruang makan.
"Aku juga menyesal punya mertua seperti Anda."
Entah darimana keberanian muncul, tiba-tiba saja kalimat itu meluncur dari mulut Rianto.
"Cuuh..."Â
Percikan ludah "wangi" sang mertua mendarat di wajah Rianto.