"Surprise?! Surprise apaan? Aku dibelikan HP ya? Tapi kok gara-gara HP ibu jadi marah besar? Apa karena Mas pernah menyuruhku mengembalikan HP pemberian Ibu?" Nizma memberondong Rianto dengan pertanyaan.
Disinggung tentang HP, Rianto teringat HP yang ia temukan. Walaupun ia sangat membutuhkan HP itu, tapi ia tak ingin memberi sesuatu yang tidak halal untuk keluarganya.Â
Ia mengurutkan niat mengganti simcard HP itu. Barang itu diserahkan ke pemilik saat Rianto pulang je Solo.
"Aku akan memboyongmu ke Jogja. Aku bosan menjadi boneka."
"Tapi Ibu...?"
Rianto berpikir sejenak. Sejelek-jelek menantu dan sekeras kepala sang mertua, ia adalah ibu kandung dari istri yang sangat dicintainya.
"Kamu anaknya pasti kamu lebih tahu hatinya dan bagaimana cara mengambil dan meluluhkan hati kerasnya."
Nizma tak mau membantah Rianto. Bagaimanapun  suami adalah kepala keluarga. Ia juga tak ingin melihat suaminya menderita batin lebih lama lagi.
Andriyanto, Nizma dan si kecil Airin sudah bersiap meninggalkan rumah itu.
"Kalian mau kemana?" kata ibu mertua
Nizma menunduk sambil mengelus rambut Airin yang tidur di pelukannya.Â
Rianto terdiam.Â