Mohon tunggu...
Miftahul Abrori
Miftahul Abrori Mohon Tunggu... Freelancer - Menjadi petani di sawah kalimat

Lahir di Grobogan, bekerja di Solo. Email: miftah2015.jitu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Boneka Mertua

16 Desember 2019   07:01 Diperbarui: 16 Desember 2019   20:10 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang mertua mengambil pigura lalu dilempar ke lantai, tepat depan kaki Rianto. Seketika Andri merah padam.

"Biarlah hanya Bapakmu yang merasakan pahitnya hidup jauh dari keluarga. Aku tak ingin hal itu terulang pada menantuku. Kalau kamu dan istrimu mau mengurusi usaha batik, aku tidak akan sekeras ini."

Nizma  mengambil pigura bergambar ayahnya. Lalu diberikan pada sang suami.

Rianto tertegun. Nizma disuruh membawa koper ke kamar.

***

 *) Pertama kali dipublikasikan di buletin sastra Rumput, Mei 2009. Didokumentasikan di laman Kompasiana dengan beberapa perubahan kalimat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun