Sang mertua mengambil pigura lalu dilempar ke lantai, tepat depan kaki Rianto. Seketika Andri merah padam.
"Biarlah hanya Bapakmu yang merasakan pahitnya hidup jauh dari keluarga. Aku tak ingin hal itu terulang pada menantuku. Kalau kamu dan istrimu mau mengurusi usaha batik, aku tidak akan sekeras ini."
Nizma  mengambil pigura bergambar ayahnya. Lalu diberikan pada sang suami.
Rianto tertegun. Nizma disuruh membawa koper ke kamar.
***
 *) Pertama kali dipublikasikan di buletin sastra Rumput, Mei 2009. Didokumentasikan di laman Kompasiana dengan beberapa perubahan kalimat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H