Mohon tunggu...
Microdata Kendari
Microdata Kendari Mohon Tunggu... Dosen - Jacob Breemer, SE.,MM., CQT,, Psy.

Penulis adalah tenaga ahli yang mengajar di Politeknik Indotek Kendari dengan bidang keahlian Manajemen dan Ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dinamika Interaksi Sosial antar Kelompok Etnik di Daerah Transmigrasi Kabupaten Konawe

14 Agustus 2019   07:00 Diperbarui: 14 Agustus 2019   12:01 799
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

PENDAHULUAN

Kondisi kehidupan masyarakat di desa Kecamatan Wonggeduku yang terdiri dari beberapa etnis yakni Jawa, Bugis. Bali, Madura, Sumba, Lombok dan suku Tolaki serta suku Muna dengan penyebaran pada 15 desa / kelurahan secara tidak merata. 

Namun demikian Kecamatan Wonggeduku merupakan salah satu wilayah yang berada dalam lingkup pemerintahan Kabupaten Konawe dengan luas wilayah mencapai 5.509 Ha dan jumlah penduduk sebanyak 13.408 jiwa yang sebagian besar bekerja sebagai petani sebanyak 6.936 orang dari 9.558 orang angkatan kerja yang ada di Kecamatan Wonggeduku dan sisanya bekerja pada sektor lain ( Data Kantor Kecamatan Wonggeduku Tahun 2018 ).

Etnik Jawa dan Madura terbanyak berada di Desa Duriaasi dan Puuduria, sedangkan etnik lainnya berada di berbagai desa yang ada pada Kecamatan Wonggeduku. 

Dinamika kehidupan masyarakat multietnik di Kecamatan Wonggeduku hidup dalam kebersamaan, bekerja sama dalam kegiatan keagamaan, kegiatan budaya seperti pada acara pernikahan dan acara adat lainnya. Harmonisasi ini menunjukkan kondisi sosial masyarakat walaupun terdapat perbedaan suku dan adat budaya.

Dinamika kehidupan masyarakat di daerah transmigrasi ini juga tidak lepas dengan adanya konflik antar etnik yang kadang terjadi pada desa Duriaasi dan beberapa desa lainnya yakni konflik antar etnik seperti masalah pernikahan antara etnik Jawa dengan etnik Tolaki Konawe, masalah sengketa lahan yang diperjual belikan.

Masalah pertanian yang berkaitan dengan pengadaan bibit dan saluran irigasi dan berbagai masalah lainnya yang menyebabkan terjadinya konflik sosial tetapi dapat diselesaikan dengan interaksi dan integrasi sosial antar warga masyarakat melalui pendekatan kekerabatan dan kekeluargaan.

Perbedaan etnik yang ada di Kecamatan Wonggeduku menyebabkan timbulnya pluralisme etnik yang harus dijaga agar tidak mudah konflik. Keberagaman etnik harus didukung dengan pendekatan kognitif dan pendekatan emosional kepada warga masyarakat masing-masing etnik yang ditunggangi oleh tokoh adat dan tokoh masyarakat sehingga kerukunan hidup tetap terpelihara dengan baik dalam interaksi sosial.

TINJAUAN PUTAKA

2.1.1. Interaksi Sosial

Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, sehingga terdapat hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat terjadi antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok. Adapun Basrowi (2015) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok, maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat kerjasama, tetapi juga berbentuk tindakan, persaingan, pertikaian dan sejenisnya.

Menurut Partowisastro (2003) interaksi sosial ialah relasi sosial yang berfungsi menjalin berbagai jenis relasi sosial yang dinamis, baik relasi itu berbentuk antar individu, kelompok dengan kelompok, atau individu dengan kelompok. 

Soekanto (2007: 198) mengemukakan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis, yang meliputi hubungan antara orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia. 

Menurut Sarwono dan Meinarno (2009) interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi antara individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lain.

Gerungan (2006) secara lebih mendalam menyatakan interaksi sosial adalah proses individu satu dapat menyesuaikan diri secara autoplastis kepada individu yang lain, dimana dirinya dipengaruhi oleh diri yang lain. Individu yang satu dapat juga menyesuaikan diri secara aloplastis dengan individu lain, dimana individu yang lain itulah yang dipengaruhi oleh dirinya yang pertama.

Louis (Taneko, 2000) mengemukakan interaksi sosial dapat berlangsung apabila memiliki beberapa aspek berikut : a) adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau, kini dan akan datang, yang menentukan sifat dan aksi yang sedang berlangsung; b) adanya jumlah perilaku lebih dari seseorang; c) adanya tujuan tertentu, tujuan ini harus sama dengan yang dipikirkan oleh pengamat

Soekanto (2007: 199) mengemukakan aspek-aspek interaksi sosial yaitu :

Aspek kontak sosial, merupakan peristiwa terjadinya hubungan sosial antara individu satu dengan lain. Kontak yang terjadi tidak hanya fisik tapi juga secara simbolik seperti senyum, jabat tangan. Kontak sosial dapat positif atau negatif. Kontak sosial negatif mengarah pada suatu pertentangan sedangkan kontak sosial positif mengarah pada kerja sama.

Aspek komunikasi. Komunikasi adalah menyampaikan informasi, ide, konsepsi, pengetahuan dan perbuatan kepada sesamanya secara timbal balik sebagai penyampai atau komunikator maupun penerima atau komunikan. Tujuan utama komunikasi adalah menciptakan pengertian bersama dengan maksud untuk mempengaruhi pikiran atau tingkah laku seseorang menuju ke arah positif.

2.1.2. Kelompok Etnik

Etnis atau Kelompok etnik atau juga suku bangsa merupakan golongan manusia yang kelompoknya mengidentifikasikan dirinya dengan sesamanya, umumnya dengan dasar garis keturunan yang dianggap sama. Identitas suku ditandai oleh pengakuan dari orang lain dan ciri dari kelompok itu sendiri contohnya kesamaan budaya, agama, bahasa, prilaku, serta ciri dari biologis.

Pengertian atau definisi Etnik adalah seperangkat keadaa atau kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok masyarakat tertentu atau kelompok etnik. Yang dimaksud dengan sekelompok etnik adalah sekumpulan orang atau individu yang mempunyai budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi mereka yang berikutnya.

Menurut histori, istilah etnik diperkenalkan dan digunakan secara bergantian dengan konsep lain seperti rasionalisasi, ras, religi, dan kultur (Betancrurt &Lopez, Birman, Phinney dalam Susanto 1996). Banyak penelitian mengenai identitas etnis mendasarkan pada studi identitas kelompok yang dilakukan oleh psikolog sosial (Tajfel dan Turner, dalam Susanto 1996). 

Tajfel dalam Susanto (1996) mendefinisikan identitas etnis sebagai bagian dari self-concept individu yang diperoleh dari pengetahuannya sebagai anggota dari kelompok sosial dengan nilai-nilai dan kelekatan emosional signifikan dengan kelompok tersebut. 

Phinney (Syarbaini dan Rudiyanta, 2009) menjelaskan identitas etnis sebagai suatu identitas seseorang atau sense of self sebagai seorang anggota dari sebuah kelompok etnis dan pemikiran, persepsi dan perasaan yang dirasakan seseorang sebagai bagian dari anggota kelompok tersebut. 

Identitas etnis merupakan sesuatu yang dinamis, yang berarti bahwa identitas etnis berubah sepanjang waktu dan konteks, dan harus disesuaikan dengan variasi dan pembentukannya (Phinney dalam Syarbaini dan Rudiyanta, 2009). 

Berdasarkan definisi di atas, definisi identitas etnis dalam penelitian ini adalah identitas seseorang sebagai anggota dari suatu kelompok, memiliki pemahaman, nilai-nilai dan ikatan emosional dengan etnis tersebut. Dimensi Identitas Etnis Phinney (Syarbaini dan Rudiyanta, 2009) dalam mengukur identitas etnis menggunakan dua dimensi dari identitas etnis yaitu:

Ethnic exploration yaitu meliputi elemen dari eksplorasi yang memiliki tujuan utama pencapaian secara penug mengenai perkembangan sense of self. Ethnic exploration meliputi pencarian secara aktif mengenai apa yang dimaksud dengan menjadi anggota dari suatu kelompok etnis, termasuk pengujian terhadap nilai-nilai, tradisi dan sejarah seseorang.

Ethnic affirmation atau belongin, commitment merefleksikan sense of connectedness secara afektif dengan suatu kelompok etnis tertentu.

2.1.4. Transmigrasi

Heeren (1979: 6) mengemukakan bahwa "transmigrasi ialah perpindahan, dalam hal ini memindahkan orang dari daerah yang padat ke daerah yang jarang penduduknya dalam batas negara dalam rangka kebijaksanaan nasional untuk tercapainya penyebaran penduduk yang lebih seimbang.  

Transmigrasi di Indonesia biasanya diatur dan didanai oleh pemerintah kepada warga yang umumnya golongan menengah ke bawah. Sesampainya di tempat transmigrasi para transmigran akan diberikan sebidang tanah, rumah sederhana dan perangkat lain untuk penunjang hidup di lokasi tempat tinggal yang baru.

Tujuan resmi program ini adalah untuk mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk di pulau Jawa, memberikan kesempatan bagi orang yang mau bekerja, dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk mengolah sumber daya di pulau-pulau lain seperti Papua, Kalimantan, Sumatera, dan Sulawesi. 

Kritik bahwa Pemerintah Indonesia berupaya memanfaatkan para transmigran untuk menggantikan populasi lokal, dan untuk melemahkan gerakan separatis lokal. Program ini beberapa kali menyebabkan persengketaan dan percekcokan, termasuk juga bentrokan antara pendatang dan penduduk asli setempat.

Seiring dengan perubahan lingkungan strategis di Indonesia, transmigrasi dilaksanakandengan paradigma baru sebagai berikut :

  1. Mendukung ketahanan pangan dan penyediaan papan ;
  2. Mendukung kebijakan energi alternatip (bio-fuel) ;
  3. Mendukung pemerataan investasi ke seluruh wilayah Indonesia ;
  4. Mendukung ketahanan nasional pulau terluar dan wilayah perbatasan ;
  5. Menyumbang bagi penyelesaian masalah pengangguran dan kemiskinan.

Transmigrasi tidak lagi merupakan program pemindahan penduduk, melainkan upaya untuk pengembangan wilayah. Metodenya tidak lagi bersifat sentralistik dan top down dari Jakarta, melainkan berdasarkan Kerjasama Antar Daerah pengirim transmigran dengan daerah tujuan transmigrasi. Penduduk setempat semakin diberi kesempatan besar untuk menjadi transmigran penduduk setempat (TPS), proporsinya hingga mencapai 50:50 dengan transmigran Penduduk Asal (TPA).

METODE PENELITIAN

Penelitian akan dilakukan di wilayah Kabupaten Konawe dengan pertimbangan bahwa di daerah ini banyak terdapat warga transmigrasi dari berbagai enik seperti etnik Jawa, Bugis, Makassar, Madura, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Waktu penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah 2 bulan yakni bulan Maret sampai April 2019.

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang sangat memahami permasalahan yan diteliti. Adapun yang dimaksud sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat etnik Jawa, Madura, Bali, NTB, Bugis dan Tolaki yang ada di Kabupaten Konawe masing-masing etnik diwakili oleh 1 (satu) orang, sehingga jumlah informan kunci sebanyak 6 orang. 

Informan biasa, yaitu orang yang dianggap mengetahui permasalahan yang diteliti yaitu Camat dan Kepala Desa di wilayah Kabupaten Konawe..Penelitian yang dilakukan pada Desa Basala menggunakan metode pengumpulan data yang meliputi : Oberservasi, Wawancara Wawancara dan Dokumentasi.

Teknik analisis data yang sesuai dengan penelitian kualitatif adalah analisis deskriptif kualitatif. Secara operasional teknik analisis data yang dilakukan melalui beberapa tahapan sebagaimana model teknik analisis data yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1994:218)  adalah:

Pengumpulan data

Pada bagian ini, penulis melakukan observasi dan pengumpulan data melalui wawancara, serta dokumentasi dari informan yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

Reduksi data

Pada bagain ini, penulis melakukan  proses pemilihan, penyederhanaan klasifikasi data kasar dari hasil penggunaan teknik dan alat pengumpulan data di lapangan. Reduksi dilaksanakan secara bertahap dengan cara membuat ringkasan data dan menelusuri tema yang tersebar untuk menggali informasi dalam wawancara dan observasi.

Penyajian data

Pada bagian ini penulis melakukan penyusunan informasi dari para informan menjadi pernyataan yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang akan disajikan dalam bentuk teks yang pada mulanya terpencar dan terpisah diklasifikasikan menurut pokok-pokok permasalahan.

Menarik kesimpulan

Pada bagian ini penulis melakukan perbaikan data dan informsan untuk tujuan interpelasi dan penyajian data dilakukan pada setiap tahap sebelumnya selaras dengan mekanisme logika pemikiran induktif dengan hal-hal yang khusus (spesifik) sampai kepada rumusan kesimpulan yang sifatnya umum (general). (Miles dan Huberman, 1997:187) dimodifikasi

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh informasi bahwa dinamika interaksi sosial antar kelompok etnik di daerah transmigrasi Kecamatan Wonggeduku. Dinamika interkasi sosial antar kelompok etnik dalam penelitian ini dikaji melalu bentuk bentuk interaksi sosial yang meliputi kerja sama, persaingan, konflik dan akomodasi.

  • Kerja sama

Hasil wawancara dengan informan diperoleh informan bahwa warga desa memiliki sikap suka bekerja sama antar warga dan masyarakat yang berbeda etnik. Bekerja sama untuk pekerjaan ekonomi seperti membuat irigasi, bercocok tanam, dan berkebun. Ada sebagian warga yang bekerja sama untuk membuat kerajinan, beternak dan melakukan kegiatan penjualan di pasar sebagai pedagang sayur mayur. Kerja sama dari aspek sosial membangun rumah ibadah, merehap sekolah dasar yang rusak, membangun jalan swadaya, dan berkumpul bermusyawarah dan bermufatakat dalam pengabilan keputusan bersama tokoh masyarakat, aparatur pemerintah dan pihak terkait lainnya dalam rangka meningkatkan aktivitas usahatani.

Bekerja sama dari aspek budaya menunjukkan adanya dinamika masyarakat dalam berinteraksi dengan menampilkan budaya masing-masing etnik dan mengembangkannya dalam kehidupan masyarakat di daerah transmigrasi, selain itu terdapat juga bauran etnik melalui pernikahan beda etnik dan kedua mempelai menentukan sikap untuk mengikuti etnik yang tepat. Kerja sama dalam budaya juga ditunjukkan dalam kegiatan resmi untuk menampilkan adat istiadat melalui tari-tarian. Setiap etnik memiliki budaya yang dipertahankan walaupuan berada di daerah transmigrasi seperti yang dialami warga transmigrasi di Kecamatan Wonggeduku.

Kerja sama dalam bidang demografis terlihat melalui adanya penerimaan warga masyarakat transmigrasi oleh warga lokal untuk tinggal dan bergabung di dalam daerah desa yang ditetapkan oleh pemerintah melalui program transmigrasi. 

Kerja sama ini memperlihatkan pengelolaan jumlah pendudukan yang tinggal tetap, termasuk bayi yang baru lahir dan warga yang baru masuk ke desa untuk berdomisili tetap. 

Selain itu demografis juga diwarnai dengan jumlah warga meninggal setiap tahun. Hal ini yang menunjukkan adanya perubahan kondisi demografis di daerah transmigrasi Kecamatan Wonggeduku.

Kerja sama dalam bidang hankamnas yang terjadi pada warga di daerah transmigrasi adalah mereka melaksanakan siskamling secara berkelompok. Dinamika interaksi warga dalam menjaga keamanan desa menunjukkan adanya kerja sama yang baik untuk melindungi desa dari pencurian ternah dan pengrusakan tanaman baik oleh manusia maupun oleh hewan. Dinamika interaksi sosial melalui peningkatan keamanan warga menunjukkan adanya interaksi antar kelompok etnik untuk bekerja sama dalam menjaga dan memelihara keamana di desa masing-masing di daerah transmigrasi.

Hasil penelitian ini dikonfirmasikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sumarni, dkk (2013) yang menyimpulkan bahwa interaksi sosial kerjasama yang terjadi antara masyarakat multietnis (Dayak, Madura, Melayu) sudah berjalan sesuai dengan proses interaksi sosial yang ada, hal ini terlihat dengan adanya kerjasama gotong royong antar etnis Dayak, Madura, Melayu seperti pembuatan irigasi sawah, pembersihan lingkungan dan juga pembuatan jalan sawah. Hal lain yang ditemui yaitu kerjasama dalam bentuk koalisi seperti musyawarah antar ketiga etnis (Dayak, Madura, Melayu) untuk mencapai suatu kepentingan bersama, dalam hal ini membahas mengenai pembuatan jalan pada gang etnis Madura.  Hasil penelitian ini merekomendasikan kerja sama antar etnik dalam satu wilayah untuk tujuan kemakmuran di desa.

Persaingan

Hasil penelitian yang diperoleh dari para informan mengungkapkan fakta bahwa interaksi sosial masyarakat dapat terjadi bentuk persaingan antar kelompok etnik, bahkan persaingan pada sesama etnik karena kegiatan usaha tani dilakukan bersama dan hasil yang diperoleh tidak sama. Hal ini terjadi karena ada faktor imitasi dimana warga saling meniru cara kerja. Sugesti dari warga yang mengalami gagal panen dan tidak berhasil dalam berusaha, bertindah irasional padahal petani ini memiliki wibawa, karismatik dan kedudukan yang tinggi dalam kelompok etniknya. Akibat dari pesaingan dalam usaha tani, warga yang gagal panen dan tidak kreatif terbelenggun kemiskinan, tidak mampu memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga. Tetapi jika diidentifikasikan, maka persaingan ini dapat dikendalikan dan akan menimbulkan simpati dan empati.

Warga di daerah transmigrasi ini terdiri dari kelompok-kelompok etnik, bahkan ada kelompok besar yang terdiri dari gabungan beberapa etnik yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan usahatani, namun demikian kelompok besar ini menimbulkan dampak persaingan dengan warga yang tidak termasuk kelompok besar. Keberadaan kelompok besar untuk dapat mengelola kegiatan usahatani dan memasarkan hasil panen secara langsung. Tujuan ini bertentang dengan keinginan warga yang melakukan kegiatan usahatani secara mendiri dan menjual hasil panennya sendiri.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan kelompok etnik di daerah transmigrasi selain bertani dan berkebut, ada kegiatan lain seperti beternak dan mengolah hasil hutan serta menjadi buruh tani. Aktivitas ini dilakukan untuk memperoleh upah yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Kaitannya dengan rumah tangga adalah bahwa pemenuhan kebutuhan sosial ekonomi. Jumlah anggota keluarga yang ada dalam setiap kelompok etnik berbea-beda sehingga masing-masing keliarga keluarga berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial dan ekonomi mereka.

Persaingand alam budaya juga terjadi antar kelompok etnik dimana masing-masing kelompok menunjukkan budaya mereka kepada masyarakat di Kecamatan Wonggeduku dalam berbagai acara, baik acara pernikahan, acara adat maupun acara nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah Kecamatan Wonggeduku. Persaingan budaya dapat dilihat dari adanya pertunjukan tarian khas daerah Jawa, Bali, Madura, NTB, Bugis dan Tolaki dimana setiap kelompok etnik berupaya menunjukkan tarian terbaik masing-masing etnik kepada warga masyarakat di Kecamatan Wonggeduku.

Persaingan dari aspek hankam dapat dilihat bahwa setiap kelompok etnik mengembangkan kegiatan siskamling untuk mempertahankan dan mengamankan daerah desa masing-masing. Persaingan terjadi dalam bentuk jumlah anggota pengamanan dan jumlah pos pengamanan untuk tempat berinteraksi antar kelompok etnik.

Konflik

Konflik dikenal sebagai peristiwa yang terjadi karena berbeda pendapat dan pandangan terhadap segala sesuai yang terjadi dalam kehidupan kelompok etnik. Konflik ekonomi terjadi karena perbedaan harga jual, biaya usahatani dan penggunaan alat-alat pertanian. Konflik ekonomi dalam rumah tangga terjadi karena ketimpangan pendapatan keluarga yang berharap pada hasil panen tanpa ada kreativitas kerja seperti keterampilan dan kemampuan membuat kerajian untuk dapat dipasarkan kepada masyarakat guna memperoleh penghasilan.

Konflik sosial terjadi dalam kelompok etnik adalah kurangnya akses layananan pendidikan dan kesehatan kepada warga yang ada di daerah transmigrasi. Hasil penelitian diperoleh juga bahwa terhadap sebagian desa yang belum memiliki jalan dan sarana air bersih serta listrik. Akses ini penting karena berhubungan langsung dengan kebutuhan jasmani dan rohani warga masyarakat di daerah transmigrasi.

Konflik budaya menunjukkan adanya perbedaan etnik yang tidak dapat berbaur dengan warga lain dan ada kenakalan anak-anak yang terjadi dan melibatkan orang tua kemudian juga ada peristiwa kawin lari. Hal ini menjadi tanggung jawab bersama warga masyarakat masing-masing kelompok etnik. Tanggung jawab itu menjadi bentuk interaksi sosial yang dilaksanakan dengan simpati dan empati kepada warga dan budaya masing-masing etnik yang diidentifikasikan.

Konflik demografi terjadi karena pergaulan yang menimbulkan adanya pergeseran penduduk dari desa satu ke desa lainnya. Adanya warga desa yang tidak menerima kehadiran kelompok etnik tertentu sementara mereka yang datang ini telah mendapat persetujuan dari pemerintah daerah. Hal ini memicu konflik antar etnik di dalam desa dan membutuhkan adanya penyelesaian konflik yang baik.

Konflik hankamnas yang terjadi di daerah transmigrasi adalah praduga pencurian ternak dan pengrusakan tanaman di kebun yang membuat warga tidak aman. Konflik ini terjadi setiap menjelang panen dan saat ternak siap dijual, selalu ada gangguan yang datang dari orang yang suka mencuri  ternak di desa-desa. Tindakan pencegahan konflik dilakukan melalui berbagai cara yang antara lain pembentukan kelompok siskamling di setiap desa dan keluarga.

Interaksi sosial antar kelompok etnik di daerah transmigrasi tidak lepas dan konflik namun demikian semua konflik dapat diselesaikan dengan mengutamakan kerukunan hidupan dan toleransi antar kelompok etnik  dan menjalin silaturahmi dengan sesama etni lainnya sehingga terwujud  kerukunan warga di daerah transmigrasi.

Akomodasi

Akomodasi dalam penelitian ini adalah bentuk interaksi untuk menyalurkan bantuan alat pertanian yang dibutuhkan oleh warga transmigrasi. Hasil penelitian diperoleh bahwa akomodasi memiliki beberapa fungsi seperti akomodasi untuk kerjasama dalam mengelola sekolah pertanian di daerah transmigrasi dengan menafaatkan bantuan dari pemerintah.

Akomodasi untuk mendukung penyelesaian konflik antar warga untuk mencapai kesepakatan merupakan salah satu interaksi sosial yang dilakukan oleh warga masyarakat di daerah transmigrasi Kecamatan Wonggeduku. Akomodasi dari aspek mediasi dilakukan oleh para tokoh masyarakat untuk menyelesaikan beberapa masalah yang membuat warga menjadi damai. 

Akomodasi toleransi juga dilakukan oleh tokoh masyarakat bersama pemerintah dan pihak kepolisian terhadap warga yang konflik. Akomodasi ini memuat kesepakatan kerukunan hidup warga di daerah transmigrasi.

Hasil penelitian yang dicapai ini didukung oleh hasil penelitian Hafid (2016) yang menyimpulkan bahwa hubungan sosial yang bersifat asosiatif terjalin dengan cara memperkuat solidaritas dan gotong-royong antar etnik. 

Walaupun ada perbedaan budaya dan agama yang mewarnai kehidupan sosial masyarakat, tetapi, masyarakat mampu menjalin hubungan sosial dengan baik melalui proses kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Hubungan sosial yang bersifat disasosiatif dikelolah dengan meminimalisir kemungkinan akan terjadinya konflik dari proses hubungan persaingan dan kontroversi. Hasil dari penelitian ini merekomendasikan interaksi sosial untuk bekerja sama (gotong royong) dalam kehidupan masyarakat.

Hasil penelitian Rosdiana (2014) menyimpulkan bahwa interkasi sosial masyarakat suku dalam dengan masyarakat pendatang di Kabupaten Entikong Provinsi Kalimantan Barat terbentuk dari kepribadian, status sosial dan banyaknya masyarakat di wilayah interaksi sosial yang membuat masyarakat suku dalam dapat berkomunikasi dan bekerja sama dengan masyarakat pendatang sebagai keluarga di Kabupaten Entikong Provinsi Kalimantan Barat.

Janah (2018) meneliti tentang Interaksi Sosial Masyarakat Multikultural Di Komplek Perumahan Citraland Kecamatan Sambikerep Surabaya.  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interaksi sosial masyarakat multikultura dengan menggunakan data wawancara dan dokumentasi yang dianalisis dengan analisis deskriptif. 

Hasil penelitian diperoleh  interaksi sosial pada masyarakat multikultural di daerah penelitian memiliki kesenjangan sebagai bentuk interaksi tersebut seperti tolong menolong, kerja bakti membersihkan lingkungan, penyantunan anak yatim, bakti sosial ke panti asuhan. Sedang hal-hal yang mempengaruhi interaksi tersebut adalah, agama, sosial budaya, ekonomi, dan pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian dan dukungan penelitian terdahulu, maka dapat dikemukakan bahwa interaksi sosial antar kelompok etnik di daeah transmigrasi  Kabupaten Konawe memperlihatkan dinamika interaksi masyarakat yang dibentuk oleh faktor kerja sama, persaingan, konflik dan akomodasi  dalam kondisi situasional masyarakat yang meliputi kondisi ekonomi, sosial , budaya, demografi dan hankamnas. 

Sehingga dengan demikian diperoleh bahwa Dinamika interaksi sosial kelompok etnik menjadi bagian yang penting dalam kondisi situasional  masyarakat di daerah transmigrasi Kabupaten Konawe.

KESIMPULAN

Dinamika interaksi sosial antar kelompok etnik yang terdiri dari etnik Jawa, Bali, Madura, NTB dan Bugis di daerah transmigrasi menunjukkan adanya kerja sama antar kelompok etnik dalam melaksanakan pekerjaan bertani dan berkebuhn serta toleransi dan saling silaturahmi antar warga yang ada di daerag transmigrasi.

Interaksi dalam persaingan usaha untuk mencapai hasil usaha yang lebih baik guna memenuhi kebutuhan rumah tangga. Interaksi untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga masing-masing kelompok etnik dan interaksi mengakomodasi pemerintah dan pihak dalam menyalurkan bantuan sarana dan prasarana pertanian serta mengakomidasikan penyelesaian konflik yang terjadi dlaam kehidupan masyarakat untuk hidup tenang dan damai di daerah transmigrasi.

Kondisi situasional yang ada di daerah transmigrasi menunjukkan kegiatan ekonomi warga kelompok etnik untuk memeproleh penghasilan dari kegiatan mereka. kondisi sosial warga yang berupaya memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, pendidikan, dan kesahatan, serta kebutuhan lainnya. 

Kondisi budaya yang menunjukkan adanya penerapan budaya masing-masing kelompok etnik dalam acara pernikahan maupun acara lainnya, kondisi demografi yang berubah akibat adanya warga yang bertambah dari fakto kelahiran dan faktor perpindahan warga wasuk ke desa-desa  serta adanya warga yang meninggal dunia sehingga jumlah penduduk menjadi berubah-ubah. 

Serta kondisi hankamnas yang diimplementasikan dengan pembentukan kelompok siskamlin di desa desa-dan kelurahan sebagai upaya peningkatan keamanan dan ketentraman di daerag transmigrasi.

SARAN

Berdasarkan  kesimpulan yang  disajikan tersebut di atas,  maka dapat disarankan sebagai berikut :

Untuk meningkatkan interaksi sosial antar kelompok etnik di daerah transmigrasi, maka diharapkan adanya peran serta warga dan tokoh masyarakat dalam membangun hubungan kerja sama yang lebih lagi  pada masa mendatang dengan mengakomodir kondisi ekonomi, sosial, budaya, demografi dan hankamnas.

Dinamika interaksi sosial kelomppok etnik yang bersaing dalam usaha tani sebaiknya mengakomodasi pengetahuan dan cara kerja dalam bertani dengan serta memahami teknik pemasaran hasil panennya sehingga dalam bersaing secara positif untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial rumah rumah tangga di masa mendatang.

Untuk meningkatkan kondisi situasional kelompok etnik di daerah transmigrasi, maka diharapkan adalah perbaikan kondisi ekonomi warga dari hasil usahataninya, memenuhi kebutuhan sosial, mengembangkan budaya kelompok etnik masing-masing, memperhatikan kondisi demografis kelompok etnik dan mengembangan kegiatan siskamling sebagai bagian dari aspek hankamnas di daerah transmigrasi sehingga pada gilirannya daerah transmigrasi akan aman dan makmur.

DAFTAR PUSTAKA

Amiruddin, 2010. Sosiologi Masyarakat. Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta : Kansius.

Anggraini Dewi, 2013. Interaksi Sosial Orang Tanah Toraja Pada Masyarakat Lokal Di Kabupaten Kolaka. Jurnal Sosiologi Vol 14 No. 5 Maret 2016. Universitas Halu Oleo Kendari

Arkanudin Motuha, 2005. Teknik Penentuan Arah Kiblat: Teori Dan Aplikasi, Yogyakarta: LP2IF Rukyat Hilal Indonesia.

Basrowi, 2015.Pengantar Sosiologi,  Jakarta : Ghalia Indonesia

Badan Pusat Statistik, 2018. Jumlah Penduduk Indonesia. www. https://tumoutounews.com/2018/05/10/jumlah-penduduk-indonesia-tahun-2018 di-update tanggal 1 Februari 2019.

Blumer, Herbert. 1969. Symbolic Interactionism: Perspectif and Method. New Jersey: Harper and Row.

Boty Middya, 2017. Masyarakat Multikultural: Studi Interaksi Sosial Masyarakat Islam Melayu Dengan Non Melayu Pada Masyarakat Sukabangun Kel. Sukajadi Kec. Sukarami Palembang. Jurnal Sosiologi Vol 8. No. 7 Agustus 2018.

Bungi Burhan, 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Erlangga.

Bouman, P,J., 1980. Ilmu Masyarakat Umum: Pengantar Sosiologi. Jakarta. PT Pembangunan.

Chairuddin. OK, 1993. Sosiologi Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Chorus, A.M.J.,  2000. Sosiologi Masyarakat. Edisi Terjemahan, Jakarta, Bina Aksara.

Dannerius Sinaga, 1988. Sosiologi dan Antropologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Furnivall, 1967. A Study of Plural Economy. Cambridge at The University Press. . Netherlands India

Garna  Judistira  K.,  1996. Ilmu-ilmu Sosial  Dasar  Konsep,  Posisi, Bandung  : Program Pasca Sarjan UNPAD

Geertz, Clifford, 1969. Abangan, Santri, Priyayi, Jakarta: Pustaka Jaya

Gerungan W.A, 2006. Psikologi Sosial, Bandung: PT Refika Aditama

Hafid Abdul, 2016. Hubungan Sosial Masyarakat Multietnik Di Kabupaten Luwu Sulawesi Selatan. Jurnal Al Qalam Vol 22 No 1 Juni 2016. Universitas Muslim Indonesia Makassar.

Herskovits, 1952. Man and His Work. New York: Alfred A. Knopft

Haviland, A.W., 1988. Antropologi jilid 2. Jakarta: Erlangga

Harsojo, 1977. Pengantar Antropologi Budaya. Jakarta: Bina Cipta

Heeren, H. J. 1979. Transmigrate In Indonesia. Jakarta. Gramedia

Janah Siti Nurul, 2018. Interaksi Sosial Masyarakat Multikultural Di Komplek Perumahan Citraland Kecamatan Sambikerep Surabaya. Jurnal Sosiologi Vol 17 No 8 Juni 2016 Universitas Negeri Surabaya.

Kamil, 1999. Interaksi Sosial dan Pengajaran CBSA. Jakarta : Proyek Pengadaan Sarana Akademis Debdikbud RI.

Koentjaraningrat, 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: RinekaCipta

Komariah, 2010, Metode Penelitian. Pendekatan Penelitian Kualitatif.  Bandung : Graha Persada.

Martodirdjo. S. Haryo, 2000. Hubungan Antar Etnik. Bandung: Sespim Polri Press.

Miles dan Huberman, 1994. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Terjemahan. Jakarta : Ghalia Ilmu.

Moleong, Lexy J, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta. Bhuana Ilmu Populer.

Monks. F.J, 2002. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Cet. 14.: Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Partowisastro, 2003. Perbandingan konsep diri dan Interaksi Sosial anak-anak remaja WNI asli dengan keturunan  Tionghoa, Laporan Penelitian. Yogyakarta : Fakultas Psikologi UGM.

Polak Mayor, 2002. Sosiologi. Edisi Revisi. Jakarta : Salemba Empat.

Roucek dan Warren. 1984. Pengantar Sosiologi (diterjemahkan: Sahat Simamora). PT. Bina Aksara. Jakarta

Rahardjo, D, 1984. Transformasi Pertanian, Industrialisasi dan Kesempatan Kerja. Jakarta : Lembaga Penerbitan Universitas Indonesia.

Rosdiana, 2014. Interaksi Sosial Masyarakat Suku Dalam Dengan Masyarakat Pendatang di Kabupaten Entikong Provinsi Kalimantan Barat. Jurnal Sosiologi Vol 12 No 9 Juli 2015. Universita 45 Makassar.

Sanderson, 1993. Sosiologi Makro Sebuah Pendekatan Realita Sosial, Jakarta : Haji Masagung.

Santoso Slamet, 2004. Kerangka Interaksi Masyarakat.  Jakarta : Bumiakasa.

Sarwono dan Meinarno, 2009. Psikolog sosial. Jakarta. Salemba Humanika

Soekanto Soejono, 2006. Sosiologi Masyarakat. Jakarta: Media Persada.

Soekanto Soejono, 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Soelaman Munandar, 2002 Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial, Bandung: PT Eresco

Soemardjan,  Selo  dan  Soleman,  Soemardi  (ed),  2004.  Setangkai  Bunga  Sosiologi Jakarta: Yayasan Badan Penerbit Fakultas Ekonomi UI

Soesanto, 1996   Sosiologi Pembangunan Jakarta Bina Cipta Jakarta  

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung Alfabeta.

Sumarni Ester, Yohanes Bahari dan Sylistyarini .2013. Interaksi Sosial Kerja Sama Masyarakat Multietnis (Dayak, Madura, Melayu) Di Desa Kenaman Kecamatan Sekayam. Jurnal Sosiologi Vol 12 No 2 Juni 2017 Universitas Negeri Pontianak.

Sumadilaga, Ruman. 1994. Sosiologi 3 SMU. Jakarta: Yudistira.

Susanto, 1996. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Swasono Bambang dan Masri, 1985. Sosiologi Masyarakat. Jakarta : Salemba Empat.

Syarbaini Syahrial, 2014. Konsep Dasar Sosiologi dan Antropologi. Jakarta, Media Pustaka.

Syarbaini Syahrial dan Rudiyanta, 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu

Taneko, B Soleman, 2000. Struktur dan Proses Sosial. Jakarta : Penerbit Erlangga

Walgito, 2007. Pengantar Psikologi Umum. Ed. 3. Yogyakarta: Adi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun