Mohon tunggu...
Mia Rosmayanti
Mia Rosmayanti Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Menulislah dan jangan mati.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kado Istimewa

14 Mei 2022   10:23 Diperbarui: 14 Mei 2022   10:59 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dia meraih sendok yang sudah kusediakan bersamaan dengan kotak makan itu. Ia menyendok makanan itu, memasukannya ke mulut, perlahan-lahan mengunyahknya, lalu menelannya dengan susah payah. Ia mengulang step demi stepnya tanpa berbicara apapun, hingga isi dari kotak itu tak lagi tersisa.

Aku suka menatapnya seperti ini. Melihatnya menutup kotak makan kosong, meletakkan sendok di atasnya, lalu menyodorkannya kembali ke arahku dengan sikap yang terlihat canggung. Entah kapan terakhir kali aku menikmati pemandangan seperti ini.

“Aku sangat menikmatinya. Terima kasih atas makannya, itu benar-benar enak.” Suaranya terdengar tidak setegas sebelumnya, aku tahu dia sedang lebih emosial saat ini.

Kutatap kotak makan di hadapanku sejanak, lalu meraihnya, kembali memasukkannya dalam wadah yang kubawa tadi. Aku rasa ini pertama kalinya aku merasa amat sangat bahagia seperti ini. Melihat seseorang memakan hasil kerja kerasku dan memujinya meski aku sendiri tahu kemampuanku dalam memasak bisa dibilang sangat kurang. Aku tetap menyukainya.

Kini, dia kembali menyodorkan sesuatu padaku.  Sebuah amplop kecil berwarna cokelat polos, tanpa ornamen apapun. Dia bilang, itu untuk hadiah ulang tahunku. Aku menerimanya dengan jantung berdebar.

“Aku tahu kamu tidak akan bersedia menyimpan barang apa pun dariku, jadi kupikir ingin memberikan surat itu. Jika kamu mau, kamu bisa membakar itu setelah selesai membacanya.”

Mendengar itu, aku benar-benar merasa tersentuh. Dia benar-benar memikirkan segalanya untuk membuatku merasa nyaman. Aku benar-benar bersyukur karena dialah orang yang ada di hadapanku saat ini, bukan orang lain.

“Apakah hubungan kita benar-benar berakhir hari ini? Apakah kita tidak bisa terus menjadi sepasang kekasih saja?”

Atmosfer dalam ruangan ini menjadi lebih berat dari sebelumnya. Tentu saja kami berdua datang untuk hal ini, tapi aku tidak tahu bahwa suasanya akan berubah lebih sendu seperti ini.

“Eum! Semuanya terlalu menyakitkan dan akan makin parah dari waktu ke waktu. Aku tidak bisa melanjutkannya.” Jawabku.

“Apakah kamu tidak bisa memberiku sebuah kesempatan?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun