Mohon tunggu...
MEIRISMAN HALAWA
MEIRISMAN HALAWA Mohon Tunggu... Guru - H sofona osara

Lahir di Gunungsitoli, 18 Mei 1979

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laowomaru

30 Oktober 2024   11:13 Diperbarui: 30 Oktober 2024   11:23 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ibunya mengusap kepala anaknya dengan lembut. Ia mengangguk pelan. Ia tahu Laowomaru datang bukan untuk meminta izin. Tanpa izinnya, Laowomaru pasti berangkat juga menantang Haria.  Ia telah bertekat melawan Ular Raksasa itu. Sejak dari Laowomaru masih bayi, ia sudah bermimpi tentang itu. Tak ada gunanya melarang.

 Ibunya melangkah ke arah kamar mereka. Sesaat kemudian  kembali dengan membawa pedang besar dengan sarung berwarna emas. Balatu Nifolasara. Pedang para panglima perang Nias yang kepalanya berbentuk binatang mitos Nias dan umumnya dilukiskan sebagai perahu" Inilah pesananmu dulu..."

Laowomaru takjub melihat pedang itu. Ia telah lama bermimpi tentang pedang di tangan ibunya. Dalam mimpinya ia disuruh mengambil sebuah pedang di tangan ibunya jika mau menantang Haria. Dengan hati-hati, ia mengambil pedang tersebut. Ia merasakan energi besar dari batu langit bahan asal pedang tersebut. Kemudian setelah puas menikmati ketakjubannya, ia mencium tangan Ibunya dan bergerak cepat tanpa menoleh ke belakang lagi. Di sana belasan pemuda tegap menunggunya. Ia memandang mereka semua. Pemuda yang memiliki tekad yang sama dengannya. Ia mengangkat pedangnya tinggi dan berteiak lantang, "Besok, mari kita berlabuh ke Laut. Ini akhir dari Haria...!! Semua bersorak.

Ibunya menangis. Ia tidak kuatir tentang pertempuran melawan Haria. Ia kuatir untuk sesuatu yang lebih besar lagi. Lebih besar dari kengerian Haria.

TIGA

Laowomaru berdiri di atas anjungan kapal besar. Berpakaian baju perang dilapisi rompi kulit dan  lempeng logam. Celananya berbentuk cawat seperti lilitan kain menjuntai hingga ke lutut. Di bagian leher dan pergelangan dilingkari gelang berwarna emas tanda kebangsawanannya. Ia siap berperang.

Samudra Hindia cukup tenang saat itu. Para pemuda di kapal mempersipkan diri untuk pertempuran besar. Mereka tahu kematian bisa saja mendatangi, tetapi keyakinan akan keperkasaan Laowomaru menghilangkan ketakutan itu.

"Lemparkan umpan.....!" seru Laowomaru dari anjungan

Segera para pemuda mengangkat belasan karung yang tergeletak di lantai kapal dan melemparnya ke laut. Karung-karung itu berisi sembilan karung sirih, sembilan karung tembakau, sembilan karung gambir, sembilan karung pinang dan sembilan karung sirih. Sebagian karung tersebut tenggelam dan sebagian lagi melayang terbawa arus laut. Tapi masih belum ada tanda-tanda kehadiran Haria.

"Bunyikan Aramba dan faritia ana'a10..!"  teriak Laowomaru memerintahkan mereka mengambil gong dan canang yang sengaja di buat dari bahan emas. . Para pemuda segera mengambil Gong dan canang tersebut dan mulai memukulnya keras-keras. Mereka meyakini, Haria pasti tertarik jika mencium aroma emas dari suara gong tersebut.

Benar juga. Tidak lama kemudian, mereka mulai merasakan kehadiran si Ular besar. Kapal mereka terguncang oleh gelombang laut yang tiba-tiba muncul. Para pemuda tersebut menghentikan memukul gong. Kapal terangkat dan terlempar ke kiri dan ke kanan. Para awak kapal berteriak dan berpegangan.  Mata  para prajurit muda itu, memandang laut dan was-was. Bagaimanapun, mereka tidak bisa menyembunyikan ada rasa takut dalam hati. Sementara yang lain ketakutan, Laowomaru malah merapal mantera. Ia sudah siap!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun